Tampilkan postingan dengan label Sehat Itu Pilihan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sehat Itu Pilihan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Februari 2023

Ciri-ciri Dan Karakteristik Orang-orang Yang Terluka, Menurut Salim A Fillah

Ciri dan karakteristik orang yang terluka, menurut Salim A Fillah (Foto : Unsplash)

Sebagai makhluk sosial, kita tentu tak bisa lepas dari interaksi sosial baik dengan masyarakat luas, atau pun circle terkecil, yaitu keluarga.

Dalam membina hubungan, tak jarang kita bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang unik, salah satunya, orang-orang yang terluka.

Yaitu, orang-orang yang memiliki luka batin atas suatu peristiwa yang pernah dialaminya di masa lalu.

Bicara tentang orang-orang yang terluka, Salim A Fillah menuliskan dengan panjang lebar (dan menarik) di dalam bukunya, Dalam Dekapan Ukhuwah.

Berikut cuplikan yang khusus membahas tentang orang-orang terluka.

Kesalahan terbesar dari orang-orang terluka adalah mereka tak segera menyembuhkan luka lamanya. Telusukan (penyebab luka) yang mengganggu itu dibiarkan. Jadilah orang-orang yang terluka itu sebagai mereka yang enggan berubah.

"Orang terluka," kata John C Maxwell, "Juga sulit menerima kegagalan."

Semua ketidakberesan dalam kehidupan yang sebenarnya bersumber dari lukanya tak disikapi sebagai pelajaran berharga.

Dia selalu menemukan orang, pihak, kelompok, benda atau apapun yang menurutnya telah menjadi sebab dari segala kepahitan. Telusukan itu masih ada di sana. Mengeram dalam diam namun mendatangkan kuman-kuman.

Orang terluka kurang suka membahas persoalan. Mereka tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah. Yang mereka tahu, hanyalah bahwa mereka kesakitan. 

Rasa tersiksa itu disebabkan seseorang telah menyentuh luka mereka, entah dengan cara apa.

Mereka selalu memandang dirinya sebagai korban. Rasanya pedih.

Dan bagi mereka, orang-oranglah yang salah. Selesai.

Lebih lanjut, orang terluka tak terlalu suka belajar dari lain. Itu akibat dari menganggap orang lain bersalah dan menyakiti dirinya. Dia juga enggan bertindak. Tak bergairah melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai masalahnya dan memecahkannya.

Ya.

Karena dia menganggap semua itu bukan salahnya.

(Hal 151-153)

Lebih lanjut Salim A Fillah menjelaskan bahwa orang-orang yang terluka itu memiliki karakteristik khas.

Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah

Berikut ciri-ciri dan  karakteristik orang-orang terluka menurut Salim A Fillah :

1. Orang terluka umumnya hanya memiliki palu dan menganggap semua hal adalah paku.

Ciri-cirinya :
  • Mereka sering bertindak sebelum mengetahui gambaran persoalan dengan utuh sehingga mereka salah waktu dan salah cara dalam merespon sesuatu.
  • Seringkali mengungkit masa lalu. Dalam pembicaraan mereka suka menyakiti sesama dengan menyebut ulang kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan orang lain.
  • Suka memperburuk keadaan dengan memberikan reaksi berlebihan. 
  • Pemilik palu beranggapan bahwa situasi jauh lebih penting daripada hubungan. Misalnya, memenangkan debat jauh lebih penting daripada menjaga agar hati seorang kawan tak tersakiti.

Apakah kita memiliki ciri-ciri di atas? Semoga kita bisa membuang palu dari dada kita, dan meraih hati orang-orang yang kita sayangi. Aamiin...

2. Orang terluka enggan berubah.

Mereka memilih menikmati dan memelihara lukanya. Lalu menampilkan rasa sakit dengan segala cara. 
Sulit menerima kegagalan, tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah, serta tak suka belajar dari orang lain.

Mereka fokus dengan rasa sakit dan menyalahkan orang lain yang menyebabkan munculnya rasa pedih setiap kali tersentuh --- entah dengan cara apa.

Mereka selalu merasa menjadi korban atas segala kondisi yang menimpanya.

3. Pengeluh yang fasih dan penuh penjiwaan.

Jika orang-orang mukmin mengeluh hanya kepada Allah, seperti Ya'qub dalam Surat Yusuf ayat ke-86 berkata, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya."

