Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Juli 2022

Metaverse Bagi Anak Usia Sekolah, Bagaimana Cara Orangtua Menyikapinya?

Anak usia sekolah ber-metaverse dengan virtual reality (Foto : Pixabay)


Sehebat apapun kita ingin menahan arus zaman,  perubahan menjadi keniscayaan yang tak bisa kita hindari. Termasuk kehadiran meteverse dalam kehidupan kita.

Metaverse bukanlah hal baru dalam perkembangan teknologi informasi. Meski kita baru familiar dengan istilah ini setelah Mark Zuckerberk  mengubah Facebook menjadi Meta. 

Metaverse sendiri, menurut wikipedia,  memiliki arti meta semesta, ruang virtual yang dapat diciptakan dan dijelajahi dengan pengguna lain tanpa bertemu di ruang yang sama.

Metaverse memungkinkan kita menjelajahi tempat-tempat menakjubkan dengan menggunakan VR (Virtual Reality). Bayangkan, betapa bahagianya anak-anak menyelam ke dalam lautan dan melihat aneka fauna dan biota laut yang tak pernah mereka lihat sebelumnya dengan menggunakan alat VR.

Atau, mengobati kerinduan akan suasana di Baitullah. Suatu hal yang rasanya begitu jauh, tiba-tiba bisa kita wujudkan hanya dengan menggunakan metaverse, virtual reality.Ya, memang tidak akan sama rasanya, namun cukup menghibur kan?

Jika orang dewasa saja bisa begitu menikmati kemudahan menjelajah dunia dengan menggunakan metaverse, apalagi anak-anak usia sekolah. Mereka terlahir dengan kemudahan teknologi dalam genggaman. Dunia virtual bisa begitu nyaman untuk mereka jalani.

Bagaimana perkembangan meteverse bagi anak usia sekolah menurut kacamata psikologi? Berikut wawancara penulis dengan seorang psikolog yang concern dalam dunia pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan  perkembangan teknologi informasi itu Ok.

“Kita tidak bisa menahan teknologi dan itu akan mengubah kehidupan kita. Selama pandemi, keberadaan internet sangat membantu proses belajar siswa dengan adanya sistem daring. Bagaimana pun, kita tidak bisa membalikkan jaman, tetapi kita bisa menyesuaikan diri.”

Anak usia sekolah saat ini merupakan digital native yang perlu pendampingan ortu. (Foto : Pixabay)

Bagaimana sikap orang tua terhadap kebutuhan anak-anak terhadap dunia  virtual metaverse?

Psikolog cantik yang juga menjabat sebagai direktur di sebuah lembaga pendidikan bergengsi di Depok, Amal Mulia, ini juga menunjukkan dukungannya.

“Orang tua juga perlu men-suport ketika gaya hidup anak berubah, karena mereka digital native. Terkadang ada orang tua yang anti dan terlalu takut, terus melarang anak.  Sementara, dunia (anak) mereka memang seperti itu teknologinya.”

Apakah anak akan berubah menjadi ansos (anti sosial)?

“Tergantung. Apakah anak bermain sendiri atau chatt bersama teman-temannya, belajar kelompok dan kegiatan bersama lainnya.”

Menurutnya, ada beberapa indikator anak aman bermetaverse, yaitu :

1.       Merespon panggilan orang tua atau orang di rumah

2.       Tugas harian diri berjalan, seperti : mandi, makan, sholat, dsb

3.       Tugas harian di keluarga berjalan, contohnya : mencuci piring, menyapu lantai, dsb

4.       Menjalin komunikasi yang aktif dan baik dengan keluarga

Akan tetapi jika anak terlihat ogah-ogahan berkumpul bersama keluarga, sudah seperti orang asing dalam keluarga, tidak ada interaksi dan tidak peduli dengan urusan dalam rumah, itu pertanda bahaya. Jika sudah seperti ini, aturan pemberian gawai ke anak pun perlu diperhatikan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Contoh untuk anak usia sekolah, kita bisa memberikan nomer hape dengan catatan, hape masih menjadi milik orang tua dan orang tua berada dalam kelas-kelas yang diikuti anaknya. Dengan demikian anak tidak tersisih dari perkembangan teknologi, tetap bisa berinteraksi,  namun juga tetap dalam pemantauan orang tua. 

