Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Literasi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juli 2023

Cinnamon Cookies, Raisya Rasa Dari Hati dan Spirit Muharram


Raisya Cookies, Rasa dari Hati


Paket dari Raisya Cookies datang hampir bersamaan dengan pergantian tahun Hijriah, 1 Muharram. Bagi saya ini semacam hadiah menarik di awal tahun. 

Paket berisi buku inspiratif, Cinnamon Cookies dan beberapa cookies  dengan aroma kayu manis yang menguar sesaat setelah paket dibuka, seketika menumbuhkan rasa senang. 

Siapa yang tak suka  menerima paket dengan kemasan yang rapi dan manis? Raisya  Cookies agaknya betul-betul melakukan semuanya dari hati. Bukankah apa-apa yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati? 

Cinnamon Cookies dan Spirit Muharram

Sejujurnya, akhir-akhir ini saya kurang suka membaca kisah inspiratif. Ada semacam rasa bosan, atau apalah,  setiap mulai membacanya. Karena itu, meski tampilan buku  Cinnamon Cookies  sangat menarik, saya merasa butuh momen yang tepat membacanya. 

Syukurlah, momen itu tak begitu lama menunggu. Kehadiran momen pergantian tahun Islam, 1 Muharram 1445H, saya rasa saat yang tepat untuk membaca kisah inspiratif dan menikmati cookies yang tampilan dan aromanya menggoda. 
(Ssst, aroma kayu manis itu salah satu aroma kenangan yang selalu menghangatkan hati saya, tentang suatu masa di masa kanak-kanak. )

Ternyata saya keliru. 

Berbeda dengan kisah inspiratif lainnya yang berkisah dengan gaya monoton, Bunda Ata (Martha) menceritakan kisah kehidupannya dengan cara yang unik, singkat dan penuh warna. 

Tak ada kalimat-kalimat panjang yang membosankan dan menggurui. Melainkan tulisan-tulisan ringan yang -anehnya - menyentuh. 

Didukung ilustrasi yang kaya warna, kisah hidup Ata bersama Al bergulir manis. Terlalu manis, mungkin. Hingga akhirnya membuat saya terhenyak saat menyadari betapa perjalanan pernikahan mereka sudah cukup panjang, 10 tahun, hingga akhirnya Allah menitipkan hadiah istimewa. Raisya terlahir dengan kondisi berbeda. Down Syndrome. 

Kenyataan yang teramat pahit, yang harus mereka hadapi setelah penantian panjang. 

Laboratorium Kehidupan


"Seharusnya kita bersyukur kepada Allah karena setelah sepuluh tahun akhirnya kita punya anak. Jika Allah memberikan anak kepada kita yang berbeda, ya gak papa. Yuk, jadikan itu laboratorium kehidupan kita. "

Laboratorium kehidupan. 

Saya terkagum-kagum dengan reaksi Ata saat menghadapi kenyataan itu. 
Tidak mudah pastinya, namun baik Ata maupun Al berhasil berdamai dengan takdir yang Allah tetapkan atas mereka. 

(Duh, saya tak bisa berhenti membaca) 

Pada akhirnya, rasa ridho atas takdir membuat Ata dan Al berhasil melewati masa-masa awal yang sulit. Hari-hari terasa menyenangkan dengan kehadiran Raisya yang berhasil mengubah dunia Ata dan Al. 

Mereka yang semula bergerak cepat, seketika melambat atau bahkan berhenti, untuk membantu Raisya melewati tahap demi tahap perkembangan yang tak secepat anak-anak pada umumnya. Namun itu tak mengurangi rasa syukur dan bahagia di hati keduanya. 

Ata kurang suka dengan istilah down syndrome yang melekat pada anak-anak yang terlahir dengan jumlah kromosom 47.
Ia lebih suka menyebutnya trisomy 21.

Memang hanya sebuah istilah, namun memberikan efek positif bagi Ata dalam mendampingi tumbuh kembang Raisya. Membuatnya lebih mudah menemukan kelebihan yang dimiliki buah hatinya itu. 

Lalu, lagi-lagi saya terhenyak.
Al meninggal! 

Wabah Covid 19 membuat Al pergi untuk selamanya. Meninggalkan Ata dan Raisya. Membayangkan perasaan Ata membuat saya kelu. Membayangkan rasa kehilangan yang dialami Raisya membuat saya merasa pilu. 

Bagaimana mereka menjalani hari-hari yang panjang dikemudian hari tanpa kehadiran sosok suami dan ayah yang penyayang? 

Raisya Cookies, Rasa dari Hati

Raisya Cookies of Love Series, Rasa dari Hati


Kehadiran Raisya adalah salah satu sumber kekuatan Ata untuk tetap tegak menjalani hari-hari sepeninggal Al. 

Ata berusaha untuk selalu ikhlas, tanpa ujung dan menerima sepenuhnya ketetapan Allah. Berbekal keyakinan bahwa semua ketetapan Allah merupakan yang terbaik baginya, Ata melanjutkan kehidupannya bersama buah hatinya, Raisya. 

Kesukaan Raisya membuat cookies menimbulkan inspirasi bagi Ata. 
Ia mengembangkan hobi Raisya dengan harapan hal itu akan membawa manfaat bagi tumbuh kembang Raisya. 

Hingga akhirnya berdirilah Arra Cafe, tempat Raisya membuat dan menjual karyanya. Cookies lezat dengan aroma kayu manis yang pas. 

Penasaran, saya pun menggigit kukis buatan Raisya yang sudah disiapkan sebelum mulai membaca. Setiap gigitan penuh dengan rasa haru yang menyesakkan.

Namun di samping rasa haru, saya sungguh takjub, bagaimana bisa seorang anak berkebutuhan khusus, bisa menciptakan perpaduan rasa yang unik, antara rasa manis yang pas dan sensasi aroma kayu manis yang menggoda. Rasa dari hati. 

Raisya Cookies ini terasa spesial, menghangatkan hati sekaligus enak. Sungguh, teman beraktivitas yang menyenangkan.
 
