Tampilkan postingan dengan label Curcol ala Moma. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Curcol ala Moma. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juli 2023

Cinnamon Cookies, Raisya Rasa Dari Hati dan Spirit Muharram


Raisya Cookies, Rasa dari Hati


Paket dari Raisya Cookies datang hampir bersamaan dengan pergantian tahun Hijriah, 1 Muharram. Bagi saya ini semacam hadiah menarik di awal tahun. 

Paket berisi buku inspiratif, Cinnamon Cookies dan beberapa cookies  dengan aroma kayu manis yang menguar sesaat setelah paket dibuka, seketika menumbuhkan rasa senang. 

Siapa yang tak suka  menerima paket dengan kemasan yang rapi dan manis? Raisya  Cookies agaknya betul-betul melakukan semuanya dari hati. Bukankah apa-apa yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati? 

Cinnamon Cookies dan Spirit Muharram

Sejujurnya, akhir-akhir ini saya kurang suka membaca kisah inspiratif. Ada semacam rasa bosan, atau apalah,  setiap mulai membacanya. Karena itu, meski tampilan buku  Cinnamon Cookies  sangat menarik, saya merasa butuh momen yang tepat membacanya. 

Syukurlah, momen itu tak begitu lama menunggu. Kehadiran momen pergantian tahun Islam, 1 Muharram 1445H, saya rasa saat yang tepat untuk membaca kisah inspiratif dan menikmati cookies yang tampilan dan aromanya menggoda. 
(Ssst, aroma kayu manis itu salah satu aroma kenangan yang selalu menghangatkan hati saya, tentang suatu masa di masa kanak-kanak. )

Ternyata saya keliru. 

Berbeda dengan kisah inspiratif lainnya yang berkisah dengan gaya monoton, Bunda Ata (Martha) menceritakan kisah kehidupannya dengan cara yang unik, singkat dan penuh warna. 

Tak ada kalimat-kalimat panjang yang membosankan dan menggurui. Melainkan tulisan-tulisan ringan yang -anehnya - menyentuh. 

Didukung ilustrasi yang kaya warna, kisah hidup Ata bersama Al bergulir manis. Terlalu manis, mungkin. Hingga akhirnya membuat saya terhenyak saat menyadari betapa perjalanan pernikahan mereka sudah cukup panjang, 10 tahun, hingga akhirnya Allah menitipkan hadiah istimewa. Raisya terlahir dengan kondisi berbeda. Down Syndrome. 

Kenyataan yang teramat pahit, yang harus mereka hadapi setelah penantian panjang. 

Laboratorium Kehidupan


"Seharusnya kita bersyukur kepada Allah karena setelah sepuluh tahun akhirnya kita punya anak. Jika Allah memberikan anak kepada kita yang berbeda, ya gak papa. Yuk, jadikan itu laboratorium kehidupan kita. "

Laboratorium kehidupan. 

Saya terkagum-kagum dengan reaksi Ata saat menghadapi kenyataan itu. 
Tidak mudah pastinya, namun baik Ata maupun Al berhasil berdamai dengan takdir yang Allah tetapkan atas mereka. 

(Duh, saya tak bisa berhenti membaca) 

Pada akhirnya, rasa ridho atas takdir membuat Ata dan Al berhasil melewati masa-masa awal yang sulit. Hari-hari terasa menyenangkan dengan kehadiran Raisya yang berhasil mengubah dunia Ata dan Al. 

Mereka yang semula bergerak cepat, seketika melambat atau bahkan berhenti, untuk membantu Raisya melewati tahap demi tahap perkembangan yang tak secepat anak-anak pada umumnya. Namun itu tak mengurangi rasa syukur dan bahagia di hati keduanya. 

Ata kurang suka dengan istilah down syndrome yang melekat pada anak-anak yang terlahir dengan jumlah kromosom 47.
Ia lebih suka menyebutnya trisomy 21.

Memang hanya sebuah istilah, namun memberikan efek positif bagi Ata dalam mendampingi tumbuh kembang Raisya. Membuatnya lebih mudah menemukan kelebihan yang dimiliki buah hatinya itu. 

Lalu, lagi-lagi saya terhenyak.
Al meninggal! 

Wabah Covid 19 membuat Al pergi untuk selamanya. Meninggalkan Ata dan Raisya. Membayangkan perasaan Ata membuat saya kelu. Membayangkan rasa kehilangan yang dialami Raisya membuat saya merasa pilu. 

Bagaimana mereka menjalani hari-hari yang panjang dikemudian hari tanpa kehadiran sosok suami dan ayah yang penyayang? 

Raisya Cookies, Rasa dari Hati

Raisya Cookies of Love Series, Rasa dari Hati


Kehadiran Raisya adalah salah satu sumber kekuatan Ata untuk tetap tegak menjalani hari-hari sepeninggal Al. 

Ata berusaha untuk selalu ikhlas, tanpa ujung dan menerima sepenuhnya ketetapan Allah. Berbekal keyakinan bahwa semua ketetapan Allah merupakan yang terbaik baginya, Ata melanjutkan kehidupannya bersama buah hatinya, Raisya. 

Kesukaan Raisya membuat cookies menimbulkan inspirasi bagi Ata. 
Ia mengembangkan hobi Raisya dengan harapan hal itu akan membawa manfaat bagi tumbuh kembang Raisya. 

Hingga akhirnya berdirilah Arra Cafe, tempat Raisya membuat dan menjual karyanya. Cookies lezat dengan aroma kayu manis yang pas. 

Penasaran, saya pun menggigit kukis buatan Raisya yang sudah disiapkan sebelum mulai membaca. Setiap gigitan penuh dengan rasa haru yang menyesakkan.

Namun di samping rasa haru, saya sungguh takjub, bagaimana bisa seorang anak berkebutuhan khusus, bisa menciptakan perpaduan rasa yang unik, antara rasa manis yang pas dan sensasi aroma kayu manis yang menggoda. Rasa dari hati. 

Raisya Cookies ini terasa spesial, menghangatkan hati sekaligus enak. Sungguh, teman beraktivitas yang menyenangkan.
 
Oya, Teman-teman yang penasaran dengan cookies enak dengan  rasa unik ini, bisa loh pesan di :

Raisya Cookies, Rasa dari Hati


Membaca buku Cinnamon Cookies, sambil menikmati Raisya cookies membuat haru berdesakan. Yang pada akhirnya menerbitkan rasa syukur. 

Rasa syukur yang dalam telah diberi kesempatan menyesap kisah penuh hikmah di pergantian tahun Hijriyah. Menjadi energi tambahan di awal Muharram, untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang dengan lebih baik, mengedepankan sikap husnuzon dan ridho serta ikhlas akan takdir Allah.


Jumat, 24 Februari 2023

Tips Menyembuhkan Luka Batin

Tips Menyembuhkan Luka Batin (Foto : Unsplash)

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu : Ciri dan Karakteristik Orang Yang Terluka .  Sama-sama saya ambil dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah.

Landak Penyebar Duri

Kita sungguh tahu, dalam interaksi sosial yang kita jalani, secara sadar atau tidak, setiap orang memiliki, dan menciptakan masalah. Namun ada orang-orang tertentu yang memiliki sifat seperti seekor landak. Kenapa landak?

"Semua orang tahu," tutur Richard S. Gallagher dalam What to Say to A Cus, "Bahwa landak itu berduri. Yang kurang banyak diketahui adalah bahwa di antara landak-landak itu ada jenis yang suka menebarkan durinya untuk menyakiti sesama makhluk."