Kuncinya adalah adanya aturan yang ditetapkan orang tua dan pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai. Jangan lupa, konsisten saat memberikan aturan pada anak. Tanpa adanya konsistensi, semuanya hanya akan menjadi ambyar. Sia-sia.

Mungkin sudah saatnya kita mengurangi kadar kekhawatiran, agar anak-anak bisa menikmati keseruan dunia virtual metaverse, tanpa menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan orang tua demi masa depannya. Sekali lagi, kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi, namun kita bisa beradaptasi dengan kehadiran metaverse. 

Selamat mendampingi buah hati kesayangan menikmati keseruan bermetaverse.

Sabtu, 09 Juli 2022

Disleksia Bukanlah Kekurangan, Melainkan Anugerah

 

Anak disleksia itu biasanya kreatif dan pantang menyerah (Foto Fixabay)

Setiap anak itu unik. Betapa saya sangat memahami kalimat ini. Menjadi ibu dari 7 orang anak,di mana, tak satu pun di antara mereka memiliki kesamaan, baik secara fisik, hobi maupun kebiasaan, mau tidak mau membuat saya terus belajar.

Mereka lahir dan tumbuh dengan keunikannya masing-masing. Membawa cerita yang tak sama, meski terlahir dari rahim yang sama. Meski darah yang mengaliri mereka berasal dari darah yang sama. Mereka betul-betul berbeda.

Salah satu yang paling unik di antaranya adalah Zidna.

Awal menyadari kehadirannya bersemayam dalam rahim saja sudah membuat saya terkejut setengah mati. Karena kakaknya, anak ke-5, baru berusia 10 bulan ketika itu, dan saya sama sekali belum menstruasi sejak melahirkannya.

Cacar di Trisemester Pertama

Belum lewat rasa kaget saya, pada trimester pertama kehamilan, wabah cacar menyerang anak-anak. Semua kena, termasuk saya, hanya suami yang tidak. Dokter menyarankan agar memperbanyak doa. Karena trisemester pertama kehamilan merupakan masa paling penting dalam pembentukan organ vital. Termasuk panca indera. Rasanya itulah pertama kali saya mengalami rasa sedih yang begitu dalam selama menjalani masa-masa kehamilan. Sedih membayangkan seperti apa anak yang akan lahir 8 bulan kemudian.

Maka begitu Zidna lahir dengan kondisi yang sehat sempurna dan cantik --matanya betul-betul indah, besar dan cemerlang-- saya banyak-banyak bersyukur. Begitu juga ketika saya cek fungsi pendengaran, Alhamdulillah, baik-baik saja. Syukur tak sudah-sudah.

Baby Zidna tumbuh sehat, meski pun sempat ada drama keracunan ASI pada bulan-bulan pertama kelahirannya. 

Keracunan ASI

Jadi ceritanya, saat itu tubuh baby Zidna menguning sekuning-kuningnya. Dari bola mata, lidah dan seluruh tubuhnya. Meski sering dijemur, dan diberi ASI. Dan berbeda dengan anak lainnya yang jumlah bilirubinnya tinggi, ia bayi yang aktif dan lincah. Karena bingung, saya berkonsultasi ke dokter langganan.

Dokter menyarankan untuk menghentikan pemberian ASI. Aneh kan? Saya terkejut, banget! Jika bagi bayi yang lain ASI menjadi sumber nutrisi terbaik, tapi bagi baby Zidna, ASI bisa membunuhnya.  

Kami tentu saja tak menerima begitu saja saran dokter. Dengan menggunakan internet, kami akhirnya menemukan informasi yang mendukung saran dokter. Rasanya ingin tak percaya, tapi kok nyata?