Oya, Teman-teman yang penasaran dengan cookies enak dengan  rasa unik ini, bisa loh pesan di :

Raisya Cookies, Rasa dari Hati


Membaca buku Cinnamon Cookies, sambil menikmati Raisya cookies membuat haru berdesakan. Yang pada akhirnya menerbitkan rasa syukur. 

Rasa syukur yang dalam telah diberi kesempatan menyesap kisah penuh hikmah di pergantian tahun Hijriyah. Menjadi energi tambahan di awal Muharram, untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang dengan lebih baik, mengedepankan sikap husnuzon dan ridho serta ikhlas akan takdir Allah.


Jumat, 24 Februari 2023

Tips Menyembuhkan Luka Batin

Tips Menyembuhkan Luka Batin (Foto : Unsplash)

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya, yaitu : Ciri dan Karakteristik Orang Yang Terluka .  Sama-sama saya ambil dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah.

Landak Penyebar Duri

Kita sungguh tahu, dalam interaksi sosial yang kita jalani, secara sadar atau tidak, setiap orang memiliki, dan menciptakan masalah. Namun ada orang-orang tertentu yang memiliki sifat seperti seekor landak. Kenapa landak?

"Semua orang tahu," tutur Richard S. Gallagher dalam What to Say to A Cus, "Bahwa landak itu berduri. Yang kurang banyak diketahui adalah bahwa di antara landak-landak itu ada jenis yang suka menebarkan durinya untuk menyakiti sesama makhluk."

Itulah para landak penyebar duri.

Dalam sejarah Islam, landak penyebar duri ini kita jumpai dalam sosok, Abu Lahab, paman Rasulullah Saw sendiri. Kebenciannya yang mendalam terhadap pembawa kebenaran dan mengajak kepada kebaikan, menjerumuskannya kedalam kebinasaan. Namanya diabadikan dalam Al Qur'an bersama sang istri, si pembawa kayu bakar. QS. Al Lahab. Api yang bergejolak. Nauzubillah min dzalik.

Bagaimana karakter para landak penyebar duri ini dalam kehidupan kita sekarang?

Saat berjalan beriringan, mereka tidak ikut membantu memikul beban kita. Kadang mereka membuat beban yang ada menjadi lebih berat dari seharusnya. Dan sering juga durinya tanpa sengaja -- atau disengaja-- menusuk dan menyakiti kita. Membuat kita lumpuh dan jatuh.

Para penebar duri seolah tercipta untuk menghalangi orang yang ingin maju atau mendaki ke titik yang lebih tinggi. Mereka tak suka pada cita-cita tinggi. Mereka  benci pada orang yang mengajak manusia untuk memperbaiki diri.

Nauzubillah, semoga kita terhindar dari sifat seperti landak penyebar duri. 

Lalu, bagaimana sikap kita bila berada dalam lingkungan para penyebar luka? 

  • Hilangkan rasa buruk sangka

Buruk sangka adalah awal dari rusaknya sebuah hubungan. Baik dengan sesama, terutama dengan Sang Khalik.
  • Suburkan baik sangka
Prasangka baik akan membuat kita memandang orang lain dari sisi terbaik yang mereka miliki. Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang, akan mengeluarkan yang terbaik dari mereka.

Sementara itu, dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan Ibnu Majah, Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku, ada di sisi prasangka hambaKu pada diriKu."

Tugas kita adalah berbaik sangka.
Bahwa yang seringkali kita anggap musibah, mungkin saja bukan musibah itu sendiri.
Bahwa yang kita anggap penderitaan, bisa jadi pertolongan Allah dari jalan yang tidak sangka-sangka.
Bahwa mereka yang secara zhahirnya akan menyakiti, bisa jadi punya niat mulia di dalam hatinya. 
Bahwa kalaupun niatnya tak suci, kita tetap mendapatkan kebaikannya.
Dengan prasangka baik.
  • Memaafkan
Meski sulit, memaafkan itu menyembuhkan. Memaafkan membuat  ganjalan di hati kita terangkat, dan meluruhkan segala kepahitan  di dalamnya.

"Dia yang tak mampu memaafkan kesalahan orang lain," demikian dikatakan oleh George Herbert, "Telah menghancurkan jembatan yang seharusnya dia lalui sendiri."
  • Meninggalkan debat
Selalu ada pilihan saat berbicara dengan seseorang. Pilihan untuk memenangkan pendapat kita, atau memenangkan hatinya. 
  • Pahami diri dengan baik
Kemampuan kita mengenal diri dengan baik, menentukan apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan rasakan, yang pada akhirnya menentukan respon kita terhadap orang lain.

Bukankah teko hanya mengeluarkan apa yang ada di dalamnya? Jika kebaikan, maka hanya kebaikanlah yang keluar.

Mengenal diri dengan baik membuat kita mudah menerima masukan, atau menilai sesuatu secara adil, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada sikap orang lain.

  • Doa agar terhindar dari membenci sesama muslim.
Karena luka itu bisa memicu kebencian, seperti yang terjadi pada Abdullah bin Ubay dan orang-orang munafik, maka jangan melupakan doa yang diajarkan Allah kepada kita.

"Dan janganlah Engkau jadikan ada rasa ghill di hati kami kepada orang-orang beriman, wahai Rabb kami. Sesungguhnya Engkau Mahalembut lagi Maha Penyayang."

Demikian tips menghadapi orang-orang yang berkarakter seperti landak.
Semoga kita diberi kekuatan untuk tetap menjadi pribadi yang lebih baik dan terhindar dari keburukan sikap yang bisa melukai sesama. Aamiin


Minggu, 19 Februari 2023

Antologi Kisah Inspiratif Para Pecinta Al Qur'an

Antologi Kisah Inspiratif Para Pencinta Al-Qur'an (Foto : Asdina)


Buku antologi kisah inspiratif para pecinta Al Qur'an, Bahagia Tanpa Tapi, ini saya terima dari seorang teman dekat, Mba Dina. Tak ada tendesi apa pun saat mulai membuka bukunya.

Rasa tertarik lebih kepada rasa ingin tahu, apa yang ditulis Mba Dina, salah seorang kontributor yang cukup lama saya kenal dalam dunia kepenulisan.

