Tampilkan postingan dengan label Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jalan-Jalan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 November 2024

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah







Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri)

Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Nggak mesti ke tempat-tempat mahal lho. Jika sedang berada di Bandung, coba deh kunjungi tempat wisata edukasi yang bisa membuat anak-anak melek informasi dan budaya.

Salah satunya dengan wisata edukasi murah meriah, seperti Musium Geologi Bandung. Berlokasi di pusat Kota Bandung, tepatnya di Badan Geologi Kementerian  Energi dan Sumber Daya Mineral, di Jl.Diponegoro No. 57. Kec. Cibeunying Kaler, Kota Bandung.

Gedung Museum Geologi Bandung ini dibangun pada tahun 1928 dan diresmikan dengan nama Geologische Museum pada 16 Mei 1929, bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik yang ke IV.

Pembangunan dikerjakan selama 11 bulan dengan 300 orang pekerja dan diperkirakan menghabiskan dana sebesar 400.000 Gulden. Museum Geologi dibangun dengan arsitektur bergaya Art Deco  rancangan arsitek Belanda Ir. H. Menalda van Schouwenburg. 

Maka jangan heran bila bangunan Museum Geologi Bandung tampak kokoh, sekaligus artistik. Oya, sebelum dibuka dibuka untuk umum, tahun 2020, museum ini mengalami renovasi. Hingga kini kita bisa menikmati wisata edukasi yang menarik. 

Dari halaman depan, pengunjung sudah  dimanjakan dengan halaman hijau yang luas serta bangku-bangku antik yang diletakkan  di teras menempel  pada dinding depan museum. Pengunjung yang lelah pun bisa duduk-duduk dulu di sini sambil foto-foto cantik.

Fosil Gajah Purba yang  Menakjubkan

Wow... Fosil gajah purba (dok.pri) 


Kejutan pertama yang menyapa pengunjung berupa penampakan fosil gajah purba raksasa yang diletakkan persis di depan pintu utama gedung museum, dan hampir memakan sepertiga bagian ruangan dengan tinggi WOW, terutama untuk anak-anak usia sekolah.

Museum Geologi dibangun dengan dua lantai yang masing-masing memiliki keistimewaan dengan  menyuguhkan berbagai keajaiban geologi, perkembangan budaya serta kekayaan alam yang menakjubkan. 

Yuk, kita lihat apa saja yang ada di tiap lantai Museum Geologi Bandung

Aktivitas geologi berupa relief di Museum Geologi (dok.pri)

Lantai 1 Museum Geologi Bandung

Setelah disambut fosil gajah raksasa, pengunjung akan digiring memasuki ruangan demi ruangan yang ada di lantai 1. Dengan arus yang diatur, pengunjung tidak akan memadat hanya di satu titik ruangan. Oya, lantai 1 di Museum Geologi ini terdiri dari tiga bagian  ruang utama.

Tiga Ruang Utama di Lantai 1 Museum Geologi Bandung

1. Ruang Orientasi  
Di ruangan ini pengunjung dapat melihat peta geografi Indonesia secara lengkap, berupa relief yang menayangkan aktifitas geologi dalam bentuk animasi. 

2. Ruang Sayap Barat
Di bagian ini, pengunjung khususnya anak-anak, akan disuguhi tontonan hologram yang menayangkan informasi tentang terbentuknya bumi. Juga beberapa bilik yang menyajikan kondisi geologi  pulau-pulau besar di Indonesia, serta aktifitas gunung berapi.

Fosil-fosil hewan purba (dok.pri) 


3. Ruang Sayap Timur 

Nah, di bagian ini pengunjung akan dapatkan informasi tentang perkembangan makhluk hidup dari masa primitif  hingga modern yang ditampilkan dalam bentuk relief, fosil, maupun diorama. Di ruangan ini terdapat fosil-fosil hewan purba raksasa  serta artefak budaya. Sssst, ada fosil seperti dinosaurus juga lho. Saking panjangnya jadi susah difoto.