Itulah para landak penyebar duri.

Dalam sejarah Islam, landak penyebar duri ini kita jumpai dalam sosok, Abu Lahab, paman Rasulullah Saw sendiri. Kebenciannya yang mendalam terhadap pembawa kebenaran dan mengajak kepada kebaikan, menjerumuskannya kedalam kebinasaan. Namanya diabadikan dalam Al Qur'an bersama sang istri, si pembawa kayu bakar. QS. Al Lahab. Api yang bergejolak. Nauzubillah min dzalik.

Bagaimana karakter para landak penyebar duri ini dalam kehidupan kita sekarang?

Saat berjalan beriringan, mereka tidak ikut membantu memikul beban kita. Kadang mereka membuat beban yang ada menjadi lebih berat dari seharusnya. Dan sering juga durinya tanpa sengaja -- atau disengaja-- menusuk dan menyakiti kita. Membuat kita lumpuh dan jatuh.

Para penebar duri seolah tercipta untuk menghalangi orang yang ingin maju atau mendaki ke titik yang lebih tinggi. Mereka tak suka pada cita-cita tinggi. Mereka  benci pada orang yang mengajak manusia untuk memperbaiki diri.

Nauzubillah, semoga kita terhindar dari sifat seperti landak penyebar duri. 

Lalu, bagaimana sikap kita bila berada dalam lingkungan para penyebar luka? 

  • Hilangkan rasa buruk sangka

Buruk sangka adalah awal dari rusaknya sebuah hubungan. Baik dengan sesama, terutama dengan Sang Khalik.
  • Suburkan baik sangka
Prasangka baik akan membuat kita memandang orang lain dari sisi terbaik yang mereka miliki. Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang, akan mengeluarkan yang terbaik dari mereka.

Sementara itu, dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan Ibnu Majah, Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku, ada di sisi prasangka hambaKu pada diriKu."

Tugas kita adalah berbaik sangka.
Bahwa yang seringkali kita anggap musibah, mungkin saja bukan musibah itu sendiri.
Bahwa yang kita anggap penderitaan, bisa jadi pertolongan Allah dari jalan yang tidak sangka-sangka.
Bahwa mereka yang secara zhahirnya akan menyakiti, bisa jadi punya niat mulia di dalam hatinya. 
Bahwa kalaupun niatnya tak suci, kita tetap mendapatkan kebaikannya.
Dengan prasangka baik.
  • Memaafkan
Meski sulit, memaafkan itu menyembuhkan. Memaafkan membuat  ganjalan di hati kita terangkat, dan meluruhkan segala kepahitan  di dalamnya.

"Dia yang tak mampu memaafkan kesalahan orang lain," demikian dikatakan oleh George Herbert, "Telah menghancurkan jembatan yang seharusnya dia lalui sendiri."
  • Meninggalkan debat
Selalu ada pilihan saat berbicara dengan seseorang. Pilihan untuk memenangkan pendapat kita, atau memenangkan hatinya. 
  • Pahami diri dengan baik
Kemampuan kita mengenal diri dengan baik, menentukan apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan rasakan, yang pada akhirnya menentukan respon kita terhadap orang lain.

Bukankah teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya? Jika kebaikan, maka hanya kebaikanlah yang keluar.

Mengenal diri dengan baik membuat kita mudah menerima masukan, atau menilai sesuatu secara adil, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada sikap orang lain.

  • Doa agar terhindar dari membenci sesama muslim.
Karena luka itu bisa memicu kebencian, seperti yang terjadi pada Abdullah bin Ubay dan orang-orang munafik, maka jangan melupakan doa yang diajarkan Allah kepada kita.

"Dan janganlah Engkau jadikan ada rasa ghill di hati kami kepada orang-orang beriman, wahai Rabb kami. Sesungguhnya Engkau Mahalembut lagi Maha Penyayang."

Demikian tips menghadapi orang-orang yang berkarakter seperti landak.
Semoga kita diberi kekuatan untuk tetap menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari keburukan sikap yang bisa melukai sesama. Aamiin


Jumat, 17 Februari 2023

Ciri-ciri Dan Karakteristik Orang-orang Yang Terluka, Menurut Salim A Fillah

Ciri dan karakteristik orang yang terluka, menurut Salim A Fillah (Foto : Unsplash)

Sebagai makhluk sosial, kita tentu tak bisa lepas dari interaksi sosial baik dengan masyarakat luas, atau pun circle terkecil, yaitu keluarga.

Dalam membina hubungan, tak jarang kita bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang unik, salah satunya, orang-orang yang terluka.

Yaitu, orang-orang yang memiliki luka batin atas suatu peristiwa yang pernah dialaminya di masa lalu.

Bicara tentang orang-orang yang terluka, Salim A Fillah menuliskan dengan panjang lebar (dan menarik) di dalam bukunya, Dalam Dekapan Ukhuwah.

Berikut cuplikan yang khusus membahas tentang orang-orang terluka.

Kesalahan terbesar dari orang-orang terluka adalah mereka tak segera menyembuhkan luka lamanya. Telusukan (penyebab luka) yang mengganggu itu dibiarkan. Jadilah orang-orang yang terluka itu sebagai mereka yang enggan berubah.

"Orang terluka," kata John C Maxwell, "Juga sulit menerima kegagalan."

Semua ketidakberesan dalam kehidupan yang sebenarnya bersumber dari lukanya tak disikapi sebagai pelajaran berharga.

Dia selalu menemukan orang, pihak, kelompok, benda atau apapun yang menurutnya telah menjadi sebab dari segala kepahitan. Telusukan itu masih ada di sana. Mengeram dalam diam namun mendatangkan kuman-kuman.

Orang terluka kurang suka membahas persoalan. Mereka tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah. Yang mereka tahu, hanyalah bahwa mereka kesakitan. 

Rasa tersiksa itu disebabkan seseorang telah menyentuh luka mereka, entah dengan cara apa.

Mereka selalu memandang dirinya sebagai korban. Rasanya pedih.

Dan bagi mereka, orang-oranglah yang salah. Selesai.

Lebih lanjut, orang terluka tak terlalu suka belajar dari lain. Itu akibat dari menganggap orang lain bersalah dan menyakiti dirinya. Dia juga enggan bertindak. Tak bergairah melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai masalahnya dan memecahkannya.

Ya.

Karena dia menganggap semua itu bukan salahnya.

(Hal 151-153)

Lebih lanjut Salim A Fillah menjelaskan bahwa orang-orang yang terluka itu memiliki karakteristik khas.

Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah

Berikut ciri-ciri dan  karakteristik orang-orang terluka menurut Salim A Fillah :

1. Orang terluka umumnya hanya memiliki palu dan menganggap semua hal adalah paku.

Ciri-cirinya :
  • Mereka sering bertindak sebelum mengetahui gambaran persoalan dengan utuh sehingga mereka salah waktu dan salah cara dalam merespon sesuatu.
  • Seringkali mengungkit masa lalu. Dalam pembicaraan mereka suka menyakiti sesama dengan menyebut ulang kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan orang lain.
  • Suka memperburuk keadaan dengan memberikan reaksi berlebihan. 
  • Pemilik palu beranggapan bahwa situasi jauh lebih penting daripada hubungan. Misalnya, memenangkan debat jauh lebih penting daripada menjaga agar hati seorang kawan tak tersakiti.