Sementara orang-orang terluka, suka mengeluh kepada manusia. Padahal, sembarang mengeluh itu berbahaya.

Nah, Sahabat Moma, semoga kita terhindar dari sifat-sifat di atas. Minimal, jika ada dalam diri kita karakteristik tersebut, kita bisa berusaha mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk yang nyata-nyata  membahayakan  orang-orang di sekitar kita. 

Untuk membina hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi, buanglah palu dalam diri kita. 
Jangan pula menjadi landak yang suka menebar duri tubuhnya untuk melukai orang lain.  Nauzubillah min dzalik...


Jumat, 28 Oktober 2022

Butuh Healing? Yuk, Menulis...

 

Menulis salah satu cara healing yang efektif (Foto : Fixabay)

Sekarang semakin banyak orang yang menyadari bahwa menulis bisa menjadi salah satu proses healing. Healing dalam arti yang sebenarnya ya, bukan seperti yang sedang nge-tren saat ini. Yup, healing dalam pengertian yang sebenarnya adalah sebuah proses penyembuhan luka batin yang bisa mengganggu emosi seseorang.

Setiap orang tentu memiliki luka batin yang berbeda dalam jangka yang cukup lama. Tidak terkecuali saya. Pengalaman-pengalaman buruk di masa lalu dan tidak memiliki kesempatan untuk mengungkapkan perasaan disakiti, biasanya akan menjadi luka batin yang terus menumpuk seiring perjalanan waktu. Kondisi seperti ini jika dibiarkan tentu akan memengaruhi aktivitas keseharian saya.

Orang-orang yang memiliki luka batin yang dalam cenderung lebih sensitif, sering berpikiran negatif, sulit memberi maaf dan percaya pada orang lain, dan cenderung untuk bersikap cuek  pada lingkungan sekitarnya.

Namun jangan khawatir, ada banyak cara untuk menyembuhkan luka batin ini, salah satunya dengan cara menulis. Menulis bisa menjadi terapi yang efektif untuk proses healing. Sebab ketika menulis, orang akan mengeluarkan seluruh perasaan, baik rasa sedih, kecewa, termasuk mengeluarkan racun-racun yang mengendap di dasar jiwanya.

Sebagai blogger, saya tentu lebih mudah melakukan self healing melalui tulisan. Banyak  peristiwa  dalam kehidupan ini yang bisa membuat kita merasa kecewa, sedih dan marah. Perasaan itu akan larut dengan sendirinya, jika kita mulai menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Tulisan-tulisan itu memang bisa menjadi jejak bahwa kita pernah berada di titik yang mengecewakan, pernah disakiti. Namun bersamaan dengan menulis kita, tanpa sadar kita telah meluangkan waktu untuk melakukan hal beberapa hal penting yang bisa menyembuhkan luka batin itu.

Proses Healing Yang Terjadi Selama Menulis

1.      Me Time

Dalam keseharian, menulis menjadi  me time yang spesial dan paling saya sukai. Karena menulis memberi kesempatan untuk bicara pada diri sendiri, meluahkan   perasaan, emosi dan lain-lain.

2.      Mengelola Pikiran

Dengan menulis, secara otomatis kita akan mengelola pikiran dan perasaan hingga lingkungan yang ada pada diri kita. Memilah-milah emosi dan energi mana yang perlu disimpan atau dibuang. Jika menulis menjadi sebuah kebiasaan, tentu kita menjadi pribadi yang jauh lebih tenang, dan berpikir positif.

3.      Memaafkan diri sendiri

Memaafkan diri sendiri atas kondisi di masa lalu yang tak bisa kita ubah, merupakan proses paling penting dalam healing. Meski tidak mudah, namun setelah menumpahkan perasaan melalui tulisan, pelan-pelan kita akan menyadari, bahwa memaafkan itu membuat dada terasa lega. Semua menjadi lebih mudah saat kita memaafkan diri sendiri. Karena memaafkan itu menyembuhkan.

4.      Melakukan kegiatan positif

Banyak manfaat yang didapat dari menulis. Sebagai seorang blogger, selain bisa untuk self healing, menulis membuat kita bisa menyebar manfaat melalui tulisan-tulisan baik. Menginformasikan hal-hal yang berguna bagi orang lain.