Seperti yang sudah-sudah, tulisan Mba Dina amat baik dan mengalir. Diawali dengan konflik, Mba Dina menceritakan tentang komunikasinya dengan Bima, anaknya, yang mulai membaik setelah  berinteraksi secara intensif dengan Al Qur'an.

Begitu juga dengan seluruh kontributor, semua menceritakan bagaimana Al Qur'an telah menjadi obat sekaligus jalan untuk menemukan kebahagiaan dengan pasangan, anak, keluarga besar serta hubungan dengan orang lain.

Interaksi yang konsisten, terstruktur dan sistematis membuat Al Qur'an menjadi cahaya yang menyingkap tabir gelap segala permasalahan yang tengah dihadapi, dengan bimbingan Pak Ustadz tentunya --yang tak disebutkan namanya di dalam buku ini, saya menduga, ini  tentu atas permintaan beliau.

Berulang-ulang dalam buku ini dituliskan, jika menghadapi masalah -apapun- dalam kehidupan, berpikirlah secukupnya dan perbanyak berdzikir. Karena seluruh solusi dari permasalahan yang kita hadapi adalah dengan cara berdzikir.

Salah satu cara berdzikir adalah dengan membaca Al Qur'an. Tilawah Al-Quran.

Jika tilawah yang kita lakukan tak kunjung memecahkan masalah, tambah dan tambah lagi dosisnya. 

Tilawah Al Qur'an ini,  tentu diiringi dengan adab dan niat yang benar sebelum membaca Al Qur'an. Fokuskan untuk mencari ridho Allah semata serta selalu berbaik sangka kepada Rabb, Allah Robbul'alamiin.

Antologi Kisah Para Pencinta Qur'an  Yang Lengkap

Semua menceritakan kisahnya masing-masing, dan membuktikan keajaiban Al Qur'an bekerja dalam kehidupan mereka. Masya Allah...

Kelebihan buku Bahagia Tanpa Tapi ini, menurut saya, ada pada kejujuran para kontributor dalam menulis.

Mereka masing-masing jujur saat menulis kisah di buku ini. Jujur menceritakan diri sendiri maupun gaya dalam menulis. Hal ini tampak dari tulisan  yang berbeda-beda  teknis penulisannya. 

Ini menjadi poin plus, dan membuat buku menjadi lengkap dengan keunikan kontributornya.

Ada tulisan-tulisan yang menyentuh hati -- membuat saya menangis saat membacanya, salah satunya tulisan Mba Adrya yang menulis secara detail kisah kehilangan putra pertama yang amat dicintainya, dan perjuangannya meraih bahagia bersama suami dalam naungan Al Qur'an.

Ada juga tulisan yang memotivasi para pemula, termasuk mereka yang ingin menghapal, namun belum baik bacaannya. Atau, yang ingin menghapal, namun ragu dengan kemampuan diri.

Kisah-kisah itu semakin lengkap dengan panduan cara menghapal dan berinteraksi dengan Al Qur'an, yang ditulis dengan lugas dan praktis.

Satu hal yang pasti, usai membaca buku antologi ini, dalam diri saya pribadi, tumbuh keinginan untuk lebih mengenal dan menghapal Al-Qur'an. Jangan menjadikan usia sebagai halangan, karena, toh nyatanya, para kontributor  memulai saat berusia rata-rata setengah abad. Usia bukan halangan, justru menjadi booster untuk lebih giat dan maksimal mempelajari Al Qur'an dan menghapal ya.

Menjadikan Al-Qur'an sebagai obat. Penyembuh bagi seluruh persoalan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hal yang perlu digarisbawahi  dari buku ini adalah luangkan waktu untuk membaca Al Qur'an, bukan menunggu waktu luang.

Bukankah kematian pun tak menunggu waktu luang untuk datang menjemput kita?

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Sahabat Moma. Salam....


Jumat, 17 Februari 2023

Ciri-ciri Dan Karakteristik Orang-orang Yang Terluka, Menurut Salim A Fillah

Ciri dan karakteristik orang yang terluka, menurut Salim A Fillah (Foto : Unsplash)

Sebagai makhluk sosial, kita tentu tak bisa lepas dari interaksi sosial baik dengan masyarakat luas, atau pun circle terkecil, yaitu keluarga.

Dalam membina hubungan, tak jarang kita bersentuhan dengan pribadi-pribadi yang unik, salah satunya, orang-orang yang terluka.

Yaitu, orang-orang yang memiliki luka batin atas suatu peristiwa yang pernah dialaminya di masa lalu.

Bicara tentang orang-orang yang terluka, Salim A Fillah menuliskan dengan panjang lebar (dan menarik) di dalam bukunya, Dalam Dekapan Ukhuwah.

Berikut cuplikan yang khusus membahas tentang orang-orang terluka.

Kesalahan terbesar dari orang-orang terluka adalah mereka tak segera menyembuhkan luka lamanya. Telusukan (penyebab luka) yang mengganggu itu dibiarkan. Jadilah orang-orang yang terluka itu sebagai mereka yang enggan berubah.

"Orang terluka," kata John C Maxwell, "Juga sulit menerima kegagalan."

Semua ketidakberesan dalam kehidupan yang sebenarnya bersumber dari lukanya tak disikapi sebagai pelajaran berharga.

Dia selalu menemukan orang, pihak, kelompok, benda atau apapun yang menurutnya telah menjadi sebab dari segala kepahitan. Telusukan itu masih ada di sana. Mengeram dalam diam namun mendatangkan kuman-kuman.

Orang terluka kurang suka membahas persoalan. Mereka tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah. Yang mereka tahu, hanyalah bahwa mereka kesakitan. 

Rasa tersiksa itu disebabkan seseorang telah menyentuh luka mereka, entah dengan cara apa.

Mereka selalu memandang dirinya sebagai korban. Rasanya pedih.

Dan bagi mereka, orang-oranglah yang salah. Selesai.

Lebih lanjut, orang terluka tak terlalu suka belajar dari lain. Itu akibat dari menganggap orang lain bersalah dan menyakiti dirinya. Dia juga enggan bertindak. Tak bergairah melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai masalahnya dan memecahkannya.

Ya.