Selesai drama ASI, Zidna tumbuh lincah dan pemberani. Meski baru bisa berjalan, ia sudah bisa naik tangga sendiri. Menghampiri ibunya yang tengah asyik menjemur baju. Mules rasanya setiap kali membayangkan kejadian itu. Sampai-sampai saya tidak berani meninggalkan Zidna sendiri di bawah jika saya sedang di lantai atas.Nekat anaknya, padahal belum genap 2 tahun usianya.

Rasa ingin tahunya pun besar. Itu mungkin yang membuatnya suka membongkar mainan kakaknya dan menimbulkan keributan. Bayangkan kehebohan yang ditimbulkan para balita itu. Siapa yang suka jika mobil-mobilan kesayangan dibongkar? Sedangkan yang membongkar sama-sekali tak merasa bersalah. (Emaknya tarik napas panjang sekali 😅)

Anehnya Zidna tidak pernah mau diajari bicara. Setiap kali menginginkan sesuatu, ia hanya menunjuk ke arah benda yang dimaksud. Atau menarik tangan ibunya agar bergerak ke arah yang diinginkan. Jika ibu dan kakaknya mengajarinya mengucapkan suatu kata, ia marah dan tak suka.

Harusnya sebagai seorang ibu yang baik, saya merasa cemas dan bergegas ke klinik tumbuh kembang. Sayangnya saya bukan ibu yang baik. Hiks. Saya merasa cukup tenang saat ia bisa mengucapkan kata : "Bapak" dan "Ibu" dengan baik. Selama bisa mengucapkan huruf konsonan, maka ia tidak bermasalah. Begitu anggapan saya.

Zidna kecil, lucu dan menggemaskan (Koleksi Pribadi)

Sudahlah Delay Speech, Disleksia Pula

Bukan tanpa alasan sih, karena salah satu kakak Zidna juga delay speech, baru bisa bicara lancar (hingga akhirnya cerewet) ketika naik kelas 2 SD, dan pernah mengikuti terapi wicara. Saya cukup pede dengan pengalaman kakaknya itu, bahwa Zidna kelak akan bisa bicara lancar seperti saudara-saudaranya.

Dan itu benar, menjelang masuk SD Zidna sudah secerewet  kakak-kakaknya. Hanya bedanya, ia tidak mau belajar membaca. Jangankan membaca, menyanyikan lagu ABC (sambil melihat huruf-huruf) saja, dia menolak. Apa pun akan dilakukannya dengan senang hati, kecuali belajar membaca.

Semula saya pikir, mengajari anak perempuan membaca tidak lebih sulit dari mengajari kakaknya yang juga delay speech, ternyata saya salah. Bergonta-ganti guru les baca tak membuat Zidna bisa dan mau belajar membaca. Berbagai iming-iming hadiah dan ancaman juga tak membuatnya tergerak untuk belajar membaca.

Hingga akhirnya kami menyadari Zidna ternyata disleksia. Ia mengeluh pusing dan bingung setiap kali melihat huruf-huruf. Ia memang sangat kreatif, tekun, rapi dan menyukai motif-motif rumit di buku mewarnai, namun ia membenci huruf-huruf dan angka-angka.

Hasil mewarnai Zidna, ia suka pola yang rumit (Foto : Pribadi)

Saya dan suami kemudian sibuk mencari informasi tentang disleksia. Mengakses banyak video tentang disleksia di Youtube. Ini tidak terlalu sulit jika menggunakan Internetnya Indonesia, IndiHome, yang selalu meningkatkan kualitas layanannya. Sebagai produk dari Telkom Indonesia, yang terus melakukan perbaikan rasio yang meningkatkan kecepatan proses transfer data serta menurunkan rasio hambatan data yang diterima, sehingga memudahkan kami mencari berbagai informasi yang dibutuhkan dengan cepat, karena jaringan internet yang stabil dan lancar. 