5.      Memaknai masa lalu

Menulis tak bisa lepas dari proses mengingat informasi-informasi yang tersimpan di masa lalu. Tak jarang membuat kita mengubah pola pikir dan pandangan terhadap masa lalu. Bahwa tidak semua hal buruk di masa lalu betul-betul buruk. Selalu ada sisi positif dari segala hal. Bukankah apa yang tidak bisa membunuhmu, hanya akan membuatmu lebih kuat?

6.      Penghasilan tambahan

Satu hal yang tak kalah penting, menulis berarti membuka peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan.  Ini salah satu hal yang mendorong saya untuk menulis. Baik di blog pribadi maupun di media sosial.

Selain untuk bersenang-senang, menulis hal-hal baik akan membentuk  personal branding saya sebagai blogger, sekaligus menyehatkan jiwa dan menambah peluang pemasukan. Menulis membuat hidup menjadi lebih mudah untuk dijalani.

Jadi, apakah Anda tertarik untuk menulis atau menjadi blogger? Jangan lupa pilihlah internet provider yang mendukung aktivitas menulis, seperti IndiHome, misalnya.

Senin, 01 Agustus 2022

Waspadai 7 Penyakit Kucing Yang Bisa Menular Pada Manusia

 

Meski menggemaskan, waspadai 7 penyakit kucing yang bisa menular. (Foto : Fixabay)

Beberapa waktu lalu kami dikejutkan dengan peristiwa meninggalnya anak salah seorang tetangga. Usut punya usut, ternyata akibat terkena infeksi parasit yang berasal dari kucing. Kok bisa?

Jadi ceritanya, anak  tetangga ini masih kuliah dan kost di luar kota. Dari kecil hobinya memang suka merawat kucing. Bisa dimaklumi, karena anabul itu menggemaskan dan pintar  membawa diri. 

Selama masa kuliah ia memelihara 8 ekor anabul dari berbagai ras, termasuk kucing lokal. Bayangkan betapa sesaknya kamar kost dengan kucing-kucing yang berkeliaran sepanjang hari.

Akan tetapi, namanya juga sayang, ia merasa nyaman saja hidup bersama anabul. Dari memberi makan hingga merawat kucing-kucing yang sakit. Ditambah dengan kesibukkan sebagai mahasiswa, maka wajarlah jika kebersihan kamarnya kurang terjaga dengan baik, ditambah sirkulasi udara yang kurang mendukung.

Bertahun-tahun ia tinggal di kamar kost dengan kucing sebanyak itu, termasuk  kucing-kucing liar yang sering mampir sesukanya.  Sampai akhirnya ia jatuh sakit. Sakit yang tidak diketahui apa penyebabnya. Sembuh sebentar,  lalu sakit lagi. 

Bolak-balik masuk rumah sakit, cek darah berulang kali. Hasilnya nihil. Hanya diketahui ada bakteri, tapi tidak terdeteksi penyebabnya. Kondisi seperti ini berlangsung hampir setahun lamanya.

Hingga akhirnya ibunya tersadar dan bertanya pada dokter, "Mungkinkah bakteri itu disebabkan oleh kucing?" Berdasarkan informasi tersebut dokter segera menulis rujukan untuk melakukan cek darah khusus yang biayanya  pun lumayan besar, 4 juta. Dari hasil cek darah itu ternyata positif ada bakteri yang berasal dari kucing.

Bakteri itu masuk melalui :

1. Udara

2. Kotoran 

3. Air seni

4. Bulu

Bakteri itu berasal dari kucing-kucing yang ditampungnya di kamar kost. Entah dari kucing peliharaan atau kucing-kucing liar yang selalu betah bermain di sekitarnya.

Penasaran dengan peristiwa tersebut, saya pun mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit yang bisa ditularkan kucing kepada manusia. Karena banyak teman-teman dekat yang senang memelihara kucing. 

Ternyata banyak juga lho penyakit yang ditularkan kucing kepada manusia. Penyakit ini jika tidak segera ditangani dan dibiarkan berlarut-larut bisa menyebabkan kematian, seperti kasus di atas.

Penasaran ingin tahu apa saja penyakit-penyakit yang ditularkan kucing kepada manusia?

