Langsung ke konten utama

GADO-GADO Femina Ed. April 2015 : Hidungku Mampet, Bu

Anak-anak selalu penuh kejutan. Kadang kita bisa menebak laku  mereka, namun, tak jarang kita terperangah dibuatnya.
Seperti pengalaman saya berikut...




Hidungku Mampet, Bu

Oleh : Liza P Arjanto

            Keluhan anak kerap menjadi hal yang paling menyebalkan. Terutama di saat kita tengah tanggung  mengerjakan suatu pekerjaan. Dan itulah yang dilakukan  Arsyad, anakku yang baru berusia 3 tahun.
            Aku tengah berjuang menyelesaikan tumpukan setrikaan yang menggunung--ah, menyetrika pakaian merupakan salah satu pekerjaan yang sebisa mungkin kuhindari. Namun karena aku tidak memiliki asisten rumah tangga, sejauh apapun aku menghindar, aku tetap harus berurusan dengan tumpukan baju-baju itu. Menyebalkan sekali.

 
            Arsyad mengintrupsi pekerjaanku tepat ketika semangatku tengah membara untuk melicinkan baju-baju kusut itu.
            “Bu, hidung Arsyad mampet,” keluhnya dengan suara cadel.
            Aku menoleh ke arahnya sambil tersenyum menenangkan. Sejak semalam ia memang agak pilek. Maka hidung yang mampet di pagi hari bukanlah hal yang aneh.


            “Arsyad tiduran dulu ya, Ibu selesaikan pekerjaan trus kita main.”
            Arsyad menurut. Ia membaringkan tubuhnya di sebelah adik  kecilnya dan menonton TV. Tapi tak berapa lama ia pun  kembali mengeluh.
            “Bu, hidungku mampeeet...” kali ini suaranya agak keras.
            Aku menghela napas. Sambil tak jua melepaskan setrikaan, aku menyuruhnya untuk mendusin. Apa daya, bocah kecil itu bukannya mendusin malah menarik napas kencang-kencang. Dan kembali berteriak.
            “Bu, aku gak bisa bernapas.”
            Dengan hati mendongkol aku pun menghampirinya. Dengan sehelai tisu yang kutempelkan ke hidungnya, aku menyuruh anakku mengeluarkan ingus di hidungnya. Tapi sepertinya sia-sia. Tak ada lendir  yang menempel di tisu. Ia malah menyedot hidungnya keras-keras.
            Tiba-tiba aku terpikir untuk mengajak Arsyad mandi uap. Bukankah mandi uap dengan rempah-rempah alami bisa menyembuhkan flu dan melegakan pernapasan? Kebetulan salah seorang tetanggaku baru membuka jasa sauna di rumahnya. Mumpung sedang masa promosi, pikirku senang.
            “Nak, setelah Ibu selesai menyetrika, kita mandi uap ya.”
            Mata sipitnya menatapku heran.
            “Memangnya kalo mandi uap bisa sembuh?”
            “Hu-um.”
            “Nanti aku gak mampet lagi? Bisa bernapas lagi?” Matanya penuh harap.
            Aku mengangguk meyakinkan. “Nah, sekarang Arsyad ajakin Dedek main dulu ya. Biar gak rewel dan Ibu bisa kelar menyetrika.”
            Arsyad setuju. Ia pun mengajak adiknya bermain sampai tumpukan baju kusut itu berubah menjadi susunan baju yang rapi. Aku menyeka keringat dengan perasaan lega. Bisa menyelesaikan pekerjaan ini merupakan prestasi tersendiri bagiku.
 Kulihat Arsyad tengah berlari-lari di sekitar rumah dengan ceria. Tapi tak lama kemudian ia pun menghampiriku.
            “Kita mandi uap sekarang, Bu?”
            Aku mengangguk. Dan Asyad pun bersorak gembira. Dalam hati aku menduga-duga  seperti apa reaksi bocah itu dalam ruangan sauna. Apakah ia akan sesenang ini?
            Tepat seperti dugaanku. Anak itu menjerit ketakutan. Susah payah aku membujuknya untuk mau berdiam sedikit lebih lama dalam ruangan penuh uap itu. Aroma harum rempah yang merebak tak mampu menenangkannya.
            “ Sebentar lagi ya, Nak. Biar hidung Arsyad gak mampet lagi.” Bujukku.
            Arsyad mencoba bertahan. Sekalipun aku menemani dan memeluknya, rupanya uap dan hawa panas membuatnya tak nyaman. Ia menangis terus selama dalam ruangan. Hanya sesekali ia mau menghentikan tangisnya.
Tak sampai sepuluh menit, kulihat wajah dan tubuhnya  basah bersimbah keringat. Rasanya itu sudah cukup. Dan aku pun berharap Arsyad tak lagi mengeluhkan hidungnya yang mampet.
Kami keluar ruangan dengan kulit kemerahan dan basah. Hawa sejuk langsung terasa, sesaat setelah keringat yang menetes menguap disapu angin. Kulirik anakku tengah tersenyum. Wajahnya diliputi kelegaan.
Eh, tetapi apa itu? Aku tersentak melihat gumpalan merah yang menonjol dari salah satu lubang hidungnya. Benjolan itu tampak seperti gumpalan darah. Apakah mandi uap bisa menyebabkan pendarahan di lubang hidungnya?
Dengan dada berdebar aku memencet hidung anakku itu. Gumpalan merah itu terasa keras di tanganku. Merasa ada yang aneh, aku memperhatikan lebih serius, ternyata gumpalan merah itu adalah sebutir manik bewarna merah.
Kutatap anakku dan manik merah itu silih berganti. Jadiiiii.... benda inikah yang membuat hidung anakku terasa mampet?
 Tiba-tiba aku bergidik membayangkan anakku yang sejak tadi berulang kali menyedot napas kuat-kuat, sementara aku menyetrika dengan amat tenang.
Tamat
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akademia LEAD by IndiHome, Solusi Untuk Anak Yang Hobi Game Online