Manfaat internet yang  juga terasa sangat membantu, saat mencari metoda belajar yang cocok untuk anak disleksia. Dengan kemudahan berinternet, kami bisa mencari video-video pembelajaran mudah dan tepat. Salah satu metoda yang sering kami gunakan adalah dengan membuat kartu-kartu bergambar. Untuk membantu melekatkan huruf-huruf dalam ingatan Zidna. 

Kartu-kartu bergambar buatan bapaknya Zidna (Koleksi Pribadi)

Metoda belajar memadukan gambar dan suku kata (Foto : Nurhayati Pujiastuti)

Selain itu, saya juga banyak berkonsultasi dengan teman-teman yang berprofesi sebagai psikolog dan pemerhati pendidikan juga penulis yang terlibat langsung dengan pendidikan anak usia dini, Bunda Nurhayati Pujiastuti.Tak terbayangkan jika saat ini tak ada jaringan internet yang membantu kami untuk lebih memahami kondisi Zidna.

Banyak tips dan materi yang saya peroleh dari beliau bagaimana cara mengajari anak disleksia. Salah satu quote yang paling menarik adalah, “Jangan hanya mengajari anak agar bisa membaca, namun ajari anak agar cinta membaca.”

Mengajari Zidna membaca masih menjadi PR bagi kami. Namun, saya optimis, Zidna pasti bisa membaca. Hanya harus memperpanjang sabar, dan terus pantang menyerah mengulang-ulang memasukkan huruf demi huruf ke dalam bilik kelabu otaknya. Saya yakin Zidna tidak bodoh. Ia hanya perlu dibantu agar tak tersesat di belantara huruf-huruf yang membingungkan dan mengintimidasi.

Seperti ujar seorang teman penulis, yang pernah mengalami disleksia dan menjadi sarjana hukum dari universitas ternama, disleksia itu bukan kekurangan, melainkan suatu anugerah. 

Sungguh, ini PR yang luar biasa bagi kami. Semoga Allah memampukan kami mendidik dan mengantarkan Zidna menjadi anugerah bagi orang-orang di sekelilingnya, juga bagi kehidupan yang lebih luas. Aamiin....

Referensi :https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220420142028-37-333214/cek-deh-ini-sederet-inovasi-indihome-demi-internet-ngebut

Sabtu, 19 Februari 2022

Akademia LEAD by IndiHome, Solusi Untuk Anak Yang Hobi Game Online

Pentingnya pengasuhan anak agar cerdas bergame online (Foto : Pixabay)


Dear Mom, pusing nggak sih melihat anak-anak nge-game online melulu? Sepertinya ini problem yang dimiliki hampir semua orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Persoalan ini makin rumit karena pada akhir-akhir ini sistem pembelajaran jarak jauh kembali diberlakukan di beberapa wilayah.

Berdalih untuk memudahkan proses belajar, anak-anak memiliki keleluasaan untuk berlama-lama menggunakan gawai. Terlebih jika tersedia jaringan internet cepat di rumah, oh, tentu membuat anak-anak senang menghabiskan waktu untuk bergame ria. Dengan catatan, hal itu terjadi jika orang tua tidak peduli dengan kegiatan anaknya selama di rumah.

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbincang dengan seorang teman, seorang ibu yang berprofesi sebagai  praktisi pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan, bahwa kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan kita. Kita tidak bisa membalikkan zaman, tetapi kita bisa menyesuaikan diri.

Lulusan Fakultas Ilmu Psikologi Universitas Padjadjaran yang menjabat sebagai direktur di Sekolah Amal Mulia Depok,  ini juga mengingatkan para orang tua untuk tetap mensuport gaya hidup anaknya, karena mereka digital native. Dunia mereka memang seperti itu teknologinya. Akan tetapi perlu adanya pengawasan orang tua. Orang tua harus menetapkan aturan untuk penggunaan gawai, terutama bagi anak-anak usia sekolah.

Perkembangan teknologi tidak akan berdampak buruk jika orang tua tidak melepaskan prinsip pengasuhan, yaitu dengan adanya aturan dan kehangatan dalam keluarga.