Apakah kita memiliki ciri-ciri di atas? Semoga kita bisa membuang palu dari dada kita, dan meraih hati orang-orang yang kita sayangi. Aamiin...

2. Orang terluka enggan berubah.

Mereka memilih menikmati dan memelihara lukanya. Lalu menampilkan rasa sakit dengan segala cara. 
Sulit menerima kegagalan, tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah, serta tak suka belajar dari orang lain.

Mereka fokus dengan rasa sakit dan menyalahkan orang lain yang menyebabkan munculnya rasa pedih setiap kali tersentuh --- entah dengan cara apa.

Mereka selalu merasa menjadi korban atas segala kondisi yang menimpanya.

3. Pengeluh yang fasih dan penuh penjiwaan.

Jika orang-orang mukmin mengeluh hanya kepada Allah, seperti Ya'qub dalam Surat Yusuf ayat ke-86 berkata, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya."

Sementara orang-orang terluka, suka mengeluh kepada manusia. Padahal, sembarang mengeluh itu berbahaya.

Nah, Sahabat Moma, semoga kita terhindar dari sifat-sifat di atas. Minimal, jika ada dalam diri kita karakteristik tersebut, kita bisa berusaha mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk yang nyata-nyata  membahayakan  orang-orang di sekitar kita. 

Untuk membina hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi, buanglah palu dalam diri kita. 
Jangan pula menjadi landak yang suka menebar duri tubuhnya untuk melukai orang lain.  Nauzubillah min dzalik...


Senin, 30 Januari 2023

Tetangga Masa Gitu? Yuk, Jadi Tetangga Yang Baik

Guyup antar tetangga baik, ngeteh dan ngopi bareng (foto : koleksi pribadi)


Ingat sitkom Tetangga Masa Gitu? yang dibintangi pemain watak Adi Sasono dan Sophia Latjuba? Sitkom yang menggambarkan ulah tetangga yang menjengkelkan dan mau enaknya sendiri.

Kenyataannya dalam kehidupan sosial sehari-hari jauh lebih banyak tetangga yang menjengkelkan dan menguji kesabaran.  

Meski demikian,  tetangga bisa menjadi keluarga yang paling dekat.  Terutama jika memiliki tetangga baik.

Saat ada masalah mendesak, tetangga kerap menjadi pilihan untuk dimintai pertolongan pertama kalinya. Bahkan, terkadang tanpa diminta sekalipun, dengan ringan hati menolong tetangganya yang tertimpa musibah.

Peristiwa pandemi yang lalu, di perumahan kami bila  ada salah satu keluarga yang harus menjalani masa karantina karena ada anggota keluarganya yang terkena virus Corona, para tetangga di sekitarnya iuran dan bergantian mengirimkan makanan serta obat-obatan.

Begitu juga saat ada anggota keluarga yang meninggal. Tanpa diminta, tetangga bergotong royong mendirikan tenda, merapikan rumah, serta menyediakan makanan bagi keluarga yang ditimpa musibah.

Tidak hanya itu, tim janaiz dan pengurus DKM setempat pun siap sedia merawat dan mengurus jenazah hingga mengantarkan ke liang lahat.

Baca : Saat Kematian Menyapa

Pada saat seperti itu, keberadaan tetangga di sekitar kita terasa sangat penting dan menguatkan hati saat menghadapi musibah.

Hak dan Kewajiban Bertetangga

Memiliki tetangga yang baik merupakan rezeki yang harus disyukuri. Namun, hidup bertetangga yang baik artinya ada hak-hak tetangga dan kewajiban yang harus kita tunaikan. Yaitu :
  • Tenggang rasa
  • Menjaga ketenangan dan kenyamanan, dan keamanan bersama
  • Saling tolong-menolong
  • Saling support dalam kebaikan
  • Mengikuti kegiatan warga setempat seperti : arisan, pengajian, gotong royong dll.
  • Menjalin komunikasi dan interaksi sosial yang baik 
  • Memahami batasan masing-masing antar keluarga
Ngeliwet bareng tetangga baik (Foto : koleksi pribadi)


Tak mengapa jika kita tak bisa mengikuti seluruh kegiatan di lingkungan. Namun, tetaplah membina hubungan baik antar tetangga. Jangan menutup diri dan anti sosial.

Bagaimana manapun, kita adalah makhluk sosial, hidup dalam lingkungan sosial,  yang tak memungkinkan kita hidup sendiri. Ada saat-saat kita membutuhkan uluran tangan tetangga.

Tak ada salahnya mengikuti keseruan yang diadakan tetangga dekat. Seperti acara ngeliwet bareng, ngopi sore atau jalan-jalan bersama.
Sebagai bentuk silaturahmi antar tetangga.

Jalan-jalan seru bersama tetangga baik dan anak-anak (foto : koleksi pribadi)

Untuk membangun  hubungan personal yang lebih baik, ada baiknya kita mengikuti tips dari Ali bin Thalib berikut,  agar kita bisa menjadi tetangga yang baik bagi lingkungan.

Tips Ali bin Thalib Ra, yaitu :

  1. Jangan bicarakan hartamu di depan orang miskin.
  2. Jangan bicarakan kekuatanmu di hadapan orang lemah.
  3. Jangan bicarakan kebebasanmu di depan orang yang terpenjara.
  4. Jangan bicarakan kebahagiaanmu di hadapan orang yang tengah bersedih.
  5. Jangan bicarakan anakmu di depan orang yang tidak memiliki anak.
  6. Jangan membicarakan orang tuamu di hadapan orang yang yatim/piatu.
  7. Jangan bicarakan kesehatanmu di hadapan orang sakit.
Selamat berbahagia dengan tetangga-tetangga baik.





Minggu, 22 Januari 2023

Novel Gajah Mada, Langit Kresna Hariyadi

Novel Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi (sumber : Google)


Novel Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi ini merupakan karya fiksi yang menuturkan kisah raja-raja tanah Jawa, khususnya Kerajaan Majapahit, dengan cara yang sangat menarik dan tidak membosankan.

Diawali dengan pemberontakan Rang Kuti yang hampir menewaskan Prabu Jayanegara, Langit Kresna melukiskan karakter Gajah Mada dengan sangat kuat.

Buku seri pertama Gajah Mada yang berjudul Makar Dharmaputra ini,  menggambarkan dengan baik tentang kecerdasan dan ketangguhan Gajah Mada.

Saat itu, kedudukan Gajah Mada masih rendah, hanya seorang bekel. Namun karena mengepalai pasukan khusus bhayangkara yang bertugas melindungi raja, ia bersama pasukan khusus mampu menghentikan pemberontakan Rang Kuti sekaligus menyelamatkan Sang Prabu.

Sayangnya di ujung cerita, setelah beberapa waktu memulihkan kondisi kerajaan, ibukota Majapahit yang rusak akibat pemberontakan Rang Kuti, Sang Prabu Jayanegara wafat akibat racun yang diberikan tabib istimewa. 

Pada novel seri kedua, Langit Kresna menuturkan tentang kisah cinta dan intrik di sekitar istana terkait peralihan kekuasaan sepeninggal Prabu Jayanegara. Peran Gajah Mada semakin penting dengan dengan kepercayaan yang diberikan oleh Ibu suri  Gayatri dan ratu kembar, Tribuana Tunggadewi dan Dyah Wiyat.

