Konflik dalam pernikahan (Foto : Unsplash) Dulu, saya memasuki pernikahan dengan segudang teori dan idealisme tentang pernikahan ideal dan konsep-konsep parenting yang sepertinya 'ok banget' untuk dipraktekkan. Pada kenyataannya, boro-boro mempraktekkan teori, 'membaca' pasangan hidup saja ---yang telah kita pilih sendiri tanpa tekanan dari mana-mana--- rasanya sudah begitu menghabiskan energi. Lantas tergagap-gagap. Lalu kelelahan. Apatah lagi belajar memahaminya. Itu luar biasa sulit. Persoalannya menjadi kian rumit, saat ada perbedaan latar belakang, baik pendidikan, ekonomi dan suku budaya. Hei, nggak bisa dipungkiri, perbedaan-perbedaan ini memiliki pengaruh yang besar pada karakter dan pola komunikas, juga cara berpikir. Hingga pada akhirnya akan mempengaruhi interaksi dengan pasangan. Lalu, diam-diam muncul perasaan, duh kok dia gini sih ternyata? Gak oke banget. Maka tak heran, banyak orang tua yang lebih menyukai menantu yang sesuku, atau memiliki banyak pers
Segala hal memerlukan ruang untuk menjadi lebih baik. Atau hanya sekadar menyimpan jejak yang tertinggal di masa lalu