Artefak perkembangan budaya (dok.pri) 

Lantai 2 Museum Geologi Bandung

Seperti halnya di lantai 1, di lantai 2 secara umum, ruangan dibagi menjadi 3 bilik utama. Setiap bilik menampilkan keunikan tersendiri. Ada maket pertambangan emas terbesar  di Indonesia, yaitu di Pegunungan Tengah Papua. 

Kristal-kristal menakjubkan (dok.pri) 



Ada bilik khusus yang menampilkan berbagai batuan dan kristal yang indah. Serta berbagai mineral dan hasil tambang yang ada di Indonesia.

Ada diorama tentang bencana alam, aktivitas gunung berapi, berbagai peristiwa letusan gunung berapi. Dan, ada juga semacam wahana kecil untuk merasakan kondisi bila terjadi gempa. 

Berbagai batuan dan kristal di Museum Geologi Bandung (dok.pri) 

Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Museum Geologi Bandung

Jika ingin berkunjung dengan santai, kita bisa memilih untuk menghindari hari libur loh. Karena Museum Geologi Bandung buka setiap hari : Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Ahad. Jangan lupa untuk memperhatikan jam bukanya. Yaitu :
Pukul 10.00 - 13.00

Harga tiketnya pun murah sekali. Bayangkan saja, untuk wisata edukasi yang memanjakan mata dan padat informasi, pengunjung hanya dikenakan tiket dengan harga :
Pelajar Rp. 2 000,- 
Umum Rp. 3000,-
Wisatawan asing Rp. 10.000,-

Meskipun secara umum museum ini terhitung kecil, namun museum ini sangat memanjakan pengunjung. Pengaturan ruang dan arus pengujung yang tertib meminimalisir ketidaknyamanan pengunjung saat tengah padat. 

Dan fakta lainnya, museum ini sangat kaya dengan benda-benda koleksi unik, menakjubkan, baik berupa batuan alam, kristal, maupun fosil-fosil hewan purba yang langka. Serta  penyampaian ilmu pengetahuan yang kreatif, dan inovatif. 

Btw, setelah keluar dari musium, pengunjung bisa istirahat sejenak di halaman yang nyaman dengan bangku-bangku dari batuan dan dipayungi pohon rindang.

Di lokasi ini juga kita bisa membeli jajanan yang banyak dijajakan pedagang kakilima yag berderet-deret di luar pagar museum.  Kabar baik lainnya, harga jajanannya nggak bikin kantong jebol, alias murah-murah.

Gimana? Tertarik untuk mengunjungi wisata edukasi murah meriah? 
Ke Museum Geologi Bandung ajaaa.... 


Tiket masuknya murah, tapi tidak murahan (dok.pri) 





Jumat, 20 Januari 2023

Monas, Wisata Edukasi Murah Meriah


Monas, wisata edukasi yang murah meriah (dok.pri)

Konvoi kendaraan roda dua beriringan menembus gerimis tipis menuju stasiun Tambun. Rombongan emak-emak ini berencana mengadakan wisata edukasi murah meriah menuju Monas di Jakarta, untuk mengisi liburan sekolah anak-anak.

Monas memiliki daya tarik tersendiri. Berdiri tegak dengan lidah api keemasan yang mengagumkan, memandangnya dari kejauhan, rasanya tidak akan pernah cukup. Apalagi sebagai penduduk dari Planet Bekasi, yang jaraknya 'hanya' selemparan batu dari ibukota, rasanya amat lucu jika anak-anak tidak pernah sekalipun mengunjungi monumen perjuangan ini.

Itu alasan pertama.

Alasan kedua,  naik KRL dari St. Tambun menuju Monas, adalah pengalaman berharga yang kelak akan menjadi kenangan indah saat anak tumbuh dewasa. Harapannya sih seperti itu.