Seri kedua ini memiliki daya tarik tersendiri, karena lebih kental nuansa fiksinya. Para Sekar Kedaton digambarkan begitu manusiawi, lengkap dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Juga memiliki kisah cinta yang tak mudah. Imajinasi penulis berkembang begitu bebas, namun demikian, tetap berada dalam koridor sejarah.

Harta karun peradaban, serial Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi. (Dok.pri)


Langit Kresna tentu melakukan riset yang tidak main-main, saat menuliskan kisah-kisah ini.  Ada tanggung jawab moril, untuk menuliskan sejarah agar tak lenyap di belantara waktu dan ketidakpedulian generasi muda.

Pada novel ketiga Gajah Mada, Hamukti Palapa, Langit Kresna menuturkan tentang kemelut pemberontakan dan kemarau panjang yang menggelisahkan. 

Kisah cinta para tokoh penting dalam setiap seri yang berkesinambungan menjadi pemanis dan membuat dada turut berdegup. Ini merupakan salah satu daya tarik novel ini, yang dituturkan dengan rapi dan manis, membuat pembaca seakan masuk ke dalamnya.

Peran Gajah Mada pun semakin penting, banyak keputusan penting yang diambil berdasarkan pemikiran Gajah Mada. Sehingga akhirnya, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih. Pada saat itu, terucaplah Sumpah Palapa. Bahwa Gajah Mada tidak akan bersenang-senang, sebelum seluruh wilayah Nusantara bersatu di bawah naungan Majapahit.

Dibawah kendali Mahapatih Gajah Mada, kerajaan Majapahit berkembang sedemikian luas. Kekuatan maritim yang dibangun Gajah Mada mampu menyatukan kerajaan-kerajaan dari timur hingga ke barat. Kecuali Sunda Galuh.

Perang Bubat, sejarah kelam akibat fitnah dan kerasnya ambisi Gajah Mada (dok.pri)


Pada seri keempat Perang Bubat, Gajah Mada menemui kenyataan pahit, bahwa tidak semua hal bisa diraihnya. Kerja kerasnya menyatukan wilayah di Nusantara, berantakan karena ulah pengikut garis kerasnya yang menciptakan Perang Bubat.

Perang ini tidak hanya menyakitkan bagi kerajaan Sunda Galuh, melainkan juga menikam hati Hayam Wuruk dan rakyat Majapahit. Gajah Mada pun kehilangan jabatannya sebagai Mahapatih setelah 20 tahun berkuasa.

Dipecatnya Gajah Mada dari pentas pemerintahan, membuat pemberontakan-pemberontakan marak terjadi. Begitu juga gesekan-gesekan yang terjadi akibat perbedaan agama yang dianut masyarakat.

Gajah Mada menyendiri membangun padepokan yang jauh dari pusat pemerintahan. Membantu masyarakat sekitarnya untuk berkembang dan produktif.

Seri kelima ini juga dibayangi pembunuhan terhadap keluarga kerajaan sebagai bentuk balas dendam akibat meninggalnya Dyah Pitaloka beserta kedua orang tuanya dalam perang Bubat.

Sarat dengan tokoh-tokoh fiktif yang menarik, seri kelima yang berjudul Gajah Mada, Madakaripura Hamukti Moksa ini ditutup dengan ending yang tak terduga. Secara keseluruhan, seri kelima ini adalah kompromi yang menyejukkan semua pihak.

Madakaripura Hamukti Moksa, seri terakhir yang kompromis dan menyejukkan (dok.pri)

Selamat jalan Langit Kresna Hariadi, namamu abadi dalam karya. Semoga novel fiksi sejarah ini membawa kebaikan dan bermanfaat serta menjadi amal jariyah di negeri abadi. Aamiin


Jumat, 20 Januari 2023

Monas, Wisata Edukasi Murah Meriah


Monas, wisata edukasi yang murah meriah (dok.pri)

Konvoi kendaraan roda dua beriringan menembus gerimis tipis menuju stasiun Tambun. Rombongan emak-emak ini berencana mengadakan wisata edukasi murah meriah menuju Monas di Jakarta, untuk mengisi liburan sekolah anak-anak.

Monas memiliki daya tarik tersendiri. Berdiri tegak dengan lidah api keemasan yang mengagumkan, memandangnya dari kejauhan, rasanya tidak akan pernah cukup. Apalagi sebagai penduduk dari Planet Bekasi, yang jaraknya 'hanya' selemparan batu dari ibukota, rasanya amat lucu jika anak-anak tidak pernah sekalipun mengunjungi monumen perjuangan ini.

Itu alasan pertama.

Alasan kedua,  naik KRL dari St. Tambun menuju Monas, adalah pengalaman berharga yang kelak akan menjadi kenangan indah saat anak tumbuh dewasa. Harapannya sih seperti itu.

Alhamdulillah. Sesuai ekspektasi, perjalanan itu memang seru. Meski berdempet-dempetan di KRL. (Ya maklum, namanya juga moda transportasi rakyat. Tiket bolak balik St. Tambun ke kota cukup top up tiket 10K per orang. Bisa juga menggunakan e toll)

Selain itu juga ada beberapa kejadian --yang jika diingat-- terasa lucu. Misalnya saat salah naik kereta. Dan berjalan kaki jauh dari St. Gondangdia menuju Monas, akibat kurangnya informasi. Namun karena beramai-ramai, dan banyak melihat hal-hal baru, perjalanan itu terasa menyenangkan bagi anak-anak.

Pengalaman pertama naik KRL (dok.pri)


Sesampainya di Monas. Rasa lelah itu seakan  terbayar lunas. Disambut deretan kios-kios souvernir yang berjejer rapi  menawarkan aneka suvenir dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik,  membuat hasrat belanja menggebu-gebu. Kalau nggak nahan diri, bisa kalap. Serius.

Memasuki taman Monas adalah memasuki ruang terbuka hijau yang bersih dan asri. Pohon-pohon yang terawat (ada plang nama disetiap pohon, membuat anak-anak belajar mengenal ciri-ciri khas pohon tersebut).

Rumput-rumput yang terpangkas rapi, tempat-tempat sampah yang tidak sulit ditemukan, serta petugas kebersihan yang tak malas bekerja, membuat kebersihan area taman terjaga.

Bersantai ngobrol di bawah pohon-pohon rindang saja sudah demikian menyenangkan rasanya. Namun perjalanan tidaklah lengkap jika tidak memasuki  Monumen Nasional yang mengagumkan itu.


Salah satu hal menarik yang membuat anak-anak antusias dalam perjalanan. (Dok.pri)


Untuk memasuki monumen pengunjung tak perlu berjalan kaki terlalu jauh. Cukup berdiri tertib menunggu kereta wisata yang datang menjemput di halte yang disediakan. 

Satu kereta memiliki 3 gerbong gandeng yang setiap gerbongnya bisa menampung hingga 20 pengunjung. Kenyamanan terjaga karena setiap penumpang harus mendapatkan kursi dan tidak boleh berdesakan di dalam gerbong.

Oya, kereta wisata ini, free, alias gratis, hanya untuk pengunjung yang ingin memasuki museum. Bukan untuk berkeliling. Keren ya fasilitasnya?

Tiket  Masuk Monas Murah Meriah

Meski awalnya saya sudah memperkirakan tiket masuk ke museum Monas tidak mahal, namun tetap saja rasanya kaget ketika melihat harga tiket masuk yang terpampang di atas loket.