Obit (Foto : Dyah P)


Inilah 7 Penyakit Kucing Yang Bisa Menular Pada Manusia

1. Toksoplasmosis

Kita mungkin sering mendengar kasus keguguran, kematian janin atau toxoplasmosis genital yang merusak otak, yang disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma Gondii. Sehingga ibu hamil disarankan untuk tidak melakukan kontak untuk menghindari infeksi yang disebabkan oleh kucing.

toksoplasmosis akibat infeksi parasit toxoplasma gondii.

Pada manusia, penyakitnya menular dari parasit kotoran kucing atau air yang terkontaminasi kotoran. Infeksi ini berisiko demam, nyeri otot, radang, pembengkakan kelenjar getah bening.

Para ahli kesehatan menyarankan ibu hamil untuk tidak kontak dengan hewan karena rentan mengalami gangguan keguguran, kelahiran mati, hingga toksoplasmosis kongenital yang merusak otak.


Baca artikel CNN Indonesia "7 Penyakit yang Ditularkan Kucing ke Manusia" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220520130004-289-798963/7-penyakit-yang-ditularkan-kucing-ke-manusia.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Penyakit ini menular melalui kotoran atau air yang terkontaminasi kotoran. Gejalanya bisa berupa kram perut, demam, kejang dan muntah-muntah.

2. Kriptosporidiosis

Penyakit diare ini disebabkan oleh parasit Cryptosporidium. Penularan terjadi akibat adanya kontak langsung dengan kotoran kucing yang sudah terinfeksi.

Meskipun, konon, bisa sembuh dengan sendirinya, namun berhati-hati dengan tetap berobat ke dokter akan lebih baik untuk menghindari akibat fatal akibat melemahnya imun tubuh.

3. Bartonellosis

Bermain-main dengan kucing tak jarang kita akan terkena cakaran atau gigitannya. Bahayanya jika kucing mengalami infeksi Bartonella Henselae, maka gigitan dan cakarannya bisa menyebabkan kita terkena infeksi.

Gejalanya bisa dilihat dari pembengkakan kelenjar getah bening yang ada di kepala, leher, lengan yang disertai demam, lemas, sakit kepala, serta menurunnya berat badan.

4. Demam Q

Saya baru mengenal demam Q ini menjelang perayaan Hari Raya Qurban kemarin. Demam yang disebabkan oleh bakteri Coxiella Burnetii sempat diwaspadai karena, selain bisa menular dari kucing dan anjing, juga bisa  dari sapi, kambing, dan domba melalui udara dan air.

Gejalanya tampak seperti serangan flu pada umumnya. Hanya saja jika tidak diberi antibiotik, bisa berlanjut dengan serangan kronis pada otak, paru-paru dan jantung.

5. Infeksi Cacing Tambang

Cacing tambang hidup pada usus hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Biasanya keluar bersama kotoran. Infeksi cacing tambang ini bisa terjadi karena adanya kontak dengan tanah yang mengandung cacing dan telurnya yang masuk melalui kulit.

Gejala yang timbul biasanya berupa rasa gatal yang luar biasa, pendarahan, radang dan sakit perut. Bisa disembuhkan dengan menggunakan obat anti parasit.

6. Infeksi Jamur

Kucing yang terinfeksi jamur dapat dilihat dari kulit mati, kuku dan bulunya. Penularan infeksi jamur ini melalui kontak langsung antara manusia dan kucing yang terinfeksi.

7.  Campylobacteriosis

Penyakit ini berasal dari bakteri Campylobacter, yang terdapat pada kotoran kucing dan anjing. Kucing yang terinfeksi penyakit ini berasal makanan yang terkontaminasi, seperti memakan daging mentah atau setengah matang.

Akibatnya bisa menyebabkan diare berdarah, kram perut, mual dan muntah.


Anabul kesayangan (Foto : Dyah P)


Anabul memang menggemaskan dan sulit untuk tidak menyukainya. Namun tidak ada salahnya tetap berhati-hati dan waspada, jika kucing kesayangan menunjukkan gejala terinfeksi.

Menjaga kebersihan dan sirkulasi udara yang baik adalah koentji agar tetap sehat hidup berdampingan dengan para anabul kesayangan. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220520130004-289-798963/7-penyakit-yang-ditularkan-kucing-ke-manusia




Rabu, 06 Juli 2022

6 Hal Yang Harus Dilakukan Saat Merawat Anak DBD Di Rumah

 

 

Manfaat internet saat merawat anak DBD di rumah (Foto : Fixabay)

Bulan Maret lalu menjadi bulan yang tak terlupakan. Sampai saat ini, mengingatnya saja sudah membuat saya merinding dan bersyukur, bahwa masa-masa ‘mengerikan’ itu-- dengan pertolongan Allah-- akhirnya bisa kami lewati. Alhamdulillah...