Karena dia menganggap semua itu bukan salahnya.

(Hal 151-153)

Lebih lanjut Salim A Fillah menjelaskan bahwa orang-orang yang terluka itu memiliki karakteristik khas.

Dalam Dekapan Ukhuwah, karya Salim A Fillah

Berikut ciri-ciri dan  karakteristik orang-orang terluka menurut Salim A Fillah :

1. Orang terluka umumnya hanya memiliki palu dan menganggap semua hal adalah paku.

Ciri-cirinya :
  • Mereka sering bertindak sebelum mengetahui gambaran persoalan dengan utuh sehingga mereka salah waktu dan salah cara dalam merespon sesuatu.
  • Seringkali mengungkit masa lalu. Dalam pembicaraan mereka suka menyakiti sesama dengan menyebut ulang kesalahan dan kekhilafan yang dilakukan orang lain.
  • Suka memperburuk keadaan dengan memberikan reaksi berlebihan. 
  • Pemilik palu beranggapan bahwa situasi jauh lebih penting daripada hubungan. Misalnya, memenangkan debat jauh lebih penting daripada menjaga agar hati seorang kawan tak tersakiti.

Apakah kita memiliki ciri-ciri di atas? Semoga kita bisa membuang palu dari dada kita, dan meraih hati orang-orang yang kita sayangi. Aamiin...

2. Orang terluka enggan berubah.

Mereka memilih menikmati dan memelihara lukanya. Lalu menampilkan rasa sakit dengan segala cara. 
Sulit menerima kegagalan, tak tertarik untuk memperbincangkan akar masalah, serta tak suka belajar dari orang lain.

Mereka fokus dengan rasa sakit dan menyalahkan orang lain yang menyebabkan munculnya rasa pedih setiap kali tersentuh --- entah dengan cara apa.

Mereka selalu merasa menjadi korban atas segala kondisi yang menimpanya.

3. Pengeluh yang fasih dan penuh penjiwaan.

Jika orang-orang mukmin mengeluh hanya kepada Allah, seperti Ya'qub dalam Surat Yusuf ayat ke-86 berkata, "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya."

Sementara orang-orang terluka, suka mengeluh kepada manusia. Padahal, sembarang mengeluh itu berbahaya.

Nah, Sahabat Moma, semoga kita terhindar dari sifat-sifat di atas. Minimal, jika ada dalam diri kita karakteristik tersebut, kita bisa berusaha mengurangi kebiasaan-kebiasaan buruk yang nyata-nyata  membahayakan  orang-orang di sekitar kita. 

Untuk membina hubungan dengan orang-orang yang kita sayangi, buanglah palu dalam diri kita. 
Jangan pula menjadi landak yang suka menebar duri tubuhnya untuk melukai orang lain.  Nauzubillah min dzalik...


Kamis, 16 Februari 2023

Cerpen Remaja Liza P Arjanto, Gantungan Kunci Spesial Untuk Koko

 

Cerpen remaja, Liza P Arjanto (Foto : Pixabay)

Cerpen remaja ini merupakan satu jejak bersama puluhan cerpen lainnya yang ditulis teman-teman di kelas menulis, Penulis Tangguh asuhan Bunda Nurhayati Pujiastuti. Di dalamnya ada cerpen Yulina Triharningsih, Utami Panca Dewi, Ruwi Meita, Yuniar Khairani, dan lain-lain. Dear Koko, adalah cara kami untuk mengenang adik, sekaligus sahabat yang telah pergi mendahului kami, Koko Ferdy.

---

 

Antologi cerpen remaja, Penulis Tangguh (Foto : koleksi pribadi)

Gantungan Kunci Spesial Untuk Koko

Oleh : Liza P Arjanto

 

        Tangan Monik bergerak lincah meronce manik-manik yang berkilauan ditimpa sinar matahari pagi. Sementara mulutnya tak henti menerangkan pada teman yang duduk paling dekat dengannya cara merangkai manik-manik itu. Sesaat ia akan menikmati rasa kagum yang muncul di mata teman-temannya. Lalu mendengarkan pujian tentang betapa terampilnya ia membuat aneka gelang dan gantungan kunci. Namun itu hanya sesaat.

Ia tahu, mereka tak pernah menyukai dirinya. Mereka hanya terpaksa mendengarkan kalimatnya demi kesopanan dan menjaga perasaannya. Monik tahu itu. Ia bisa merasakan semua itu. Sebentar lagi satu persatu temannya yang tadi bergerombol akan pamit. Pada akhirnya ia akan duduk sendiri. Hanya sendiri saja, bersama kotak manik-maniknya.

“Sorry, Mon, aku ke kantin dulu ya. Jangan lupa, gantungan kuncinya buat aku.” Pamit Febby sambil bergegas meninggalkan Monik yang terus meronce. Monik mengangguk pelan. Ia sudah biasa dengan semua itu.

Sekali waktu ia pernah bertanya pada Febby, mengapa teman-teman menjauhi dan menghindarinya. Febby hanya mengatakan, karena ia dianggap aneh. Ia menjadi anak aneh karena selalu membawa kotak manik-manik kemana pun ia pergi. Ia dianggap aneh, karena ia tidak bisa pergi kemana-mana tanpa pengawalan mama. Kecuali saat sekolah. Bahkan ketika study tour, mama akan duduk di sebelahnya.

Monik menghela napas. Air mata membayangi bola matanya. Ditatapnya gerombolan teman-teman sekolahnya yang tertawa ceria. Mereka berkelompok-kelompok. Mereka tertawa bahagia. Kecuali dirinya. Tiba-tiba ia merasa sunyi.

Perlahan ia membereskan kotak manik-maniknya. Ia tak ingin terlihat semakin aneh bila menangis tanpa sebab. Hanya ada satu ruangan yang akan memeluknya dan membuatnya damai. Bekas ruang ekstrakurikuler PMR. Ia tak sengaja menemukan ruangan itu saat hendak mencari seseorang. Sejak saat itu ia sering bersembunyi di sana bila ia ingin sendiri.