Anak-anak /Pelajar :Rp 2.000

Mahasiswa : Rp 4.000

Umum : Rp 5.000

Jika ingin naik ke atas menara (lidah api) harga tiket :

Anak-anak/Pelajar : Rp 15.000

Umum : Rp 20.000

Note : Jam kunjungan ke menara hanya dibuka dari jam 13.00-14.00.

Oya, jika datang dengan rombongan, biasanya akan ada guide tour yang akan menemani. Diawali dengan informasi tentang tinggi dan luas bangunan serta  menjelaskan perjalanan panjang Bangsa Indonesia ketika melewati diorama-diorama yang menarik,  guide tour juga akan membuka rekaman suara Bung Karno pada saat proklamasi 17 Agustus 1945.

Guide tour ini pun, free. Namun alangkah baiknya jika kita menyelipkan sekadar uang terima kasih atas inisiatifnya menemani dan memandu anak-anak selama berada di museum.

Monas, ikon perjuangan Bangsa Indonesia

Monas didirikan pada tanggal 18 Agustus 1946. Persis setahun setelah kemerdekaan RI. Sebagai monumen perjuangan rakyat Indonesia  yang telah berjuang meraih kemerdekaan.

Monas sendiri secara keseluruhan memiliki tinggi 132 meter. Lidah api terbuat dari tembaga yang dibalut emas  murni seberat 50 kg. Tinggi ruang museum 8 meter yang memiliki arti bulan ke-8 (Agustus). Serta lebar sisi ruang  45 meter, untuk menandakan tahun kemerdekaan 1945.

Museum Monas, berada di lantai dasar. Sebuah ruangan luas yang sejuk dan bersih. (Pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam museum). Sepanjang sisi museum dipenuhi diorama-diorama menarik. Miniatur tiga dimensi yang melukiskan dengan indah sebuah kisah perjalanan sebuah bangsa.

Ada rasa haru yang menyelinap saat memperhatikan satu demi satu ruang kaca yang bercerita itu.

Diawali dengan sejarah manusia purba, berlanjut dengan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara beserta tokoh-tokoh penting pada masanya, lalu bergerak ke sejarah datangnya bangsa asing yang menjajah Nusantara.

Kekuatan maritim kerajaan-kerajaan di Nusantara (dok.pri)

 Gajah Mada saat menyatakan Sumpah Palapa untuk menyatukan seluruh wilayah di Nusantara (dok.pri)


Diorama kemudian berkisah tentang perjuangan para pahlawan Nasional di setiap daerah. Lalu perjanjian-perjanjian yang kemudian lahir. Kedatangan Jepang.  Kemerdekaan yang diproklamasikan dan pengorbanan para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Begitu juga momen-momen penting perjalanan bangsa Indonesia hingga akhirnya diakui negara lain, dan bergerak aktif mewujudkan perdamaian dunia.

Rekaman Suara Proklamator

Jika di lantai satu kita menyaksikan diorama-diorama yang memukau, maka di lantai dua kita akan mendengar suara rekaman pada saat Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi.

Rekaman ini tidak setiap saat diperdengarkan. Melainkan hanya pada saat-saat tertentu. Salah satunya jika ada rombongan yang tengah berkunjung. Saat itu biasanya guide tour akan membuka sebuah ruang khusus untuk memutar suara rekaman tersebut.
Bergaya di depan audio rekaman proklamasi (dok.pri)

Selain berisi audio rekaman suara Bung Karno, dinding di bagian tengah juga dihiasi lambang negara, Garuda Pancasila.
Foto bersama di bawah lambang negara (dok.pri)

Pada salah satu sisi, terdapat sebuah kotak besar untuk menyimpan duplikat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih.

Pada sisi terakhir dari ke-4 sisi tiang Monas, ada relief yang terbuat dari emas.
Dan, ya, sudah dapat dipastikan itu lokasi yang tepat untuk berfoto bersama.

Foto bersama di bawah relief nusantara

Rangkaian perjalanan seru wisata edukasi murah meriah ini diakhiri dengan sholat dhuhur di mesjid Istiqlal, yang berada di sebelah Monas.

Saran, jika ingin berkunjung ke museum, sebaiknya di pagi hari. Saat  matahari belum menyengat, dan pengunjung belum terlalu padat.

Oya, special thanks tuk emak-emak D4/D5 yang sudah menggagas ide menarik ini dan membuat acara ini menjadi seru dan mengesankan.  Loveee...



 




Senin, 16 Januari 2023

Memperbaharui Kartu Keluarga, Pentingkah?

 


Mengurus KK ke kantor desa


Sejujurnya, saya tidak ingin mengubah KK, Kartu Keluarga. Karena ada hal yang sentimentil berkaitan dengan sebuah nama.

Namun ada hal penting yang mau tidak mau memaksa saya memperbaharui Kartu Keluarga. Jangan sampai hanya karena hati yang belum siap --rasanya tak akan pernah siap -- membuat saya melakukan hal yang tak adil.


Yup, dengan berat hati akhirnya saya putuskan untuk mengganti Kartu Keluarga (KK).

Pangkal masalah ini bermula dari ketidaktahuan. Dulu, saya mengira tidak apa-apa menyingkat nama anak di kolom KK. Selama di akte kelahiran tertulis nama lengkap, maka secara hukum sudah sah untuk ijazah dan lain-lainnya.

Ternyata tidak.

Nama anak yang disingkat di KK akan berdampak pada ijazah dan kartu tanda penduduk (KTP), serta surat keterangan lainnya. Karena di dukcapil yang tercantum adalah nama sesuai dengan apa yang tertulis di KK. Ini terjadi pada salah satu anak saya.

Walhasil, saya pun harus segera mengubah singkatan M,  menjadi Muhammad, agar sesuai dengan akte untuk keperluan ijazah SMA anak saya.

Mengganti KK artinya memperbaharui data yang ada, disesuaikan dengan kondisi saat ini. Termasuk menghapus nama Muharik (anak saya yang sudah berpulang menemui Rabb-nya 2 tahun yang lalu).

Rasanya sesak.

Saya tahu, menghapus nama Muharik dari KK tak akan membuatnya hilang dari ingatan dan doa.

Namun, menyadari bahwa tak ada lagi namanya dalam daftar anggota keluarga, rasanya tetap menyisakan lubang dalam. Seolah-olah saya dipaksa untuk menghadapi kenyataan, bahwa Muharik sudah betul-betul pergi. Bukan hanya sekadar pergi.

Layanan Publik Yang Keren

Sedikit banyak saya terhibur dengan layanan publik yang cepat, tertib, dan mudah. Mengejutkan juga sih.

Jika sebelumnya saya membayangkan kerumitan prosedur dari tingkat kelurahan hingga kecamatan. Dari antrian yang padat dan semrawut, berjejalan di ruangan terbatas untuk menunggu antrian, seperti yang sudah-sudah, ternyata kali ini tidak begitu. 

Saya terkejut mendapati kantor desa yang buka tepat waktu. Jam 08.00. Tidak kurang, tidak lebih. 

Kantor desa buka tepat jam 08.00


Petugas kelurahan yang baru saja masuk kantor sesaat pintu dibuka itu langsung melayani keperluan saya. Setelah melihat surat pengantar dari RT/RW, petugas mengambil berkas untuk membuat KK. Mencoret-coret beberapa kolom, dan meminta saya melengkapi kolom-kolom kosong yang tersedia.

