Langsung ke konten utama

GADO-GADO Femina Ed. November 2015 : DRAMA

 Tidak semua hal buruk betul-betul buruk adanya. Ada kalanya, dari hal-hal buruk yang kita temui dalam kehidupan, berbuah manis.
Seperti cerita berikut...





Mendadak Drama

Oleh : Liza P Arjanto

            “Pertempuran dimulai...” Kalimatku langsung disambut pekik semangat  anak-anakku. Sebentar saja rumah sudah berubah menjadi ajang pertempuran yang penuh derai tawa. “Kekacauan” ini akan berlangsung beberapa menit saja     
Tak selalu aku mensetting ruang tamuku sebagai ajang pertempuran. Kadang kala aku akan membiarkan mereka memukul sembarang benda sebagai alat musik. Kadang-kadang juga aku menyuruh anak-anak lomba nyanyi. Atau paling tidak, aku akan menyetel suara TV dan musik keras-keras.
            Alasannya sederhana, agar anak-anakku tidak mendengar suara-suara mengganggu yang berasal dari sebelah rumahku.

            Memiliki tetangga dekat yang baik tentu saja merupakan anugerah tak ternilai dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, mereka-lah keluarga terdekat kita manakala kita berada dalam rantauan.
            Bersikap baik merupakan keharusan agar kita dapat merasakan ketentraman dalam lingkungan tempat tinggal kita. Aku pun berharap demikian. Namun, kita tak bisa menolak takdir, ketika tetangga terdekat kita ternyata adalah orang yang berbeda dengan keinginan kita.
            Ya, begitulah. Sejak tetangga baru itu menempati rumah di sebelah rumah kami, suara-suara pertengkaran antara suami-istri kerap memasuki dinding-dinding rumah kami. Puncaknya adalah ketika takdir menghendaki mereka bercerai- seperti yang sering diminta si istri dalam setiap pertengkaran antara mereka. Hanya saja, yang menceraikan mereka adalah maut.
            Dalam kesedihan dan keterkejutan atas kematian suami, si istri mengalami depresi berat. Dalam depresinya, ia seringkali berteriak-teriak. Mengeluarkan umpatan-umpatan kasar yang amat tidak sedap didengar. Selain mengumbar kata makian kasar, ia juga sering mengumbar umpatan yang tak pantas didengar oleh telinga manapun karena mengandung kata-kata jorok.
            Sebagai seorang ibu, tentu saja aku gregetan dan cemas melihat dampak suara tersebut pada anak-anakku. Hati ibu mana yang tak resah melihat ketegangan yang timbul di wajah buah hatinya?
            Aku pun mulai menegur tetangga baruku itu. Tapi teguranku hanya bertahan beberapa menit saja. Begitu aku kembali ke dalam rumah, sumpah serapahnya kembali memenuhi gendang telinga kami.
            Ketidaknyaman yang kualami juga dialami tetangga lainnya. Kami pun berinisiatif melapor ke pengurus RT. Namun pengurus RT angkat tangan, karena beranggapan hal itu adalah tanggung jawab pihak keluarga yang bersangkutan. Apalagi, dalam berbagai kesempatan, si ibu tetangga itu menunjukkan sikap yang normal.
            Gangguan demi gangguan terus berlangsung. Bahkan saat tengah malam, kami sering dibuat kaget dengan suara bantingan pintu secara berulang atau suara gedoran tembok yang mengganggu.
            Menghubungi pihak keluarganya pun pernah juga aku lakukan. Tapi, lagi-lagi pihak keluarga seakan-akan tak mau tahu. Mungkin, karena mereka tidak mengalami seperti yang kami rasakan.
            Kehabisan cara bagaimana mengatasi suara-suara tak sedap itu, akhirnya aku berusaha mengajak anak-anak untuk tak lagi mempedulikan suara-suara itu. Setiap kali, terdengar teriakan kemarahan atau lengkingan yang mengganggu, kami akan melakukan berbagai pertunjukan agar suara-suara itu tak masuk dalam benak anak-anak dan mengganggu pertumbuhan mental mereka.
            Kadang kala, pada saat-saat tertentu, kami malah bisa menertawakan suara menyeramkan dari arah sebelah rumah itu.
            “Dengar, sepertinya sedang ada audisi.”cetus salah seorang anakku.
            “Bukan. Ibu itu sedang latihan drama.” Sanggah adiknya.
            Lalu pecahlah tawa mereka. Untuk beberapa saat mereka  menertawakan pemikiran mereka yang konyol. Lalu kembali tenggelam pada aktivitas mereka sebelumnya. Pada saat-saat seperti itu, aku diliputi ketenangan. Ibu mana yang tidak lega melihat senyum yang terbit di wajah buah hatinya?
 Namun, harapan terbesarku adalah, tetanggaku tersebut sembuh dan bangkit dari depresinya yang berkepanjangan. Semoga...
Tamat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akademia LEAD by IndiHome, Solusi Untuk Anak Yang Hobi Game Online