Akan tetapi kali ini ia keliru.  Di dalam ruangan itu ada sosok bertubuh jangkung yang tengah asyik menulis. Koko, desisnya dalam hati. Kenapa ketua kelasnya itu ada di sini? Ia merasa heran sekaligus gugup. Ia memutuskan segera berbalik ketika kotak manik-maniknya terjatuh dan berhasil membuat Koko terlonjak kaget. Wajah Monik memerah.

“Maaf, Ko. Kupikir nggak ada siapa-siapa di sini.” Dengan gugup Monik meminta maaf seraya memunguti manik-maniknya yang berceceran di lantai. Perasaannya campur aduk terlebih ketika Koko tersenyum maklum.

“Nggak apa-apa. Emang kamu biasa menyendiri di sini ya?”ujar cowok berambut jambul itu. Ia menutup buku catatannya dan langsung membantu Monik mengumpulkan manik-maniknya.”Kalo gitu aku yang harus minta maaf karena membuatmu kaget.”

Monik menggelengkan kepalanya. Degup di dadanya semakin kencang. Inginnya ia segera berlari meninggalkan ruangan itu. Tapi itu tak mungkin. Tak mungkin ia pergi tanpa kotak manik-manik miliknya. Dengan keringat yang berembun di ujung hidungnya, ia menabahkan hati menghadapi cowok baik hati yang diam-diam mencuri perhatiannya sejak pertama bertemu.

Semakin banyak butiran manik yang terkumpul semakin bertambah rasa percaya diri Monik. Pelahan ia perasaan nyaman melingkupi dirinya. Dan ketika semua manik berhasil terkumpul, ia bisa menatap wajah ganteng di hadapannya.

“Kamu mau aku buatkan gantungan kunci, Ko?” tanyanya dengan mata penuh harap.

“Oh, mau dong. Kamu, kan, pintar membuat gantungan kunci unik.” Senyum di wajah Koko membuat debur di dada Monik kian kencang. Namun Monik bisa mengatasinya dengan meronce manik-manik. Kali ini untuk Koko. Sesuatu menjadi gantungan kunci yang spesial, janji Monik dalam hati.

*

Ternyata membuat gantungan kunci yang spesial itu tak mudah. Berulang kali Monik membuat gantungan kunci, hasilnya selalu biasa saja di matanya. Monik memang tak pernah mengurai lagi rangkaian manik yang diikat benang nilon itu. Sebab itu di meja belajarnya kini dipenuhi gantungan kunci aneka warna dan bentuk.

Menurut mama, gantungan kunci buatannya itu bagus-bagus. Akan tetapi tak cukup bagus untuk Koko, bantah Monik dalam hati, setiap kali mama berkomentar soal gantungan kunci yang terus bertambah setiap hari.

Di sekolah pun setiap kali ada kesempatan, ia akan menyendiri membuat gantungan kunci. Bila dulu ia masih berusaha menyapa teman-temannya dan membuatkan mereka gantungaan kunci, pin, atau gelang, kini ia disibukkan dengan membuat gantungan kunci untuk Koko.

Hal itu pula yang membuat ia -sebisa mungkin- menghindari  Koko. Agak sulit tentunya mengingat mereka berada di kelas yang sama. Untungnya ia terbiasa dianggap tidak ada di kelas. Kehadirannya atau ketidakhadirannya tak akan mempengaruhi suasana kelas.  Sehingga ia memutuskan hanya ingin berbicara pada Koko bila gantungan kunci itu sudah selesai ia buat.  Sayangnya, meski sudah berhari-hari ia belum juga berhasil membuat sesuatu yang spesial untuk Koko. Gantungan kunci yang dibuatnya, selalu biasa-biasa saja di matanya.  

Monik menatap gantungan kunci kesekian yang telah selesai ia buat. Selalu saja ada yang terasa kurang. Lalu pandangannya beralih ke arah kotak manik-manik. Ada perasaan kesal yang menyeruak. Tidak pernah ia merasa sekesal ini. Ia telah membongkar tabungannya untuk membeli berbagai manik. Bermacam-macam warna. Tetap saja ia merasa manik-manik yang dimilikinya kurang banyak.

        “Hai... kamu di sini ternyata.” Seruan Febby mengagetkan Monik.

        “Iiya... kamu mencari aku?”

        “Iya, aku dan Koko mencari kamu.” Febby menatap Monik dengan pandangan sungguh-sungguh.

Mendengar nama Koko disebut, Monik langsung merasa gugup. Cepat-cepat ia mengambil satu butiran manik merah dan memasukkan benang nilon ke dalam lubang di tengah butiran. Secercah cahaya memantul dan menimbulkan kilau indah di mata Monik. Monik tersenyum ia sudah merasa tenang. Jemarinya terus bergerak.

“Tumben mencariku. Ada apa sih?” tanyanya santai.

Febby memperhatikan sejenak jari Monik yang bergerak lincah, kemudian menjelaskan dengan bersemangat.

“Mon, sebentar lagi,kan, perayaan hari besar.. Di sekolah kita akan ada bazar. Koko mengusulkan agar kelas kita membuka stand khusus. Kamu dan teman-teman boleh menjual hasil kreativitas di stand kelas, tetapi keuntungannya akan disumbangkan pada yayasan disabilitas. Gimana?”

Tangan Monik tertahan. Ia terkejut mendengar uraian Febby.

“Serius, Feb? Kamu dengar dari mana?” Tangannya kembali bergerak.

Febby memonyongkan bibirnya.

“Kamu sih kabur-kaburan melulu setiap jam kosong dan jam istirahat. Jadi kudet.”

Monik tertawa kecil.

“Jangan cuma senyum-senyum. Kamu setuju enggak? Sayang kan kalo gantungan kunci dan segala macam pernik yang kamu buat mubazir?”

Ingatan Monik melayang ke meja belajarnya yang penuh dengan aneka gantungan kunci. Sesuatu melintasi pikirannya.

“Kapan diadakan bazar?”  tanyanya kemudian.

        “Dua minggu lagi.” Jawab Febby. “Bisa?”

        Monik menganggukkan kepalanya pelan.