Hanya butuh waktu sekitar 5 menit saja di kantor kelurahan. Oya, saya sengaja datang pagi. Sebelum kantor desa dibuka, jadi dapat  antrian no. 1. Namun, jika melihat kesigapan petugas kelurahan, saya yakin tidak akan banyak antrian di belakang.

Setelah mengisi sendiri berkas-berkas pengajuan KK baru dari kelurahan, saya pun melanjutkan perjalanan menuju kantor Kecamatan Tambun Selatan berjarak sekitar 6-7 Km dari rumah saya.

Hari masih pagi, baru jam delapan lewat. Jika sebelumnya antrian sudah berjubel di ruang tunggu ataupun di halaman, kali ini tidak.

Tidak ada antrian yang mengular. Tidak ada desak-desakan di ruang tunggu.  Kantor kecamatan tampak lengang dan cenderung sepi.

Saya bahkan sempat mengira, kantor kecamatan tutup jika tidak melihat pintu yang terbuka.

Setelah masuk, beberapa langkah dari pintu, ada meja resepsionis. Bapak-bapak  petugas menanyakan keperluan saya. Setelah memberikan nomor urut, bapak petugas langsung mengarahkan ke loket mana saya harus menuju.

Saya dapat antrian No. 11. Tapi di loket yang saya tuju hanya tampak kursi-kursi kosong berjejer rapi. Hanya ada satu orang yang tengah sibuk melengkapi isian berkasnya. Saya langsung mendapat giliran maju untuk menyerahkan berkas. Oya, seperti di kelurahan, petugas di kecamatan pun tak kalah sigap. Jumlahnya pun jauh lebih banyak. Tak heran jika tak ada antrian yang memusingkan kepala.

Penting untuk diketahui,  ketika kita ingin mengganti KK, selain berkas-berkas dari kelurahan yang sudah diisi lengkap, kita juga harus membawa kelengkapan data diri.

Kelengkapan data diri yang harus dibawa, yaitu

1. Fotokopi KTP (Suami-isteri).

2. Buku nikah asli dan fotokopi.

3. KK asli (sediakan juga fotokopian KK, untuk jaga-jaga)

Setelah semua lengkap dan selesai diperiksa, petugas kecamatan kemudian memberikan nota, berisi tanggal kapan waktu mengambil KK tersebut. Yaitu, 2 pekan mendatang.

Selesai. Hanya beberapa menit waktu yang dibutuhkan untuk mengurus KK. 

Secepat itu. Setertib itu pelayanan publik di masa sekarang. Kabar baiknya lagi, semua layanan masyarakat itu gratis. Tidak ada pungutan apapun dari tingkat RT/RW hingga kecamatan. Alhamdulillah....

Semoga bermanfaat.


Kantor Desa Sumberjaya Tambun Selatan Bekasi




Kamis, 20 Oktober 2022

Konflik-Konflik Yang Kerap Muncul Di Awal Pernikahan

Konflik dalam pernikahan (Foto : Unsplash)


Dulu, saya memasuki pernikahan dengan segudang teori dan idealisme tentang pernikahan ideal dan konsep-konsep parenting yang sepertinya 'ok banget' untuk dipraktekkan.

Pada kenyataannya, boro-boro mempraktekkan teori, 'membaca' pasangan hidup saja ---yang telah kita pilih sendiri tanpa tekanan dari mana-mana--- rasanya sudah begitu menghabiskan energi. Lantas tergagap-gagap. Lalu kelelahan.  Apatah lagi belajar memahaminya. Itu luar biasa sulit.

Persoalannya menjadi kian rumit, saat ada perbedaan latar belakang, baik pendidikan, ekonomi dan suku budaya.
Hei, nggak bisa dipungkiri, perbedaan-perbedaan ini memiliki pengaruh yang besar pada karakter dan pola komunikas, juga cara berpikir. Hingga pada akhirnya akan mempengaruhi interaksi dengan pasangan. Lalu, diam-diam muncul perasaan, duh kok dia gini sih ternyata? Gak oke banget. 

Maka tak heran, banyak orang tua yang lebih menyukai menantu yang sesuku, atau memiliki banyak persamaan dengan anaknya.
Tujuannya tak lain untuk meminimalisir konflik dalam rumah tangga. 

Jika dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah : bebet, bibit, bobot.
Dalam Islam, ada istilah : sekufu.
Adanya kesetaraan atau kesamaan baik dari pemahaman agama,  pendidikan, dan lain-lain.

Maka jangan heran, banyak pernikahan yang diatur atau direstui ortu terasa lebih mudah untuk dijalani. Bagaimanapun adanya persamaan akan memudahkan kita mengendalikan biduk rumah tangga.

Faktor keluarga besar pun ternyata bisa menyumbang konflik dalam rumah tangga yang baru dibangun. Jangan pernah berpikir menikah hanya dengan satu orang saja. Begitu kita menikah, sejatinya kita menikahi keluarga besarnya. Dengan segala permasalahan dan kebiasaannya.

Jangan polos-polos amat memasuki gerbang pernikahan. Cinta saja sungguh tidak cukup, Sayang.

Mengetahui kondisi keluarga calon pasangan akan membantu kita memahami dan memiliki persiapan menghadapi potensi konflik yang muncul di kemudian hari.

Selain faktor di atas konflik yang paling sering muncul pada awal-awal pernikahan adalah anak.

Ya, kehadiran anak selain sebagai perekat suami istri, juga berpotensi menimbulkan perselisihan. Hal ini biasanya dipengaruhi kebiasaan yang dibawa dari keluarga asal sehingga mempengaruhi pola asuh anak.

Misalnya keluarga suami berasal dari lingkungan militer yang keras dan penuh disiplin, sementara istri tidak, ini bisa menjadi konflik saat mengasuh buah hati.

Begitu juga dengan kebiasaan-kebiasaan kecil yang awalnya terasa biasa saja, namun lama-kelamaan menimbulkan rasa jengkel yang terus menumpuk.

Padahal, jika kita sedikit lebih jujur, bukankah kita pun tidak baik-baik amat. Kita pun banyak kekurangan.

Bisa jadi kekurangan yang kita miliki ditutupi oleh kelebihan pasangan. Sebaliknya, kekurangan pasangan pun adalah kelebihan yang ada pada diri kita.

Bagaimana solusi menyelamatkan pernikahan ?

Sederhana saja sih sebetulnya cara menyelamatkan pernikahan pada masa-masa awal ini.

Kuncinya adalah ridho, dan banyak bersyukur

Keluarga besarku (Foto : Pribadi)



Ridho

Dengan ridho, kita akan menerima kelebihan dan kekurangan pasangan.

Ridho akan memudahkan kita meletakkan ego kita, untuk melihat lebih luas tentang masalah yang kita hadapi.

Ridho akan membaguskan hal-hal yang semula tampak buruk di mata kita.

Ridho akan menekan keinginan kita untuk mengubah pasangan menjadi seperti apa yang kita maui.  

Bukankah pekerjaan yang paling melelahkan dan sia-sia itu adalah mengubah pasangan sesuai dengan keinginan kita?

Jika kita menemukan ketidakcocokan dan tidak suka dengan beberapa sifat atau kebiasaannya, bicaralah.
Bicarakan baik-baik.