Ketika kebutuhan akan pengasuhan anak berjalan dengan baik, anak tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi saat ingin bermain game. Orang tua pun tidak perlu memiliki kecemasan yang berlebihan saat melihat anak main game.

Anak-anak yang terpenuhi kebutuhan pengasuhannya dengan baik akan mampu menjadikan fasilitas internet andal yang dimilikinya untuk berkembang menjadi dirinya sendiri. Mengetahui apa yang diinginkan dan apa yang ingin dicapainya di masa depan. Bahkan ketika bermain game, ia akan bertanggung jawab dengan kegiatannya tersebut.

Yuk, mengenal LEAD by IndiHome

Akademi LEAD by IndiHome, dari player menjadi profesional


Untuk memfasilitasi anak-anak yang gemar Main Game, IndiHome meluncurkan Limitless ESport Academy (LEAD) pada tanggal 10 September 2021 silam. LEAD by IndiHome ini merupakan pusat pengembangan atlet eSport untuk komunitas dan antusias eSport Indonesia.

Di akademi ini, Mom, anak-anak yang hobi bermain game akan diarahkan agar tidak hanya menjadi player biasa, menjadi player karena hobi.  Melainkan dididik agar menjadi player yang bermain dengan mental olahragawan dengan mengusung konsep Athlete Enablement.

Ini tentu menjadi salah satu solusi bagi para orang tua yang memiliki anak yang hobi bermain game online. Akan tetapi aturan dan syarat untuk mengikuti LEAD by Indihome ini. Salah satu syaratnya adalah jika anak sudah berusia minimal 16 tahun.

Mengapa ada syarat minimal usia?

Ini tentunya agar di masa usia sekolah, anak telah mendapatkan hak pengasuhan yang tepat. Anak sudah memiliki konsep diri yang baik. Sehingga ketika mereka memilih untuk bergabung dengan akademi ini, dan Berlatih Tanpa Batas,  mereka telah memiliki batasan-batasan sendiri yang bermanfaat bagi masa depannya.

Akademi angkatan pertama dibuka untuk game League of Legends Wildrift.

Tahapan mengikuti akademi LEAD by IndiHome

Setelah melakukan registrasi dan memenuhi syarat pendaftaran, akan ada Tehnical Meeting, lalu kualifikasi. Setelah itu baru ada pembinaan fase 1, kemudian ujian penyaringan. Bagi peserta yang lolos ujian lanjut mengikuti pembinaan fase 2, dan terakhir gradution.

Telkom melalui  LEAD by IndiHome membantu kaum milenial yang gemar bermain game agar memiliki kesempatan berkembang dan menjadi profesional di bidangnya.

Hal ini dipaparkan Andrew Tobias kepada Republika (17/02/2022) dengan mengungkapkan rasa optimisnya, bahwa dengan dukungan Telkom bersama para akademia  LEAD by IndiHome dapat memberikan dampak positif bagi bangsa dan mengharumkan nama Indonesia di mata dunia melalui eSport.

Jika ingin tahu, Mom bisa melihat profil-profil player jebolan LEAD by IndiHome yang mendunia, salah satunya adalah  Dewa Fabian dariJakarta.

Profil akademia LEAD by IndiHome yang mendunia melalui eSport 


Mom, meskipun kita tidak bisa mensteril anak kita dari dunia game, namun kita bisa tetap bisa mendampingi mereka agar mereka bisa mendapatkan manfaat positif dari hobi mereka. Kuncinya adalah pengasuhan dan kasih sayang yang cukup bagi buah hati kita.

Selamat mendampingi para kesayangan.

 

 

 

Sabtu, 01 Mei 2021

Faiz, Anak Down Syndrome yang Berbakat Jadi Model Cilik.

 

Menjadi model dalam balutan beskap produk khas Lelaki Kecil

Saya tidak pernah menyangka, Faiz, putra ke-3 Mbak Sri Rahayu akan tumbuh sehat, ceria, penuh percaya diri dan menggemaskan, seperti yang tampak dalam foto-foto yang kerap diunggah ibunya ke media sosial.