**

        Monik memasukkan gantungan kunci terakhirnya ke dalam kotak dengan perasaan puas. Tak sia-sia selama dua minggu ini ia bekerja keras membuat gantungan kunci. Ia memang gagal membuat gantungan kunci spesial untuk Koko. Sebagai gantinya ia membuatkan 1000 buah gantungan kunci yang akan disumbangkannya untuk acara bazar di sekolahnya.

        Ia membayangkan ekspresi terkejut di wajah cowok yang berdiam di relung hatinya itu. Ia tahu, ia tak mungkin bisa bersama Koko. Di sana sudah ada Febby yang diam-diam selalu Koko pandang dengan tatapan penuh arti.  Ia juga pernah menemukan selembar kertas yang tertinggal di ruang ekskul, ruang tempat ia menemukan Koko yang tengah serius menulis. Kertas yang telah mengungkapkan perasaan terdalam Koko pada Febby. Kenyataan pahit yang membuatnya kesulitan meronce gantungan kunci spesial untuk Koko, meski pun ia telah berusaha sungguh-sungguh.

        Monik menarik napas dalam-dalam. Ada rasa lega setelah sekian lama ia mencoba mengingkari kenyataan itu. Mengingkari rasa nyeri yang menghunjam setiap kali ingatannya melayang pada cowok bermata teduh itu.

        Namun ada sebuah alasan lain yang ia tutup rapat-rapat. Sebuah rahasia yang menghantui seumur hidupnya.

        Monik memejamkan mata, mengusir kabut yang membayangi bola matanya. Setitik air jatuh menimpa kotak manik-manik yang telah kosong. Sesaat Monik merasa gamang. Tubuhnya terasa amat letih. Pikirannya mendadak kosong. Pelahan kesadarannya pun lesap.

        Ketika membuka mata, dilihatnya kerut di kening mama bertambah dalam. Meski tersenyum, ia tahu, mama mencoba menyembunyikan kesedihan terdalamnya.

        “Aku kambuh lagi ya, Ma?”

        Mama menggangguk pelan.

        Mata Monik berkabut. Epilepsi. Serupa hantu yang membayangi kehidupannya. Membuat ia merasa tak pantas untuk siapa pun. Termasuk Koko. Sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tak tumpah di depan mama. Mama menggenggam tangannya erat.

        “Jadilah gadis kuat, Nak. Mama yakin, kamu bisa. Sebab hidup tak pernah bertambah mudah. Tapi kamu akan jadi pemenangnya.”

        Airmata Monik pun luruh. Akan tetapi di dalam dadanya sebentuk hati baru telah terbentuk, jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tamat.

 

Jumat, 27 Januari 2023

Funiculi Funicula, Novel Unik Yang Menyentuh Karya Toshikazu Kawaguchi

Novel unik dan menyentuh karya Toshikazu Kawaguchi (Foto : ini_kolibri)


Jika ada kesempatan kembali ke masa lalu, apa yang paling ingin kamu lakukan? Mengubah satu detil penting kehidupan yang akan mengubah masa depan? Yup. Kebanyakan orang pasti akan memilih kesempatan ini. Saya juga 😊

Namun, apabila kembali ke masa lalu tidak akan mengubah kenyataan hari ini, masih adakah keinginan untuk kembali? Sementara syarat untuk kembali ke masa lalu terasa berat untuk dijalani.

Funiculi Funicula, sebuah novel karya Toshikazu Kawaguchi. Novel yang ditulis dengan ide unik, yang menjalin kisah-kisah para tokoh di dalamnya dengan apik dan rapi.

Funiculi Funicula merupakan sebuah kafe yang letaknya tersembunyi di bawah tanah. Letaknya yang tersembunyi di sebuah gang, membuat kafe itu senantiasa sepi. Tak banyak pengunjung yang datang, kecuali mereka yang ingin mencari tempat sunyi. Atau ingin kembali ke masa lalu.

Seperti seorang perempuan yang ingin berbaikan dengan pasangannya, seorang perawat yang ingin membaca surat dari suaminya yang tak pernah diberikan kepadanya, atau seorang ibu yang ingin menemui anak yang mungkin takkan pernah dikenalnya.

Namun ada banyak peraturan yang harus diingat. 

Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. 

Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan di masa kini.

Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan. Dan menghabiskan kopi itu sebelum dingin. Sebatas itu lah waktu yang mereka miliki.

Jika melanggar salah satu syarat tersebut, mereka akan terjebak di masa lalu dan tak bisa kembali ke masa kini. 

Kekuatan novel ini tidak hanya terletak pada keunikan ide, namun juga pada karakter tokoh yang kuat, juga jalinan kisah yang mengharu biru.

Meskipun kenyataan tidak bisa diubah, namun orang-orang yang kembali dari masa lalu dengan hati yang baru, siap menghadapi masa depan yang dengan segala kejutannya.

Seperti keyakinan Kazu (di halaman terakhir) bahwa kekuatan hati cukup bagi seseorang untuk melewati kenyataan yang dihadapinya, sepahit apapun kenyataan itu. 

Meskipun tak bisa mengubah kenyataan, asalkan masih ada hati yang tergerak untuk berubah, selama itu pula kursi tersebut istimewa.

Novel setebal 223 halaman ini, bisa menjadi teman yang menyenangkan dibaca di waktu luang.  Kisah-kisah yang menyentuh dan diksi-diksi yang kuat akan membuat kita tak hendak meletakkan buku ini sebelum selesai.

Buku ini juga membuat kita berpikir lebih mendalam tentang orang-orang yang kita sayangi. Membuat kita belajar untuk lebih menghargai waktu bersama mereka, khususnya keluarga.

Karena, betapa pun ingin kita kembali ke masa lalu, kita tak akan pernah bisa kembali. Kita tidak akan bisa mengubah masa lalu. Yang bisa kita lakukan hanyalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas hubungan hari ini, agar tak ada sesal di masa depan.

Buku ini cocok untuk menghadiahi diri sendiri ataupun orang-orang yang kita sayangi.

Menghadiahi diri sendiri atau para kesayangan di @ini_kolibri (foto : ini_kolibri)


Oya, kamu bisa mendapatkan novel ini di tokbuk online @ini_kolibri dengan harga diskon loh.