Saat itu perumahan kami dan perumahan lain di sekitar, tengah  mengalami wabah demam berdarah. Hampir setiap rumah yang memiliki anak, terserang demam. Jika tidak typhus, hampir dipastikan hasil diagnosis berdasarkan cek darah, terkena wabah demam berdarah yang dibawa oleh nyamuk Aedes Agaepty Dengue.

Tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Tidak pernah juga terlintas dalam pikiran saya, bahwa anak-anak saya akan mengalami serangan nyamuk ini. Bukan hanya satu-dua orang saja, melainkan 5 anak sekaligus, kecuali si kecil yang lolos dari virus ini karena pertolongan Allah semata, meski tak urung suhu tubuhnya selalu di atas 38 derajat celcius selama 2 pekan.

Melihat kondisi Zidna, yang sudah berhari-hari demam, lemas dan bibir pecah-pecah saya ingin segera membawanya ke rumah sakit, sesuai dengan instruksi dokter saat mengetahui hasil cek darah. Dokter menekankan bahayanya jika membiarkan anak tetap di rumah dengan jumlah trombosit yang turun drastis. Hanya sekitar 100 rb saja hasil cek darah saat itu.

Namun, berbeda dengan keinginan saya, suami menolak keras membawa anak ke rumah sakit. Alasannya, yang sakit tidak hanya satu anak, melainkan semua anak. Bagaimana mungkin keenam anak yang sedang demam tinggi dibawa ke rumah sakit? Siapa yang menjaga mereka di rumah sakit, jika di rumah sakit mereka dapat ruangan yang terpisah? Bagaimana jika ada yang harus dirawat dan ada yang cukup dirawat di rumah?

Ini bukan hanya masalah biaya saja, melainkan juga masalah tenaga. Sesanggup apa kami menjalani aktivitas antara rumah dan rumah sakit. Antara memenuhi kebutuhan yang masih sehat dan mendampingi anak-anak di rumah sakit.

Kami berdebat sengit kala itu, meski akhirnya saya mengikuti keinginan suami untuk merawat semua anak di rumah saja. Tentu dengan pembagian kerja yang jelas, bahwa yang bertanggung jawab merawat semua anak yang sakit adalah suami. Sementara saya cukup membantu sebisanya dan memastikan persediaan logistik, dari makanan hingga obat-obatan terpenuhi.

Keputusan yang diambil suami saya tentu bukan keputusan yang main-main, terlalu berani. Taruhannya adalah nyawa. Kami sudah merasakan luka mendalam ditinggalkan seorang anak, dan itu meninggalkan trauma. Kali ini, sungguh tak ingin ada lagi yang pergi meninggalkan kami.

Keputusan itu bukan tidak berdasar, suami bersikeras memutuskan setelah membaca banyak informasi di internet tentang penangan DBD. Juga dengan memanfaatkan konsultasi medis secara online dengan aplikasi kesehatan via internet. Untuk kondisi tertentu, kita bisa meminta kunjungan dokter dengan bantuan aplikasi kesehatan. Jadi manfaat internet saat merawat anak DBD betul-betul membantu kami melewati masa-masa kritis.  Begitu juga informasi dari teman-teman yang berbagi tips merawat anak DBD di rumah.

Aplikasi kesehatan untuk pendampingan dan konsultasi online (Foto :Alodoc)

Alhamdulillah dengan berbagi peran yang jelas (suami saya terpaksa cuti 10 hari, dan 24 jam nonstop mendampingi anak-anak di rumah), saling dukung dengan pasangan, juga suport dari keluarga dan teman-teman baik berupa materi dan doa, masa-masa sulit itu akhirnya berhasil kami lewati. Tiga pekan yang mendebarkan.

Oya, berikut ini tips yang kami lakukan saat merawat anak DBD di rumah.

Tips Merawat Anak DBD di rumah :

1.      Jangan panik

Jika kondisi tidak memungkinkan merawat anak di rumah sakit, hal pertama yang harus kita lakukan adalah tetap tenang dan tidak panik. Serangan panik akan membuat kita tidak bisa fokus mencari informasi dan membantu anak melewati masa kritisnya dengan baik.