Alhamdulillah. Sesuai ekspektasi, perjalanan itu memang seru. Meski berdempet-dempetan di KRL. (Ya maklum, namanya juga moda transportasi rakyat. Tiket bolak balik St. Tambun ke kota cukup top up tiket 10K per orang. Bisa juga menggunakan e toll)

Selain itu juga ada beberapa kejadian --yang jika diingat-- terasa lucu. Misalnya saat salah naik kereta. Dan berjalan kaki jauh dari St. Gondangdia menuju Monas, akibat kurangnya informasi. Namun karena beramai-ramai, dan banyak melihat hal-hal baru, perjalanan itu terasa menyenangkan bagi anak-anak.

Pengalaman pertama naik KRL (dok.pri)


Sesampainya di Monas. Rasa lelah itu seakan  terbayar lunas. Disambut deretan kios-kios souvernir yang berjejer rapi  menawarkan aneka suvenir dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik,  membuat hasrat belanja menggebu-gebu. Kalau nggak nahan diri, bisa kalap. Serius.

Memasuki taman Monas adalah memasuki ruang terbuka hijau yang bersih dan asri. Pohon-pohon yang terawat (ada plang nama disetiap pohon, membuat anak-anak belajar mengenal ciri-ciri khas pohon tersebut).

Rumput-rumput yang terpangkas rapi, tempat-tempat sampah yang tidak sulit ditemukan, serta petugas kebersihan yang tak malas bekerja, membuat kebersihan area taman terjaga.

Bersantai ngobrol di bawah pohon-pohon rindang saja sudah demikian menyenangkan rasanya. Namun perjalanan tidaklah lengkap jika tidak memasuki  Monumen Nasional yang mengagumkan itu.


Salah satu hal menarik yang membuat anak-anak antusias dalam perjalanan. (Dok.pri)


Untuk memasuki monumen pengunjung tak perlu berjalan kaki terlalu jauh. Cukup berdiri tertib menunggu kereta wisata yang datang menjemput di halte yang disediakan. 

Satu kereta memiliki 3 gerbong gandeng yang setiap gerbongnya bisa menampung hingga 20 pengunjung. Kenyamanan terjaga karena setiap penumpang harus mendapatkan kursi dan tidak boleh berdesakan di dalam gerbong.

Oya, kereta wisata ini, free, alias gratis, hanya untuk pengunjung yang ingin memasuki museum. Bukan untuk berkeliling. Keren ya fasilitasnya?

Tiket  Masuk Monas Murah Meriah

Meski awalnya saya sudah memperkirakan tiket masuk ke museum Monas tidak mahal, namun tetap saja rasanya kaget ketika melihat harga tiket masuk yang terpampang di atas loket.

Anak-anak /Pelajar :Rp 2.000

Mahasiswa : Rp 4.000

Umum : Rp 5.000

Jika ingin naik ke atas menara (lidah api) harga tiket :

Anak-anak/Pelajar : Rp 15.000

Umum : Rp 20.000

Note : Jam kunjungan ke menara hanya dibuka dari jam 13.00-14.00.

Oya, jika datang dengan rombongan, biasanya akan ada guide tour yang akan menemani. Diawali dengan informasi tentang tinggi dan luas bangunan serta  menjelaskan perjalanan panjang Bangsa Indonesia ketika melewati diorama-diorama yang menarik,  guide tour juga akan membuka rekaman suara Bung Karno pada saat proklamasi 17 Agustus 1945.

Guide tour ini pun, free. Namun alangkah baiknya jika kita menyelipkan sekadar uang terima kasih atas inisiatifnya menemani dan memandu anak-anak selama berada di museum.

Monas, ikon perjuangan Bangsa Indonesia

Monas didirikan pada tanggal 18 Agustus 1946. Persis setahun setelah kemerdekaan RI. Sebagai monumen perjuangan rakyat Indonesia  yang telah berjuang meraih kemerdekaan.

Monas sendiri secara keseluruhan memiliki tinggi 132 meter. Lidah api terbuat dari tembaga yang dibalut emas  murni seberat 50 kg. Tinggi ruang museum 8 meter yang memiliki arti bulan ke-8 (Agustus). Serta lebar sisi ruang  45 meter, untuk menandakan tahun kemerdekaan 1945.