Owner  @ini_kolibri, selalu berusaha memberikan atau memilihkan buku-buku terbaik, yang sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan customer nya. Lalu membungkusnya dengan kertas-kertas kado dan pita yang cantik. Membuat hati penerima terasa hangat.


Etalase @ini_kolibri

Salam manis.
Sepahit apapun masa lalu tetaplah tersenyum manis, hari ini.






Minggu, 22 Januari 2023

Novel Gajah Mada, Langit Kresna Hariyadi

Novel Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi (sumber : Google)


Novel Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi ini merupakan karya fiksi yang menuturkan kisah raja-raja tanah Jawa, khususnya Kerajaan Majapahit, dengan cara yang sangat menarik dan tidak membosankan.

Diawali dengan pemberontakan Rang Kuti yang hampir menewaskan Prabu Jayanegara, Langit Kresna melukiskan karakter Gajah Mada dengan sangat kuat.

Buku seri pertama Gajah Mada yang berjudul Makar Dharmaputra ini,  menggambarkan dengan baik tentang kecerdasan dan ketangguhan Gajah Mada.

Saat itu, kedudukan Gajah Mada masih rendah, hanya seorang bekel. Namun karena mengepalai pasukan khusus bhayangkara yang bertugas melindungi raja, ia bersama pasukan khusus mampu menghentikan pemberontakan Rang Kuti sekaligus menyelamatkan Sang Prabu.

Sayangnya di ujung cerita, setelah beberapa waktu memulihkan kondisi kerajaan, ibukota Majapahit yang rusak akibat pemberontakan Rang Kuti, Sang Prabu Jayanegara wafat akibat racun yang diberikan tabib istimewa. 

Pada novel seri kedua, Langit Kresna menuturkan tentang kisah cinta dan intrik di sekitar istana terkait peralihan kekuasaan sepeninggal Prabu Jayanegara. Peran Gajah Mada semakin penting dengan dengan kepercayaan yang diberikan oleh Ibu suri  Gayatri dan ratu kembar, Tribuana Tunggadewi dan Dyah Wiyat.

Seri kedua ini memiliki daya tarik tersendiri, karena lebih kental nuansa fiksinya. Para Sekar Kedaton digambarkan begitu manusiawi, lengkap dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Juga memiliki kisah cinta yang tak mudah. Imajinasi penulis berkembang begitu bebas, namun demikian, tetap berada dalam koridor sejarah.

Harta karun peradaban, serial Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi. (Dok.pri)


Langit Kresna tentu melakukan riset yang tidak main-main, saat menuliskan kisah-kisah ini.  Ada tanggung jawab moril, untuk menuliskan sejarah agar tak lenyap di belantara waktu dan ketidakpedulian generasi muda.

Pada novel ketiga Gajah Mada, Hamukti Palapa, Langit Kresna menuturkan tentang kemelut pemberontakan dan kemarau panjang yang menggelisahkan. 

Kisah cinta para tokoh penting dalam setiap seri yang berkesinambungan menjadi pemanis dan membuat dada turut berdegup. Ini merupakan salah satu daya tarik novel ini, yang dituturkan dengan rapi dan manis, membuat pembaca seakan masuk ke dalamnya.

Peran Gajah Mada pun semakin penting, banyak keputusan penting yang diambil berdasarkan pemikiran Gajah Mada. Sehingga akhirnya, Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih. Pada saat itu, terucaplah Sumpah Palapa. Bahwa Gajah Mada tidak akan bersenang-senang, sebelum seluruh wilayah Nusantara bersatu di bawah naungan Majapahit.

Dibawah kendali Mahapatih Gajah Mada, kerajaan Majapahit berkembang sedemikian luas. Kekuatan maritim yang dibangun Gajah Mada mampu menyatukan kerajaan-kerajaan dari timur hingga ke barat. Kecuali Sunda Galuh.

Perang Bubat, sejarah kelam akibat fitnah dan kerasnya ambisi Gajah Mada (dok.pri)


Pada seri keempat Perang Bubat, Gajah Mada menemui kenyataan pahit, bahwa tidak semua hal bisa diraihnya. Kerja kerasnya menyatukan wilayah di Nusantara, berantakan karena ulah pengikut garis kerasnya yang menciptakan Perang Bubat.

Perang ini tidak hanya menyakitkan bagi kerajaan Sunda Galuh, melainkan juga menikam hati Hayam Wuruk dan rakyat Majapahit. Gajah Mada pun kehilangan jabatannya sebagai Mahapatih setelah 20 tahun berkuasa.

Dipecatnya Gajah Mada dari pentas pemerintahan, membuat pemberontakan-pemberontakan marak terjadi. Begitu juga gesekan-gesekan yang terjadi akibat perbedaan agama yang dianut masyarakat.

Gajah Mada menyendiri membangun padepokan yang jauh dari pusat pemerintahan. Membantu masyarakat sekitarnya untuk berkembang dan produktif.

Seri kelima ini juga dibayangi pembunuhan terhadap keluarga kerajaan sebagai bentuk balas dendam akibat meninggalnya Dyah Pitaloka beserta kedua orang tuanya dalam perang Bubat.

Sarat dengan tokoh-tokoh fiktif yang menarik, seri kelima yang berjudul Gajah Mada, Madakaripura Hamukti Moksa ini ditutup dengan ending yang tak terduga. Secara keseluruhan, seri kelima ini adalah kompromi yang menyejukkan semua pihak.

Madakaripura Hamukti Moksa, seri terakhir yang kompromis dan menyejukkan (dok.pri)

Selamat jalan Langit Kresna Hariadi, namamu abadi dalam karya. Semoga novel fiksi sejarah ini membawa kebaikan dan bermanfaat serta menjadi amal jariyah di negeri abadi. Aamiin


Selasa, 20 September 2022

Melalui Dongeng, Hayu Maca Tingkatkan Literasi dan Minat Baca Anak

Dongeng, mengenalkan literasi pada anak dengan cara yang menyenangkan.

Kenyataan Indonesia menempati urutan ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara yang memiliki tingkat literasi rendah, berdasarkan survei yang dilakukan Programe for International Student Asssesment (PISA) pada tahun 2019, membuat kita mengurut dada. 