Saya bahkan hampir tak percaya, ia bisa bertahan sampai sebesar ini, dan baik-baik saja. Mengingat awal kelahirannya yang penuh drama dan air mata. Riwayat kelahiran dengan jantungnya yang bocor saja sudah cukup memukul perasaan, ditambah dengan kenyataan pahit, Faiz didiagnosa Down Syndrome. Entah berapa banyak teman-teman kecil seperjuangannya yang telah berpulang. Namun, Faiz tetap bertahan.

Untuk lebih lengkapnya, yuk, mengenal Faiz, model cilik lewat penuturan Sri Rahayu, Sang Bunda. Wanita berhijab ini adalah seorang penulis, blogger dan vlogger yang cukup lama berkecimpung di dunia maya.

 

Sosok Faiz yang rapuh di awal kelahiran (doc Bunda Faiz)

Awal Kelahiran Yang Penuh Ujian

Hari itu, 11 Januari 2018, hari yang tak akan pernah aku lupakan. Melalui operasi caesar, putra keempat kami lahir. Faiz Sofyan Nur Rahman. Ada untaian doa tersemat dalam namanya. Yaitu, semoga ia menjadi ksatria rupawan, pemenang dalam kehidupan, yang memesona, berkharisma penuh semangatyang dianugrahkan Allah untuk menjadi cahaya pada dunia.
 
Akan tetapi luka jahitan operasi yang masih basah dan tindakan steril pada rahim membuatku tak mampu bergerak. Baru pada hari ketiga aku bisa menemuinya. Tak sabar rasanya ingin menimang bayi yang sudah berbulan-bulan menjadi bagian dari tubuhku.

Baru pada hari ke-3, aku bisa menemui bayi kecilku. Suamiku, Judistiro, tidak berkata apa pun tentang kondisi bayi kecil kami. Betapa terenyuh hatiku melihat tubuh mungil yang terbaring lemah dalam sebuah inkubator, dengan selang dan kabel terhubung di tubuhnya.
 
Dengan bobot 2,2 kilo, ia tampak begitu rapuh di balik kaca inkubator. Meski tak boleh menggendong, namun aku tetap menyapanya. Dan membisikkan, bahwa aku bahagia dengan kelahirannya serta berharap ia tumbuh sehat.

Semula aku mengira, masalah Faiz hanyalah bobot badannya yang kurang, dan paru-parunya yang bermasalah, karena ia tampak kesulitan bernapas. Ternyata aku keliru. 

Dalam beberapa jam berikutnya dokter menyampaikan informasi yang meremukkan hatiku, Faiz didiagnosa mengalami Down Syndrome. Selain itu juga kemungkinan memiliki gangguan jantung dan hernia. Dengan IQ hanya 50 saja, kemungkinan besar, ia akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Ia akan tumbuh menjadi anak yang cacat mental.

Dari hari ke hari kondisi jantung Faiz pun terus melemah. Dipicu jumlah bilirubin yang tinggi, tubuhnya semakin lemas dan mengkhawatirkan. Salah seorang dokter yang menanganinya dengan kejam mengatakan, bahwa Faiz hanya akan menjadi anak cacat dan idiot yang tidak bermanfaat hidupnya. Hanya akan menyusahkan orangtuanya. Selain itu Faiz diduga akan mengalami gagal jantung di usia 6 minggu!

Vonis yang teramat kejam.
Hatiku hancur mendengarnya.
Aku mulai mempertanyakan, kenapa Allah menguji kami dengan ujian seberat ini?
Akan tetapi,Faiz adalah darah dagingku. 
Bagaimana pun keadaannya kami menyayangi dan mencintainya.
Aku ingin ia tetap hidup.
 