Museum Monas, berada di lantai dasar. Sebuah ruangan luas yang sejuk dan bersih. (Pengunjung tidak diperbolehkan membawa makanan dan minuman ke dalam museum). Sepanjang sisi museum dipenuhi diorama-diorama menarik. Miniatur tiga dimensi yang melukiskan dengan indah sebuah kisah perjalanan sebuah bangsa.

Ada rasa haru yang menyelinap saat memperhatikan satu demi satu ruang kaca yang bercerita itu.

Diawali dengan sejarah manusia purba, berlanjut dengan kerajaan-kerajaan di seluruh Nusantara beserta tokoh-tokoh penting pada masanya, lalu bergerak ke sejarah datangnya bangsa asing yang menjajah Nusantara.

Kekuatan maritim kerajaan-kerajaan di Nusantara (dok.pri)

 Gajah Mada saat menyatakan Sumpah Palapa untuk menyatukan seluruh wilayah di Nusantara (dok.pri)


Diorama kemudian berkisah tentang perjuangan para pahlawan Nasional di setiap daerah. Lalu perjanjian-perjanjian yang kemudian lahir. Kedatangan Jepang.  Kemerdekaan yang diproklamasikan dan pengorbanan para pahlawan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Begitu juga momen-momen penting perjalanan bangsa Indonesia hingga akhirnya diakui negara lain, dan bergerak aktif mewujudkan perdamaian dunia.

Rekaman Suara Proklamator

Jika di lantai satu kita menyaksikan diorama-diorama yang memukau, maka di lantai dua kita akan mendengar suara rekaman pada saat Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi.

Rekaman ini tidak setiap saat diperdengarkan. Melainkan hanya pada saat-saat tertentu. Salah satunya jika ada rombongan yang tengah berkunjung. Saat itu biasanya guide tour akan membuka sebuah ruang khusus untuk memutar suara rekaman tersebut.
Bergaya di depan audio rekaman proklamasi (dok.pri)

Selain berisi audio rekaman suara Bung Karno, dinding di bagian tengah juga dihiasi lambang negara, Garuda Pancasila.
Foto bersama di bawah lambang negara (dok.pri)

Pada salah satu sisi, terdapat sebuah kotak besar untuk menyimpan duplikat bendera pusaka Sang Saka Merah Putih.

Pada sisi terakhir dari ke-4 sisi tiang Monas, ada relief yang terbuat dari emas.
Dan, ya, sudah dapat dipastikan itu lokasi yang tepat untuk berfoto bersama.

Foto bersama di bawah relief nusantara

Rangkaian perjalanan seru wisata edukasi murah meriah ini diakhiri dengan sholat dhuhur di mesjid Istiqlal, yang berada di sebelah Monas.

Saran, jika ingin berkunjung ke museum, sebaiknya di pagi hari. Saat  matahari belum menyengat, dan pengunjung belum terlalu padat.

Oya, special thanks tuk emak-emak D4/D5 yang sudah menggagas ide menarik ini dan membuat acara ini menjadi seru dan mengesankan.  Loveee...



 




Selasa, 26 Juli 2022

8 Fakta Menarik Papua Yang Bikin Tercengang

Keindahan Papua sangat memikat (Foto : Unsplash)


Saya sering menulis cerpen lokalitas dengan setting Papua. Alasannya karena Papua  itu eksotis. Juga amat cantik. Banyak hal yang membuat saya terkejut setelah mengetahui fakta menarik pulau yang berada di ujung timur wilayah Indonesia ini.

Bahwa pulau ini merupakan salah satu pulau terbesar di dunia saja rasanya sudah bangga. Begitu juga dengan keberadaan gunung Jayawijaya yang selalu berselimut salju, khatulistiwa rasa Eropa. Ehehehe...

Semakin banyak informasi yang saya baca tentang Papua, rasanya semakin menarik saja.

