Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Cerpen Remaja

Cerpen Remaja Liza P Arjanto, Gantungan Kunci Spesial Untuk Koko

  Cerpen remaja, Liza P Arjanto (Foto : Pixabay) Cerpen remaja ini merupakan satu jejak bersama puluhan cerpen lainnya yang ditulis teman-teman di kelas menulis, Penulis Tangguh asuhan Bunda Nurhayati Pujiastuti. Di dalamnya ada cerpen Yulina Triharningsih, Utami Panca Dewi, Ruwi Meita, Yuniar Khairani, dan lain-lain. Dear Koko, adalah cara kami untuk mengenang adik, sekaligus sahabat yang telah pergi mendahului kami, Koko Ferdy. ---   Antologi cerpen remaja, Penulis Tangguh (Foto : koleksi pribadi) Gantungan Kunci Spesial Untuk Koko Oleh : Liza P Arjanto           Tangan Monik bergerak lincah meronce manik-manik yang berkilauan ditimpa sinar matahari pagi. Sementara mulutnya tak henti menerangkan pada teman yang duduk paling dekat dengannya cara merangkai manik-manik itu. Sesaat ia akan menikmati rasa kagum yang muncul di mata teman-temannya. Lalu mendengarkan pujian tentang betapa terampilnya ia membuat aneka gelang dan gantungan kunci. Namun itu hanya sesaat. Ia tahu, merek

Percikan Majalah Gadis : Sepasang Mata Cokelat

 Ide ini mengendap selama 2 tahun. Selama itukah? Ya. Karena ide ini menarik, ide ini selalu menggeliat mencari bentuk. Hingga akhirnya muncullah sebagai sebuah Percikan yang dimuat di Majalah Gadis Edisi.13. Selamat membaca.... Sepasang Mata Coklat Oleh : Liza P Arjanto             Sudah beberapa hari ini   sepasang mata coklat itu mengikuti Wina. Wina tahu betul, warna bola mata lelaki itu, karena ia pernah berpapasan dengannya tepat di depan gerbang. Sepasang mata yang bersinar ramah dan sebuah senyum yang mengembang sempurna ke arahnya. Meski merasa heran, Wina membalasnya dengan anggukan kepala kecil.             Biasanya pemilik mata itu hanya mengikutinya dengan tatapan hangat. Namun kali ini,   pemilik mata itu   mengikuti langkahnya. Sungguh tak nyaman rasanya. Wina mempercepat ayunan langkah kakinya.

Cerpen Majalah Gadis : KARIN

   Inspirasi cerpen ini berasal dari cerita putri sulung saya, Karimna, tentang salah seorang temannya yang senang sekali berada di perpustakaan. Bukan untuk membaca. Tapi untuk menarik perhatian karyawan perpustakaan. Lalu, Sebuah kenangan. Tentang sepasang mata yang berbinar. Bukankah kenangan tak pernah mati? KARIN Oleh : Liza P Arjanto             Karin menatap sahabatnya, Rara, dengan pandangan heran. Tidak biasanya Rara bersikap seaneh ini. Bayangkan saja, hampir setiap usai jam sekolah ia menolak langsung pulang sebagaimana biasanya. Ia malah memilih menghabiskan waktu berlama-lama di perpustakaan.             Ini sungguh tak biasa. Sejak kapan anak itu tiba-tiba doyan membaca. Setahu Karin, Rara tidak suka membaca. Perpustakaan selalu menjadi tempat terakhir yang dikunjunginya. Itu pun   hanya bila ada tugas yang mengharuskannya mencari informasi di perpustakaan.             “Rin, kamu pernah melihat karyawan perpustakaan yang baru?” tanya Rara.   

Cerpen Majalah Gadis : Miss Cenayang

 Beberapa teman mungkin mengenal hobi saya yang suka menebak-nebak karakter orang.  Hobi ini menyenangkan. Seru dan bisa membuat beberapa teman bertanya-tanya, benarkah saya seorang cenayang? Hahaha... Hobi ini baru saya hentikan, ketika saya bergabung di grup Penulis Tangguh. Sebabnya tak lain dan tiada bukan, karena gurunya, Mbak Nurhayati ternyata "cenayang" yang sesungguhnya. Nah, untuk mengingat, bahwa saya pernah menjadi cenayang--- meski gadungan, cerpen ini pun saya buat. Selamat menikmati.... Majalah Gadis, No. 31. 18-27 November 2014 MISS CENAYANG Oleh Liza P Arjanto Miss Cenayang. Julukan itu melekat pada Niar, persis seperti rambut ekor kuda yang selalu menempel di belakang kepalanya. Membuatnya tampak beda dengan kebanyakan teman-teman sekelasnya. Jujur saja, Niar tampak lebih manis dengan ekor kudanya, namun juga tampak berbeda. Julukan itu bermula ketika ia secara iseng membaca tulisan milik Caca. Caca adalah   teman sekelasnya.

Cerpen Majalah Gadis : Sebiru Langit di Atas Tureloto

 Kisah ini terinspirasi oleh sosok pejuang Hipertensi Paru yang telah gugur di usia muda. Namun keceriaan dan semangat hidupnya tetap menyala di bilik-bilik kenangan para sahabat, sesama pejuang Hipertensi Paru. Bahwa hidup tak layak untuk ditakuti, melainkan untuk diisi dengan memberi sebanyak-banyaknya  kebahagiaan bagi mereka, yang tercinta. Sebiru Langit di Atas Tureloto Oleh Liza P Arjanto             Alisa memayungkan telapak tangannya tepat di garis alis matanya yang tebal. Ia menyesali keteledorannya tidak membawa topi. Rasa sesal yang segera saja sirna melihat nuansa biru yang berkilau-kilau di atas pantai Tureloto. Ia ingin sekali larut dalam kebiruan itu. Dan melupakan kesedihan yang dibawanya ke Tano Niha.