Pentingnya pengasuhan anak agar cerdas bergame online (Foto : Pixabay) Dear Mom, pusing nggak sih melihat anak-anak nge-game online melulu? Sepertinya ini problem yang dimiliki hampir semua orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Persoalan ini makin rumit karena pada akhir-akhir ini sistem pembelajaran jarak jauh kembali diberlakukan di beberapa wilayah. Berdalih untuk memudahkan proses belajar, anak-anak memiliki keleluasaan untuk berlama-lama menggunakan gawai. Terlebih jika tersedia jaringan internet cepat di rumah, oh, tentu membuat anak-anak senang menghabiskan waktu untuk bergame ria. Dengan catatan, hal itu terjadi jika orang tua tidak peduli dengan kegiatan anaknya selama di rumah. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbincang dengan seorang teman, seorang ibu yang berprofesi sebagai   praktisi pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan, bahwa kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan kita. Kita tidak bisa membalikkan zaman, tetapi kita bisa m

Cerahkan Desember Dengan Satu Klik, Bikin Semua Lebih Asyik

  Aplikasi terbaru myIndiHome, memudahkan pengguna internet (Foto : Fixabay) Desember tahun ini diawali dengan banyak peristiwa heboh yang menguras emosi dan menimbulkan kesedihan mendalam. Dari kasus bunuh diri seorang mahasiswi di samping kuburan ayahnya yang melibatkan seorang oknum polisi. Kasus yang akhirnya terungkap akibat kegaduhan netizen di media sosial. Sayangnya, keadilan tidak bisa menyelamatkan korban yang telanjur putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya. Kesedihan di dunia maya belum sepenuhnya hilang, disusul peristiwa meletusnya gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru. Terlalu mengejutkan rasanya. Tidak ada yang bisa mencegah peristiwa alam sehebat gunung meletus, hanya saja kita masih bisa berdoa, semoga erupsi gunung ini tidak terlalu banyak memakan korban jiwa, dan masyarakat bisa segera pulih dan beraktivitas seperti biasa. Tentunya ini memerlukan bantuan dan dukungan semua pihak. Selain peristiwa di atas, ada satu peristiwa yang cukup mempengaruhi

Faiz, Anak Down Syndrome yang Berbakat Jadi Model Cilik.

  Menjadi model dalam balutan beskap produk khas Lelaki Kecil Saya tidak pernah menyangka, Faiz, putra ke-3 Mbak Sri Rahayu akan tumbuh sehat, ceria, penuh percaya diri dan menggemaskan, seperti yang tampak dalam foto-foto yang kerap diunggah ibunya ke media sosial. Saya bahkan hampir tak percaya, ia bisa bertahan sampai sebesar ini, dan baik-baik saja. Mengingat awal kelahirannya yang penuh drama dan air mata. Riwayat kelahiran dengan jantungnya yang bocor saja sudah cukup memukul perasaan, ditambah dengan kenyataan pahit, Faiz didiagnosa Down Syndrome. Entah berapa banyak teman-teman kecil seperjuangannya yang telah berpulang. Namun, Faiz tetap bertahan. Untuk lebih lengkapnya, yuk, mengenal Faiz, model cilik lewat penuturan Sri Rahayu, Sang Bunda. Wanita berhijab ini adalah seorang penulis, blogger dan vlogger yang cukup lama berkecimpung di dunia maya.   Sosok Faiz yang rapuh di awal kelahiran (doc Bunda Faiz) Awal Kelahiran Yang Penuh Ujian Hari itu, 11 Januari 2018, hari yang tak