Berikut beberapa hal menarik tentang Papua

1.       Memiliki keragaman penduduk

Sebagian kita mungkin tak percaya, namun ternyata penduduk asli Papua itu ramah lho. Keramahan itu justru menjadi ciri khas yang menyebabkan banyak pendatang, terutama dari Sulawesi, Maluku dan Jawa yang memutuskan untuk menetap dan berbaur dengan masyarakat setempat.  Data menyebutkan 48% penduduk Papua adalah para pendatang.

Keindahan biota laut di Kepulauan Raja Ampat (Foto : Unsplash)


Tak heran jika kepulauan cantik dengan biota lautnya yang memesona termasuk daerah yang kerap dikunjungi pendatang. Ini berlangsung sejak ratusan tahun silam.

Itu sebab penduduk Kepulauan Raja Ampat, terutama Pulau Salawati, tadinya, mayoritas muslim. Mereka berasal dari Kerajaan Ternate yang memutuskan menetap di Sorong, Papua Barat.

 2.       Keragaman Suku Papua

Papua juga memiliki suku yang beragam. Diperkirakan ada sekitar 255 suku dengan kebudayaan dan bahasa masing-masing. Bukan main. Ini wajar sih jika melihat kondisi geografis pulau Papua yang memiliki begitu banyak lembah serta pegunungan yang tinggi. Begitu juga hutan hujan tropis yang lebat, yang memagari satu suku dengan suku yang lainnya. Karenanya, penyebaran penduduk di Papua tidak merata.

Di antaranya, ada suku Asmat yang terkenal dunia internasional dengan seni ukirnya yang tinggi. Suku Dani yang berdiam di Lembah Baliem dan mendiami  pegunungan Jayawijaya serta hidup dari hasil pertanian.  Ada juga suku Korowai yang hidup dengan cara berburu dan berdiam di atas pohon. Serta suku Muyu, suku pedalaman yang sangat menghargai pendidikan.

 3.       Kaya akan ragam bahasa

Dengan kondisi alam yang penuh lembah dan pegunungan, ratusan suku dari penduduk asli Papua memiliki cara berkomunikasi yang khas. Masing-masing suku memiliki dan menggunakan bahasa sendiri.  Menurut para ahli bahasa, setidaknya ada 300 bahasa yang ada di Papua. Seperlima dari jumlah bahasa di dunia. Amazing nggak sih ?

Karena itulah untuk menumbuhkan rasa persatuan dan menghindari konflik, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Ini membantu menciptakan perdamaian antar suku di Papua.

 4 .       Memiliki Batik Khas Papua

Seni batik Papua mulai dikenal dunia dengan motifnya yang unik (Foto : Intisari.id)


Kita tahu, Papua terkenal dengan seni ukir  yang eksotis. Seni ukir ini  merupakan bentuk ungkapan sakral masyarakat asli Papua yang berkaitan dengan arwah leluhur. Dalam perkembangannya, seni ukir ini kini dapat kita nikmati dalam bentuk dua dimensi. Dengan menggunakan kain, masyarakat Papua mulai melukiskan keindahan Papua melalui seni membatik.

Maka tidak heran motif-motif  dalam batik khas Papua memiliki makna tersendiri yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.  Selain memuat makna sakral, motif batik ini juga dipengaruhi oleh kondisi alamnya dan, pastinya, burung Cendrawasih, sebagai ikon khas pulau yang kerap disebut Tanah Mutiara Hitam.

 5.       Ritual Bakar Batu

Keunikan lainnya, ternyata orang-orang Papua suka mengadakan pesta. Mereka memiliki tadisi bakar batu atau barapen.  Bakar batu ini  merupakan salah satu metode memasak yang masih dilestarikan orang Papua.  Biasanya untuk  mengungkapkan rasa syukur dan menjalin silaturahmi dengan sanak keluarga.

Caranya dengan membakar batu yang berasal dari sungai dan disusun, di atasnya diletakkan bahan makanan yang sudah dibungkus daun sebelum ditimpa batu lagi di atasnya. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk ritual bakar batu ini sekitar 4 jam. 