Karena pernikahan adalah proses belajar seumur hidup. Mau tidak mau, suka tidak suka, keduanya harus tumbuh bersama. Pernikahan harus dirawat bersama-sama, bukan usaha satu pihak saja. Jika hanya satu orang saja yang berusaha mengayuh biduk pernikahan, percayalah, lama-kelamaan ia akan menjadi lelah dan patah.

Banyak Bersyukur

Rasa syukur adalah muara yang melarutkan semua gundah, rasa kesal, dan amarah.

Oase yang mampu meredam rasa letih, sedih  dan sumber energi yang berlimpah.

Maka jangan heran, jika rasa syukur ini hilang, maka sebagus apapun rumah kediaman, selucu apa pun anak-anak, dan sebaik apapun pasangan, yang terlihat hanyalah kekurangannya semata.

Hilangnya rasa syukur, seperti lubang menganga di dasar kapal. Jika tak segera ditutup, cepat atau lambat, kapal akan menemui takdirnya untuk karam.
Jangan pernah kau lepaskan (Foto : Pribadi)



Sekian dulu ya. Terima kasih sudah mampir.
Next akan saya tulis tentang periode lanjutannya.












Selasa, 18 Oktober 2022

Saat Kematian Menyapa, Pertolongan Allah Hadir Melalui Tim Janaiz

Kematian dan pertolongan Allah melalui Tim Janaiz

Segala yang bernyawa pasti akan merasakan  maut. Saat sakaratul maut menjemput, sudahkah kita siap? Aduhai, pembahasan tentang maut selalu membuat saya merinding. Benarlah riwayat yang mengatakan, bahwa kematian adalah sebaik-baiknya nasihat.

Bagi siapa? Tentu bagi yang masih hidup. Bagi kita yang kelak akan menjumpai titik akhir perjalanan di dunia untuk menapaki jalan menuju keabadian.

Banyak cerita-cerita menakjubkan usai berpulangnya seorang hamba kepada Pemiliknya yang sejati. Kisah-kisah kematian yang indah dengan begitu banyak amalan, baik yang disembunyikan, atau ditampakkan. Semua kebaikan itu bermunculan justru saat yang melakukannya telah meninggal. Hingga membuat kita, yang bahkan  sebelumnya tak mengenal sosoknya, dengan ringan hati melantunkan doa untuknya.

Seperti kisah Eril yang masih lekat dalam ingatan kita. Atau Koh Steven yang baru berpulang beberapa hari yang lalu. Mereka menjumpai Rabb-nya dengan membawa amalan-amalan terbaik.

Banyak lagi kisah-kisah ulama, pencari ilmu, pejuang-pejuang yang tulus yang meninggalkan  keindahan dan hikmah setelah kematian.

Begitu juga kisah-kisah getir yang memilukan. Kisah yang hanya bisa kita ambil hikmahnya sebanyak-banyaknya, agar terhindar dari hal yang tak diinginkan. 

Sekali lagi, kematian adalah nasihat terbaik. Yang memaksa kita untuk ingat akan kehidupan abadi di akhirat kelak.

Bukankah akhir hayat ditentukan oleh baik buruk amalan seseorang?

Duh, mengingat ini kerap saya mencurigai hati, mencurigai masa depan. Khawatir dan takut. Lantas diam-diam berdoa semoga Allah menganugerahi husnul khatimah pada saya dan orang-orang yang saya sayangi. Aamiin Ya Allah...

Hak Orang Yang Meninggal

Begitu banyak nasihat yang bisa kita ambil sebuah kematian. Lalu bagaimana dengan orang yang sudah meninggal? Apakah mereka masih memiliki hak ketika ruh sudah terpisah dari raga? Hak apa yang didapat setelah kematiannya?

Islam adalah agama yang indah dan sempurna. Tentu saja perihal hak ini mendapat perhatian khusus.

Hak seorang muslim yang wafat merupakan fardhu kifayah bagi umat Islam. Kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam, dan menjadi gugur manakala ada sebagian yang bersedia melakukannya. Jika tidak ada, maka berdosalah masyarakat di sekitarnya. 

Tidak sebatas datang dan mendoakan, melainkan mengurus jenazah dari membersihkan jasad, memandikan, mengafani, hingga menyolatkan dan mengantarkan hingga ke liang lahat.

Sungguh Allah Maha Adil, pahala yang dijanjikan untuk orang yang tulus membantu prosesi ini dari awal hingga akhir adalah emas seberat gunung Uhud. Masya Allah.

Dana Sumbangan Kematian

Alhamdulillah, di perumahan kami tim janaiz sudah terbentuk sejak awal. Sejak dibentuk RT dan RW serta DKM, tak lama kemudian dibentuklah badan khusus untuk mengurusi masalah kematian warga. Termasuk mengadakan pelatihan-pelatihan janaiz bagi warga perumahan.

Berawal dengan mengumpulkan dana sumbangan kematian sebesar Rp 500,00 per kepala/ bulan.

Dari uang sekecil itu ---yang bahkan tak cukup untuk membeli sebutir permen--- Pengurus Janaiz membelikan semua perlengkapan untuk keperluan janaiz. 

Ada yang menjadi perlengkapan  jangka panjang panjang, seperti : keranda,  tempat memandikan jenazah (yang dirancang khusus), handuk, kain panjang, ember besar, gunting serta kain hijab  untuk memastikan ruang pemandian jenazah betul-betul terjaga dari pandangan luar.

Adapun perlengkapan jangka pendek, berkaitan dengan kebutuhan jenazah. Seperti kain kafan, kapur barus, kayu Cendana, kapas, dan tikar. Juga shampo, sabun dan segala perintilan pengurusan jenazah.

Bahkan dari uang 500 perak itu, digunakan untuk membeli tanah makam dan memastikan jenazah diurus hingga proses pemakaman selesai. Termasuk menyediakan ambulan hingga ke makam.

Masya Allah, dari uang sekecil itu, hak jenazah ditunaikan dengan baik. Alhamdulillah.

Indahnya Guyub antar Warga

Tak berhenti hanya sampai di sana. Warga perumahan akan berbondong-bondong bertakziah. Menyatakan rasa duka cita dan menyisihkan rezekinya untuk keluarga yang ditinggalkan.

Sementara tetangga-tetangga terdekat menyediakan berbagai lauk dan memastikan keluarga yang tengah berduka tidak repot memikirkan urusan makanan, baik untuk keluarga maupun orang-orang yang mengantar hingga ke makam.

Saya rasa ini hal yang amat indah dalam kehidupan bertetangga. Salah satu hal yang amat saya syukuri menjadi bagian dari masyarakat yang guyub.

Apalagi dua tahun yang lalu, musibah itu menerpa kami. Kami kehilangan anak kedua yang sudah beranjak dewasa. Tak terbayangkan jika tidak ada tim Janaiz  dan tetangga yang ringan hati membantu. Menerima kenyataan kehilangan buah hati saja rasanya begitu hancur, apalagi harus mengurus segala macam keperluan Janaiz.

Kangen Mas Muharik, Arsyad mengunjungi makamnya.


Di balik kesedihan, saya pribadi merasakan betul pertolongan Allah melalui tim Janaiz yang begitu tulus membantu. Mereka tak mendapat balasan apapun atas jasa mereka, kecuali balasan terbaik yang sudah Allah janjikan. Insya Allah..... 

Jazakumullahu khoiron katsiro...

Semoga Allah memberikan pahala terbaik dan mewafatkan kita dalam kondisi terbaik, husnul khatimah. Sebaik-baik di penghujung waktu.