2.      Sediakan turun panas dan cek suhu tubuh secara berkala

 

Pengecekan suhu secara berkala untuk mengetahui kondisi anak (Foto: Fixabay)

Serangan DBD akan membuat anak mengalami demam tinggi, tak jarang akan membuat anak meracau. Ceklah suhu tubuh anak secara berkala, untuk mengetahui kondisi anak setiap saat (suami saya mencek dan mencatat perjam seluruh suhu tubuh anak).

Sediakan paracetamol  yang cukup di rumah untuk menurunkan suhu tubuh anak. Berikan 3-4 kali sehari untuk membantu anak mengurangi efek demam. Kompres dengan air hangat bisa membantu mengurangi demam pada anak.

Hindari pemberian Ibuprofen yang bisa menimbulkan efek samping pada kesehatan lambung anak. Waspadai juga masa-masa kritis anak (biasanya hari ke-5 sampai hari ke-7) saat suhu tubuh mendadak turun. Inilah yang disebut pelana kuda. Biasanya suhu tubuh akan kembali naik tinggi lalu perlahan turun menuju suhu normal.

3.      Pastikan asupan cairan dan makanan yang cukup

Anak yang terserang DBD umumnya malas makan dan minum, maka kita wajib memastikan ada makanan dan cairan yang cukup. Jika perlu dengan memaksa anak untuk tetap makan dan minum, meski sedikit namun sering itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Berilah makanan yang lembut, seperti bubur, bubur susu atau biskuit. Pastikan anak untuk menghabiskan setidaknya 2 liter cairan per hari.

Kita juga bisa memberikan jus jambu merah, larutan penyegar atau cairan pengganti ion tubuh untuk menghindari dehidrasi pada anak.

Madu, salah satu herbal yang sangat dianjurkan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak(Foto : Fixabay)

4.      Sediakan herbal yang cukup

Banyak cara meningkatkan daya tahan tubuh dan jumlah trombosit. Selain jus jambu merah, rebusan daun jambu, rebusan daun ubi, kita juga bisa memberikan anak madu murni, madu angkak, sarikurma, vermin (obat cacing) dan propolis. 

Pilihlah yang paling disukai anak, dan berikan sesering mungkin.

5.      Jangan biarkan anak melakukan aktivitas berlebihan

Anak DBD akan merasakan tubuh yang lemas, sehingga rentan sekali terjatuh. Bila anak jatuh, maka kondisinya akan membahayakan karena memicu pecahnya saluran darah, terutama di bagian vital. Untuk menghindari hal itu, maka anak wajib menjalani bedrest.

Untuk menghindari kebosanan dan jenuh, kami membebaskan anak-anak untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai, asal tetap berada di tempat tidur. Selain mewarnai, biasanya  anak-anak memilih menonton film.

IndiHome Interaktif TV bisa jadi pilihan untuk menghindari rasa bosan anak (Foto : IndiHome, Telkom Indonesia)

Memiliki TV Interaktif (UseeTV) sebagai salah satu produk IndiHome, sangat membantu menghilangkan kejenuhan anak-anak. Menonton tayangan menarik membuat anak lupa akan rasa sakit dan rasa bosan karena berada di tempat tidur saja. Maka jangan heran jika IndiHome, sebagai Internetnya Indonesia, menjadi pilihan para orangtua untuk menemani berbagai aktivitas  di rumah. 

Banyak film menarik untuk anak di UseeTV (Foto : IndiHome, Telkom Indonesia)

6.      Dampingi anak selama menjalani masa kritis hingga pemulihan

Mendampingi anak 24 jam selama sakit akan membuat anak merasa disayangi dan diperhatikan, hal ini sangat membantu menaikkan imunitas  anak hingga bisa melewati masa kritis dan masa pemulihan.

Namun hal ini hanya bisa dilakukan dengan adanya kerja sama yang baik antara ayah dan ibu, juga seluruh anggota keluarga. Juga doa yang tak henti dipanjatkan pada Sang Khaliq, Allah Ta’ala.

Demikian pengalaman kami merawat anak-anak saat DBD di rumah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Tetap semangat melakukan aktivitas tanpa batas bersama Telkom Indonesia.