 6.       Tradisi MOP

Tradisi bertutur di kalangan masyarakat Papua ini  merupakan warisan Belanda yang diadopsi dari perayaan tahunan orang-orang Eropa, yaitu April  MOP.   MOP kemudian menjadi salah satu ajang komunikasi yang efektif bagi  masyarakat Papua. Ketika MOP berlangsung masing-masing orang secara bergiliran menceritakan lelucon-lelucon yang menyegarkan suasana.

 7.       Tradisi memumikan jenazah

Mumi Papua (Foto : Hari Suroto/
Balai Arkeologi Papua)

Salah satu keunikan masyarakat Papua adalah budaya memumikan jenazah yang dilakukan secara turun temurun. Yup, tidak hanya ada di Mesir, tetapi di Papua juga ada tradisi memumikan jenazah.

Setidaknya ada lima suku di Papua yang memiliki tradisi ini. Yaitu, suku Mek, suku Dani, suku Moni, Suku Mee dan suku Yali.

Tentu saja tidak semua jenazah dijadikan mumi, hanya orang-orang terpilih yang dianggap berjasa bagi sukunya yang akan dijadikan mumi. Seperti misalnya kepala suku, panglima perang atau tokoh yang dihormati suku tersebut.

Proses pengawetan jenazah atau mumi ini merupakan proses yang panjang dan hanya dilakukan oleh orang-orang  yang khusus menangani mumi. Proses pemumian  ini diawali dengan menyiapkan tempat khusus hingga menyiapkan bahan bakar. Pada prosesnya mayat diasapkan dengan menggunakan kayu.

Proses pengasapan ini berlangsung lama, ditandai dengan menggunakan babi yang baru lahir sebagai  tanda waktu, dan berakhir ketika babi tersebut sudah memiliki taring. Lalu setelahnya dilakukan upacara untuk memandikan petugas. Proses selanjutnya adalah pelepasan mumi ditandai dengan mengalungkan ekor babi ke leher mumi. Lalu diakhiri dengan pesta bakar batu atau barapen.

Berbeda dengan proses pemumian suku lainnya, suku Mek  melakukan pemumian secara alami dengan meletakkan jenazah dengan posisi duduk  di atas pohon  selama satu tahun. Cuaca yang dingin di atas pohon akan membuat jenazah awet secara natural.  Setelah setahun, mumi akan diletakkan di dalam gua.

 8.      Papua kini bukan lagi suku tertinggal di Indonesia

Panjangnya sejarah yang dimiliki Papua dengan berbagai interaksi dengan para pendatang juga didukung dengan kemajuan teknologi informasi  membuat Papua tidak lagi menjadi masyarakat yang tertinggal. Kemudahan mengakses jaringan internet, membawa angin segar bagi masyarakat Papua.

Banyak talenta yang muncul dan menjadi bagian penting, khususnya bagi dunia hiburan tanah air, yang lahir dari bumi Cendrawasih ini. Sebut saja Ari Silasahe, pemilik rumah produksi Alenia Pictrure yang merupakan putra daerah. Begitu juga Edo Kondolangit, putra Sorong yang memiliki suara yang menggetarkan. Masih banyak deretan selebriti tanah air yang memiliki talenta luar biasa yang berasal dari tanah Papua.

Nah,  itu baru sebagian dari fakta-fakta menarik masyarakat Papua. Selain hal di atas tentu masih banyak lagi yang bisa kita temukan.  Jika kitorang tak kenal, maka tak sayang. Semoga informasi ini bermanfaat.

 

 


 

Minggu, 14 Maret 2021

Semalam Di Cinnamon Boutique Syariah Hotel Bandung

 

Cinnamon Boutique Syariah Hotel Bandung
 
Hari menjelang sore dan mendung saat saya dan anak-anak melangkah memasuki lobby Cinnamon Boutique Syariah Hotel menuju meja resepsionis. Sambutan yang hangat, ramah dan santun  menyapa kami. Tanpa ketegangan sedikit pun, meski mamak yang teledor ini gagal menunjukkan identitas diri (KTP ketinggalan di rumah, kebiasaan buruk yang tak boleh ditiru. Haaiiish...)

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...