Akan tetapi keinginan ini jelas butuh biaya yang besar. Aku tak bisa membayangkan bagaimana cara  mewujudkan kesembuhan Faiz, sementara pihak asuransi yang kami miliki saja menolak memberikan jaminan pengobatan pada Faiz. Ketika itu, hampir saja aku putus asa, tetapi  setiap kali melihat tatapan mata Faiz, yang seolah memintaku untuk tidak menyerah, semangatku kembali pulih.
 
Qadarullah, pihak manajemen RS Hermina  berbaik hati memberikan keringanan biaya dan mengutamakan keselamatan Faiz. Hingga Faiz bisa menjalani perawatan sampai beberapa waktu. Alhamdulillah, betapa kami berutang budi pada RS Hermina Tangkuban Perahu Malang.
 
Keluar dari RS Hermina, Faiz keluar masuk RS Daerah. Yang bisa kami lakukan hanyalah ikhtiar sekuat tenaga untuk kesembuhan Faiz. Sayangnya,lagi-lagi kami diuji. 
 
Kondisi Faiz tidak juga membaik. Dokter mengatakan bahwa Faiz, terkena virus Citomegalovirus, yang bisa mengakibatkan cacat pada mata, telinga dan tidak bisa bicara. Ya Rabb....

Usia Faiz 4 bulan dengan kondisi tubuh kuning, lemah dan kesehatan yang terus menurun. Saat itu dokter menyarankan untuk melakukan terapi Ganciclovir. Hanya saja tingkat keberhasilannya sangat kecil, bahkan cenderung berisiko pada kondisi nyawanya. 
 
Pada titik itu, dengan deraan rasa lelah yang luar biasa, baik secara psikis maupun fisik,  kami hanya bisa pasrah. Setelah istikharah, dengan berat hati kami memutuskan untuk merawat Faiz di rumah. Jika usianya tak lebih dari 4 bulan, seperti yang diprediksi dokter, alangkah baiknya, jika di saat-saat terakhir kehidupannya, Faiz berada di tengah keluarga yang mencintainya.
 
Jika memang usia Faiz hanya sebentar saja di dunia ini, aku ingin memaknai kehadirannya lebih dalam. Aku ingin, ia merasakan betapa aku tak pernah menyesali kehadirannya di tengah-tengah keluarga kami. Aku ingin ia tahu, kami sungguh-sungguh menyayanginya, bagaimana pun  kondisinya.
 
Masa-masa sulit diawal kehidupan Faiz


 
Meski demikian, aku tidak pernah menyerah. Tidak untuk anak-anakku, terutama Faiz. Meski di usianya yang 1,5 tahun, ia belum mampu menelan makanan dan harus menggunakn sonde. Hingga berat tubuhnya tak lebih dari 3 Kg. Aku tidak ingin berhenti berusaha. Tidak, jika untuk bisa tetap melihat secercah harapan yang berpendar di bola matanya. Aku percaya, masa depan Faiz adalah proses. Dan aku akan memperjuangkannya, melalui berbagai cara.
 
Aku pun mulai  membaca jurnal-jurnal kedokteran , bagaimana tata cara perawatan anak Down Syndrome, mencari informasi-informasi yang berkaitan dengan kondisi kesehatan Faiz. Termasuk memanjatkan doa-doa panjang untuk Faiz, bukankah Allah akan mengabulkan doa-doa hambaNya yang sungguh-sungguh memohon pertolongan?
 
Pertolongan Allah itu kerap datang dalam bentuk dukungan keluarga, juga para sahabat yang membantu meringankan beban. Begitu juga dukungan para orang tua di Komunitas Worlds Malang besutan dr. Ariani Sp.A(K), M.Kes. dan Komunitas Pejuang Jantung, yang bentuk oleh dr. Dyahris Koentartiwi Sp.A, (K), atau yang lebih akrab disapa Dokter Risty.

Dokter Risty pula yang meyakinkanku, bahwa tak ada hal yang mustahil jika Allah berkehendak Faiz sehat, maka Faiz akan sehat. Dalam perawatan Dokter Risty, Faiz mengalami kemajuan yang signifikan. Ia mulai bisa mengangkat kepalanya. Meski terlambat, namun, satu demi satu tahapan proses tumbuh kembangnya tercapai.
 

