Parade Cerpen Sastra yang diadakan oleh Penerbit LovRinz Menulis cerpen sastra? Wow. Kesannya mewah banget buat saya. Penulis moody yang sering menulis semaunya. Baru gercep kalau ada bau-bau uangnya. Ahaha. Namun setelah 'dijerumuskan' teman curhat, Dyah Prameswarie ke lomba menulis cerpen sastra yang diadakan oleh Penerbit Lovrinz, saya merasa mendapat pencerahan. Pematerinya keren, isinya daging semua. Menulis cerpen sastra, ternyata tak seseram yang dibayangkan. Tak harus mendakik-dakik dengan kosakata yang tak lazim digunakan. Sastra menggunakan bahasa yang efektif dan efisien, demikian tutur Pringadi Abdi Surya dalam sesi pertama mentoring yang diadakan Rabu malam kemarin (10 Agustus 2022). Karena bahasa selalu merengkuh realitas, sementara sastra memuat kebenaran di dalamnya. Karya sastra adalah pencerminan dari realitas. Pringadi menjelaskan bahwa tugas penulis bukanlah menyampaikan kritik sosial, atau pesan-pesan tertentu, melainkan menyampaikan cerita dengan baik.
Segala hal memerlukan ruang untuk menjadi lebih baik. Atau hanya sekadar menyimpan jejak yang tertinggal di masa lalu