Aamiin Ya Allah.





Selasa, 12 Juli 2022

Bisnis Kuliner Online, Solusi Tepat di Masa Sulit

 

Bisnis kuliner online perlu jaringan internet yang kuat (Foto : Fixabay)

Tak ada yang betul-betul buruk sebetulnya dalam kehidupan ini. Bahkan pada titik terburuk pun, selalu terselip banyak hikmah dan kebaikan di dalamnya. Kita, hanya, seringkali tidak menyadarinya.

Dua tahun lalu, contohnya, saat wabah Corona menerjang, kondisi keuangan keluarga kami terkoreksi besar-besaran. Kondisi itu bertambah buruk saat anak kedua saya sakit, lalu pergi untuk selamanya. Saya terpukul, pastinya. Tak ada seorang ibu pun yang sanggup ditinggal buah hati yang mendiami puncak hatinya. Anak,  sekaligus sahabat dan harapan di masa depan.

Saya merasa patah hati sejadi-jadinya. Jika bisa berkubang dalam kesedihan, maka itulah yang akan saya lakukan sepanjang hari. Namun, itu sungguh tak adil bagi anak-anak yang lainnya. Bukankah mereka pun sama berharganya? Dan mereka membutuhkan ibu yang sehat dan bahagia. Mau tidak mau, saya harus menyingkirkan air mata di hadapan mereka. Sungguh, itu bukanlah hal yang mudah.

Konon kesibukan seringkali efektif untuk membunuh kesedihan, dan, itulah yang kemudian saya lakukan. Saya harus keluar dari kesedihan sesegera mungkin. Demi kesehatan, demi anak-anak...

Dapur MomaLiza dan Peran Komunitas
Foto cantik dari customer Dapur MomaLiza (Foto : Teh Icha)

Aktivitas apa yang bisa menyibukkan saya di saat PPKM tengah diberlakukan dengan ketat? Ide itu muncul di tengah kondisi yang serba tidak pasti. Namun bukankah peluang itu harus diciptakan? 

Kondisi pandemi yang membuat sebagian orang takut keluar rumah, justru menjadi peluang bisnis bagi saya. Alih-alih berdiam diri di rumah dan terus bersedih hati, saya memilih berbelanja ke pasar untuk mewujudkan ide dengan memulai usaha kuliner. (Ssst, ada yang bilang jika ingin membuka usaha, carilah usaha yang menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari, dan saya memutuskan untuk mencoba bisnis kuliner).

Melalui jejaring sosial Facebook, saya menawarkan produk pertama Dapur MomaLiza : Paru Ungkep dengan varian rasa original dan pedas.

Produk pertama Dapur MomaLiza ini mendapat sambutan hangat dari teman-teman Facebook, terutama teman-teman penulis. (Thanks a lot, Guys... ) Dukungan komunitas penulis ini, jujur saja, menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis kuliner saya.

Saya tidak hanya mendapat customer loyal, namun juga mendapatkan promosi-promosi gratis yang mengenalkan produk Dapur MomaLiza ke lingkungan yang lebih luas. (Sekali lagi, terima kasih banyak..., tanpa kalian tak terbayang, bagaimana caranya berdiri tegak di masa sulit).

Dengan dukungan penuh teman-teman penulis, pelan-pelan Dapur MomaLiza mulai menambah varian menu : Paru Aceh, Ayam/Bebek Rica-rica, Ayam/Bebek Ungkep, Sambal Goreng Ati, Beef Teriyaki, dan Goreng Garem menjadi menu yang bisa pesan kapan saja.

Produk Dapur MomaLiza (Foto : Darwan)


Oya, bukan tanpa alasan,  jika saya lebih memilih menu-menu khas daerah. Selain karena rasanya yang kuat dengan rempah-rempah alami, menu-menu tersebut memiliki cita rasa yang khas. Hanya mengandalkan bumbu alami saja,   tanpa tambahan MSG buatan, rasanya sudah sedap.

Untuk menjaga kualitas rasa, saya hanya menggunakan bumbu-bumbu dapur yang segar. Juga bahan-bahan terbaik. Saya tidak pernah main-main soal ini. Contohnya saat membuat Goreng Garem, saya menggunakan minyak goreng yang selalu baru dengan kualitas yang bagus. Saya juga tidak memakai minyak goreng berulang kali, meski sama-sama menggoreng bawang.

Bukan apa-apa. Saya hanya merasa itu hak customer untuk mendapatkan produk terbaik. Tak adil rasanya jika menggunakan minyak bekas untuk menggoreng bawang, padahal mereka membayar dengan harga yang sama.

Goreng Garem by Dapur Momaliza sudah jalan-jalan di Jerman loh (Foto : Pribadi)

Ada satu rahasia kecil yang agaknya perlu saya bagi di sini. Ada yang mau tahu? Atau, mau tahu banget? Hehehe... Ok. Meski nggak ada yang mau tahu, saya tetap mau berbagi kok. Biar nggak jadi rahasia lagi dan bisa diambil hikmahnya.

Bakat atau Kepepet ?

Sejujurnya saya nggak punya bakat memasak. Teman-teman yang kenal saya sejak jaman kuliah pasti tahu banget kedudulan saya di dunia masak. Tapi, ya, saya beruntung punya Mamah yang pintar masak. Meski sering diusir dari dapur (supaya rajin belajar), sedikit-sedikit saya paham tehnik memasak. Mamah pun sering memberi tips masak, meski saya tak tertarik untuk memasak.

Kebisaan saya memasak sebetulnya berkat bantuan internet. Serius lho. Belajar masak  juga dari Youtube. Sesekali –jika lagi rajin-- mencoba resep-resep yang berhamburan di internet. Asalkan mau mencoba, kita bisa memasak menu apa saja. Saya mencoba dari resep-resep yang mudah dan simpel, hingga akhirnya menemukan resep yang pas di lidah keluarga. Jadi, manfaat internet itu terasa banget bagi saya yang sama sekali tidak memiliki ilmu memasak ketika memasuki dunia rumah tangga.

Bayangkanlah, dulu, bagaimana tersiksanya suami saya menghabiskan masakan buatan istrinya yang nggak jelas, sebelum kehadiran IndiHome, Internetnya Indonesia ini. Maksud hati masak semur daging, yang ada rasanya asin, atau masak gulai tapi jadinya aneh. Ya semacam itulah. Bahkan, bapak saya sendiri trauma dan menolak menu kesukaannya setelah mencicipi masakan buatan saya. Hiks. Saking payahnya saya memasak.

Patut disyukuri memang kehadiran IndiHome, yang menjadi salah satu produk dari Telkom Indonesia ini. Internetnya Indonesia dengan jaringan kabelnya yang stabil dan mantap, memudahkan penggunanya mencari berbagai informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan diri saat menghadapi masa-masa sulit penuh tekanan. Mengubah situasi kepepet menjadi duit. Aih, sedap kan?

Jadi, tak bisa memasak bukan berarti tak bisa membangun bisnis kuliner lho. Manfaatkan saja berbagai fasilitas yang ada. Termasuk internet dan jaringan pertemanan di media sosial. Jangan hanya terjebak di mom war-mom war yang tak kunjung selesai. Hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dalam perdebatan.

Lebih baik gunakan waktu untuk terus mencari strategi bisnis, syukur-syukur bisa merambah hingga ke mancanegara. Dream banget kan ini?


 

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...