Senyum Faiz saat menjadi bintang iklan

Senyum Faiz Pembasuh Lelah

Allah Sebaik-baiknya Pencipta. Tak ada produk ciptaan Allah yang gagal. Dalam setiap penciptaan selalu ada kebaikan dan hikmah yang bisa kita ambil. Yang harus kita lakukan hanyalah menerima takdir yang sudah ditetapkan dan berbaik sangka. Aku meyakininya.

Demikian pula kehadiran Faiz. Anak yang awal kehadirannya membuat dada terasa sesak dan menguras air mata, ternyata berubah menjadi malaikat kecil dengan senyumnya yang menawan. 

Senyum menawan Faiz saat menjadi model cilik


Aku mulai melihat bakat modelingnya. Wajah Faiz sangat fotogenic. Ia pun tampak sangat menikmati saat berhadapan dengan kamera. Keterbatasan tak mampu membuatnya berhenti berjuang. Rupanya semangat yang mengalir di darahku turut mengalir di nadinya.

Aku memang tidak pernah berpisah dari Faiz. Sejak dalam kandungan aku telah mengenalkannya pada dunia literasi dan entertain. Bahkan di usia 5 bulan Faiz sudah menemaniku melakukan liputan di berbagai event, mereview berbagai produk dan berkenalan dengan dunia literasi.

Dalam banyak kesempatan, mengajaknya berkenalan dengan siapa saja, untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya. Rupanya Faiz cukup menikmati dan mampu meniru dengan baik.

 

Aku melibatkan Faiz dalam berbagai aktivitasku
 

Faiz Sang Model Cilik

Limpahan cinta dari ayah bunda dan kedua kakaknya membuat Faiz tumbuh menjadi anak yang ceria dan penuh rasa percaya diri. Bahkan, ia tampak menyukai saat-saat menjadi model.
 
Tepat di usia 2 tahun, Faiz memperoleh piala pertamanya.  Sebuah prestasi yang dulu tak pernah kami bayangkan. Pada tahun 2021, Faiz kembali mendapatkan penghargaan untuk lomba foto.

Melihat bakat modelingnya, kami percaya, kelak ia bisa berprestasi. Kami mulai berpikir untuk memasukkannya di sekolah modeling kota Malang. Alhadulillah, pada pekan ketiga, ia mulai bisa mengikuti pelajaran. 

Kelucuan Faiz sebagai model cilik yang istimewa, rupanya menarik perhatian sebuah brand yang lekat dengan produk baju khusus anak lelaki, yaitu : Lelaki Kecil

Aku terharu sekaligus bahagia saat  brand yang sudah lama menjadi langganan selebriti, seperti Vicky Shu dan Ashanty, berkenan memberikan kesempatan pada Faiz. Ini sungguh di luar dugaan. Masya Allah.

Faiz dalam balutan busana adat


Tampil dalam balutan beskap cilik produk andalan Lelaki Kecil, seakan membuka jalan bagi Faiz untuk membuktikan, bahwa anak Down Syndrome bukanlah anak yang tidak bermanfaat dan tidak memiliki masa depan.

Tidak ada yang tidak mungkin ketika segala ikhtiar sudah dilakukan. Perjalanan masih sangat panjang bagi kami dan Faiz, kami hanya berusaha memberikan kesempatan yang terbaik untuknya. Semoga di kemudian hari, Faiz tumbuh sebagai anak yang bermanfaat dan menyebarkan kasih sayang pada semesta. 

Faiz dengan senyum cerianya yang menggemaskan

 

Aksi Faiz saat menjadi model cilik


Ingin mengenal Faiz lebih jauh, bisa mengunjungi Bunda Faiz di :

Ig : https://www.instagram.com/sri.rahayu.sp/

Facebook : https://web.facebook.com/sri.rahayu.sp


 

 


Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...