Pentingnya pengasuhan anak agar cerdas bergame online (Foto : Pixabay) Dear Mom, pusing nggak sih melihat anak-anak nge-game online melulu? Sepertinya ini problem yang dimiliki hampir semua orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Persoalan ini makin rumit karena pada akhir-akhir ini sistem pembelajaran jarak jauh kembali diberlakukan di beberapa wilayah. Berdalih untuk memudahkan proses belajar, anak-anak memiliki keleluasaan untuk berlama-lama menggunakan gawai. Terlebih jika tersedia jaringan internet cepat di rumah, oh, tentu membuat anak-anak senang menghabiskan waktu untuk bergame ria. Dengan catatan, hal itu terjadi jika orang tua tidak peduli dengan kegiatan anaknya selama di rumah. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbincang dengan seorang teman, seorang ibu yang berprofesi sebagai   praktisi pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan, bahwa kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan kita. Kita tidak bisa membalikkan zaman, tetapi kita bisa m

Cerahkan Desember Dengan Satu Klik, Bikin Semua Lebih Asyik

  Aplikasi terbaru myIndiHome, memudahkan pengguna internet (Foto : Fixabay) Desember tahun ini diawali dengan banyak peristiwa heboh yang menguras emosi dan menimbulkan kesedihan mendalam. Dari kasus bunuh diri seorang mahasiswi di samping kuburan ayahnya yang melibatkan seorang oknum polisi. Kasus yang akhirnya terungkap akibat kegaduhan netizen di media sosial. Sayangnya, keadilan tidak bisa menyelamatkan korban yang telanjur putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya. Kesedihan di dunia maya belum sepenuhnya hilang, disusul peristiwa meletusnya gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru. Terlalu mengejutkan rasanya. Tidak ada yang bisa mencegah peristiwa alam sehebat gunung meletus, hanya saja kita masih bisa berdoa, semoga erupsi gunung ini tidak terlalu banyak memakan korban jiwa, dan masyarakat bisa segera pulih dan beraktivitas seperti biasa. Tentunya ini memerlukan bantuan dan dukungan semua pihak. Selain peristiwa di atas, ada satu peristiwa yang cukup mempengaruhi

Faiz, Anak Down Syndrome yang Berbakat Jadi Model Cilik.

  Menjadi model dalam balutan beskap produk khas Lelaki Kecil Saya tidak pernah menyangka, Faiz, putra ke-3 Mbak Sri Rahayu akan tumbuh sehat, ceria, penuh percaya diri dan menggemaskan, seperti yang tampak dalam foto-foto yang kerap diunggah ibunya ke media sosial. Saya bahkan hampir tak percaya, ia bisa bertahan sampai sebesar ini, dan baik-baik saja. Mengingat awal kelahirannya yang penuh drama dan air mata. Riwayat kelahiran dengan jantungnya yang bocor saja sudah cukup memukul perasaan, ditambah dengan kenyataan pahit, Faiz didiagnosa Down Syndrome. Entah berapa banyak teman-teman kecil seperjuangannya yang telah berpulang. Namun, Faiz tetap bertahan. Untuk lebih lengkapnya, yuk, mengenal Faiz, model cilik lewat penuturan Sri Rahayu, Sang Bunda. Wanita berhijab ini adalah seorang penulis, blogger dan vlogger yang cukup lama berkecimpung di dunia maya.   Sosok Faiz yang rapuh di awal kelahiran (doc Bunda Faiz) Awal Kelahiran Yang Penuh Ujian Hari itu, 11 Januari 2018, hari yang tak