 

Selasa, 16 Maret 2021

Kesalahan MPASI Berujung Drama

 

Salah dalam pemberian MPASI pada anak bisa berakibat fatal



Sebetulnya, ini salah satu sejarah paling memalukan bagi saya. Juga pengalaman yang merontokkan anggapan bahwa punya anak banyak berarti, paham segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Termasuk soal pemberian MPASI.

Senin, 15 Maret 2021

3 Waktu Yang Tepat Mencabut Gigi Susu Anak

 


Beberapa pekan yang lalu saya mengajak anak-anak ke puskesmas untuk mencabut gigi-gigi susu mereka. Mom tentu sudah  mengetahui,  bahwa gigi susu merupakan gigi sementara yang akan mengalami pergantian dengan gigi permanen atau gigi dewasa.

Gigi susu ini tumbuh pada anak yang berusia antara 6 hingga 2 tahun. Dan ketika anak berusia antara 6-7 tahun gigi seri dewasanya akan tumbuh dan berakhir ketika gigi geraham dewasa tumbuh  di antara usia 12-13 tahun.

Peralihan antara gigi susu dan gigi dewasa yang bersifat permanen mau tidak mau harus melalui proses tanggalnya gigi susu untuk memberi ruang bagi perumbuhan gigi dewasa.Tidak semua anak senang menghadapi peristiwa ‘penting’ ini. Terutama bila harus melakukannya di ruang dokter g:igi dengan aneka peralatan yang tampak menakutkan.

Tetapi, mau tak mau, setiap anak akan mengalami peristiwa tak terelakkan ini : “cabut gigi”. Terasa horor pastinya ya? Begitu juga yang dialami Zidna,  Arsyad dan Rabbani. Mereka dengan wajah tegang memasuki ruang prakter gigi. Baca juga :Jangan Takut Cabut Gigi di Puskesmas

Ternyata tidak semua anak bisa dicabut gigi susunya, seperti yang dialami Arsyad dan Rabbani. Tetapi Zidna tidak. Ternyata ada waktu yang tepat untuk mencabut gigi. 

Jadi, kapankah saat yang tepat untuk mencabut gigi susu anak?

1. Gigi goyang

Apa bila anak mengalami gigi susu yang goyang, itu pertanda gigi tersebut harus segera dicabut. Ketika menghadapi situasi seperti ini, Mom tidak perlu panik dan terburu-buru membawa anak ke dokter gigi. Kita bisa meminta pendapat anak, apakah ingin segera dibawa ke dokter,  atau berilah waktu agar gigi tersebut copot secara alami dan tidak menimbulkan trauma pada anak.

Bila kondisi gigi dan mulut secara keseluruhan aman, dan tinggal sedikit yang menempel, kita bisa kok membantu mencopot gigi tersebut dengan menggunakan kapas dingin.
Akan tetapi bila hanya goyang sedikit, seperti yang dialami Arsyad kemarin, dan ia mengeluh  saat makan, maka saya memilih membawanya ke dokter gigi..

2. Gigi Kesundulan 

Berbeda dengan Arsyad, gigi  dewasa Rabbani sudah tumbuh, sementara gigi susunya masih menempel dengan kuat. Gigi kesundulan ini pun menjadi alasan yang tepat untuk mencabut gigi susu anak, agar gigi dewasa tumbuh dengan baik pada tempatnya.

3. Gigi Abses

Melihat gigi anak yang kehitaman, kita tentu gregetan dan ingin segera mencabutnya, akan tetapi dokter gigi di puskesmas kemarin, tidak mau mencabut gigi Zidna yang kehitaman. karena  tidak goyang dan tidak ada masalah saat mengunyah makanan..

Menurut dokter, gigi dewasa Zidna belum siap tumbuh, dan masih membutuhkan gigi susu sebagai pemandu keluarnya gigi dewasa. Agar kelak gigi dewasa tumbuh rapi dan teratur. Gigi susu anak baru bisa dicabut jika gigi berlubang, sering mengalami bengkak dan mengganggu kenyamanan saat mengunyah, maka menghilangkan gigi abses lebih diutamakan. 

Nah, jadi tidak semua gigi susu yang hitam bisa kita cabut, ya, Mom. Dan, jangan lupa menjaga kebersihan gigi saat selesai makan dan sebelum tidur. Semoga artikel ini bermanfaat yaa...

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...