Mengingat besarnya jumlah penduduk Indonesia, rasanya sungguh terlalu jika literasi bangsa ini menempati urutan terendah. Bukankah, dengan kemerdekaan yang diraih dengan susah payah itu, mestinya kita sudah masuk ke jajaran negara-negara maju, setidaknya berkembang?

Kegelisahan ini pula yang menggerakkan Donny Safari, salah seorang founder Hayu Maca, serta kedua rekannya untuk membentuk sebuah gerakan literasi dari Kota Cimahi.

Donny Safari, tercatat sebagai penggerak literasi Jabar bersama Balai Bahasa Jabar

Hayu Maca bergerak dengan membuka lapak sederhana, sekaligus meramaikan ruang terbuka hijau melalui kegiatan baca tulis, serta kegiatan belajar dan bermain bersama.

Konsistensi para relawan literasi Hayu Maca, mendorong masyarakat setempat untuk turut serta dalam aktivitas ini. Baik dalam berkegiatan  seperti ikut mendongeng, berbagi ilmu atau pun mendonasikan beragam perlengkapan/fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan Hayu Maca.

Dari gerakan sederhana, Hayu Maca kemudian berkembang menjadi sebuah komunitas yang memiliki badan hukum yang sah, pada tahun 2018, menjadi sebuah yayasan memiliki visi :

  • Terciptanya budaya membaca dalam keluarga
  • Menjadi partner pemerintah dalam pengembangan literasi di Kota Cimahi dan sekitarnya
  • Menjadi role model aktivitas literasi di Kota Cimahi dan sekitarnya

Seiring dengan banyaknya tenaga relawan yang bergabung di komunitas Hayu Maca, kegiatan tidak hanya terpusat di Taman Kartini, Kota Cimahi. Melainkan juga diundang ke sekolah-sekolah serta even-even akbar  yang diadakan suatu lembaga.

Kegiatan Rutin Hayu Maca

Lapak Hayu Maca

Setiap hari Minggu, Hayu Maca mengenalkan budaya literasi dan meningkatkan minat baca anak melalui kegiatan dongeng. Kita tahu, dongeng selalu berhasil membuat anak-anak tertarik untuk mendekat dan mendengarkan berbagai cerita yang diambil dari buku-buku yang sudah disediakan.

Pada kegiatan positif ini tidak saja membuat anak-anak tertarik untuk mendengar, melainkan juga menumbuhkan keberanian anak untuk ikut serta sebagai pendongeng. Ya, Hayu Maca juga melatih anak-anak untuk mengembangkan kemampuan tampil di depan umum melalui berbagai kegiatan dongeng.
Hayu Maca memberikan kesempatan kepada anak untuk tampil mendongeng.

Kegiatan ini juga terbuka untuk siapa saja yang ingin tampil menghibur anak-anak sebagai pendongeng.
Dongeng bersama Ibu Walikota Cimahi

Ummi Rinna dan Abi Iwan dari Harmoni TV turut mendongeng di Hayu Maca.

Wanci Babagi

Kegiatan rutin pekanan Hayu Maca

Kegiatan rutin pekanan ini melibatkan para profesional, seperti dokter, psikolog, penulis dan lainnya, untuk turut bergembira dengan mengajarkan anak-anak berbagai keterampilan yang bermanfaat. Seperti kegiatan menulis, ecoprinting, mengenalkan budaya lokal, matematika nalaria realistik, kreasi balon, dll.

Kerja keras para relawan ini patut diacungi jempol. Meski tak ada donatur tetap--  semoga kedepannya ada yaa-- namun tetap berupaya  maximal meningkatkan literasi dan minat baca anak.

Sayangnya, kondisi pandemi kemarin membuat kegiatan offline Hayu Maca sempat terhenti. Berbagai rencana roadshow ke sekolah-sekolah dan lokasi-lokasi yang sulit terjangkau oleh perpustakaan keliling pun urung dilaksanakan.

Meski demikian, Hayu Maca tetap bergerak secara online,  untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Bisa dikunjungi di Instagram Hayu Maca atau YouTube Hayu Maca Foundation.

Bedah Buku bersama TV Harmoni

Oya, sebagai gerakan literasi Hayu Maca juga memiliki kegiatan bedah buku yang diadakan setiap Selasa via online  Instagram. Teman-teman yang ingin bedah buku atau promo buku  bisa banget  memanfaatkan kegiatan ini. 

Selain aktif menggerakkan literasi di media sosial, Hayu Maca pun terbuka untuk menjalin kerjasama dengan berbagai kalangan. Baik kampus, TV maupun radio.

Perpustakaan Hayu Maca

Saat ini Hayu Maca sedang membangun perpustakaan komunitas di sekre Hayu Maca di daerah Baros,  semoga perpustakaan ini ke depan jadi salah satu opsi aktivitas literasi masyarakat Cimahi dan sekitarnya.
Perpustakaan Hayu Maca di Baros


Mirip dengan lapak minggu, perpustakaan Hayu Maca aktif mengadakan beragam kegiatan berkait literasi untuk menarik massa berkunjung dan berkegiatan di perpustakaan Hayu Maca

Info tentang Hayu Maca bisa dilihat di Instagram @hayumacaofficial dan fb: Hayu Maca

Mang Udin mendongeng di K-Lite FM

Selain memberi ruang untuk berbagi ilmu, Hayu Maca juga memberi peluang untuk para pemilik UMKM untuk mempromosikan produknya pada saat kegiatan Hayu Maca berlangsung. 

Kabar baik lainnya bagi teman-teman, terutama yang berlokasi di Cimahi, jika memiliki kepedulian dan visi yang sama, yaitu membangun masyarakat melalui literasi, silahkan mendaftar sebagai relawan.
Meski tak ada materi yang ditawarkan ---karena belum ada donatur tetap --- insya Allah, pahala amal jariyah akan tetap mengalir. Selain itu jangan lupa, pengalaman menjadi relawan akan selalu menjadi pengalaman berharga di masa mendatang.

Sukses terus tuk Hayu Maca. Semoga jerih payah ini berbuah manis.



Disclaimer : koleksi foto properti dari Hayu Maca.

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...