Bisnis kuliner online perlu jaringan internet yang kuat (Foto : Fixabay) |
Tak ada yang betul-betul buruk sebetulnya dalam kehidupan ini. Bahkan pada titik terburuk pun, selalu terselip banyak hikmah dan kebaikan di dalamnya. Kita, hanya, seringkali tidak menyadarinya.
Dua tahun lalu, contohnya, saat wabah Corona menerjang, kondisi keuangan keluarga kami terkoreksi besar-besaran. Kondisi itu bertambah buruk saat anak kedua saya sakit, lalu pergi untuk selamanya. Saya terpukul, pastinya. Tak ada seorang ibu pun yang sanggup ditinggal buah hati yang mendiami puncak hatinya. Anak, sekaligus sahabat dan harapan di masa depan.
Saya merasa patah hati sejadi-jadinya. Jika bisa berkubang dalam kesedihan, maka itulah yang akan saya lakukan sepanjang hari. Namun, itu sungguh tak adil bagi anak-anak yang lainnya. Bukankah mereka pun sama berharganya? Dan mereka membutuhkan ibu yang sehat dan bahagia. Mau tidak mau, saya harus menyingkirkan air mata di hadapan mereka. Sungguh, itu bukanlah hal yang mudah.
Konon kesibukan seringkali efektif untuk membunuh kesedihan,
dan, itulah yang kemudian saya lakukan. Saya harus keluar dari kesedihan
sesegera mungkin. Demi kesehatan, demi anak-anak...
Dapur MomaLiza dan Peran KomunitasFoto cantik dari customer Dapur MomaLiza (Foto : Teh Icha)
Aktivitas apa yang bisa menyibukkan saya di saat PPKM tengah diberlakukan dengan ketat? Ide itu muncul di tengah kondisi yang serba tidak pasti. Namun bukankah peluang itu harus diciptakan?
Kondisi pandemi yang membuat sebagian orang takut keluar
rumah, justru menjadi peluang bisnis bagi saya. Alih-alih berdiam diri di rumah dan terus bersedih hati, saya memilih berbelanja ke pasar untuk mewujudkan ide dengan memulai usaha kuliner. (Ssst, ada yang bilang jika ingin membuka usaha, carilah usaha yang menyangkut kebutuhan hidup sehari-hari, dan saya memutuskan untuk mencoba bisnis kuliner).
Melalui jejaring sosial Facebook, saya menawarkan produk pertama Dapur MomaLiza : Paru Ungkep dengan varian rasa original dan pedas.
Produk pertama Dapur MomaLiza ini mendapat sambutan hangat dari teman-teman Facebook, terutama teman-teman penulis. (Thanks a lot, Guys... ) Dukungan komunitas penulis ini, jujur saja, menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis kuliner saya.
Saya tidak hanya mendapat customer loyal, namun juga mendapatkan promosi-promosi gratis yang mengenalkan produk Dapur MomaLiza ke lingkungan yang lebih luas. (Sekali lagi, terima kasih banyak..., tanpa kalian tak terbayang, bagaimana caranya berdiri tegak di masa sulit).
Dengan dukungan penuh teman-teman penulis, pelan-pelan Dapur MomaLiza mulai menambah varian menu : Paru Aceh, Ayam/Bebek Rica-rica, Ayam/Bebek Ungkep, Sambal Goreng Ati, Beef Teriyaki, dan Goreng Garem menjadi menu yang bisa pesan kapan saja.
Produk Dapur MomaLiza (Foto : Darwan) |
Oya, bukan tanpa alasan, jika saya lebih memilih
menu-menu khas daerah. Selain karena rasanya yang kuat dengan rempah-rempah
alami, menu-menu tersebut memiliki cita rasa yang khas. Hanya mengandalkan bumbu alami saja, tanpa tambahan
MSG buatan, rasanya sudah sedap.
Untuk menjaga kualitas rasa, saya hanya menggunakan bumbu-bumbu dapur yang segar. Juga bahan-bahan terbaik. Saya tidak pernah main-main soal ini. Contohnya saat membuat Goreng Garem, saya menggunakan minyak goreng yang selalu baru dengan kualitas yang bagus. Saya juga tidak memakai minyak goreng berulang kali, meski sama-sama menggoreng bawang.
Bukan apa-apa. Saya hanya merasa itu hak customer untuk mendapatkan produk terbaik. Tak adil rasanya jika menggunakan minyak bekas untuk menggoreng bawang, padahal mereka membayar dengan harga yang sama.
Goreng Garem by Dapur Momaliza sudah jalan-jalan di Jerman loh (Foto : Pribadi) |
Ada satu rahasia kecil yang agaknya perlu saya bagi di sini. Ada yang mau tahu? Atau, mau tahu banget? Hehehe... Ok. Meski nggak ada yang mau tahu, saya tetap mau berbagi kok. Biar nggak jadi rahasia lagi dan bisa diambil hikmahnya.
Bakat atau Kepepet ?
Sejujurnya saya nggak punya bakat memasak. Teman-teman yang kenal saya sejak jaman kuliah pasti tahu banget kedudulan saya di dunia masak. Tapi, ya, saya beruntung punya Mamah yang pintar masak. Meski sering diusir dari dapur (supaya rajin belajar), sedikit-sedikit saya paham tehnik memasak. Mamah pun sering memberi tips masak, meski saya tak tertarik untuk memasak.
Kebisaan saya memasak sebetulnya berkat bantuan internet. Serius lho. Belajar masak juga dari Youtube. Sesekali –jika lagi rajin-- mencoba resep-resep yang berhamburan di internet. Asalkan mau mencoba, kita bisa memasak menu apa saja. Saya mencoba dari resep-resep yang mudah dan simpel, hingga akhirnya menemukan resep yang pas di lidah keluarga. Jadi, manfaat internet itu terasa banget bagi saya yang sama sekali tidak memiliki ilmu memasak ketika memasuki dunia rumah tangga.
Bayangkanlah, dulu, bagaimana tersiksanya suami saya menghabiskan
masakan buatan istrinya yang nggak jelas, sebelum kehadiran IndiHome,
Internetnya Indonesia ini. Maksud hati masak semur daging, yang ada rasanya asin, atau
masak gulai tapi jadinya aneh. Ya semacam itulah. Bahkan, bapak saya sendiri trauma dan menolak menu kesukaannya setelah mencicipi masakan buatan saya. Hiks. Saking payahnya saya memasak.
Patut disyukuri memang kehadiran IndiHome, yang menjadi salah
satu produk dari Telkom Indonesia ini. Internetnya Indonesia dengan jaringan kabelnya yang stabil dan mantap, memudahkan penggunanya mencari berbagai
informasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan diri
saat menghadapi masa-masa sulit penuh tekanan. Mengubah situasi kepepet menjadi duit. Aih, sedap kan?
Jadi, tak bisa memasak bukan berarti tak bisa membangun
bisnis kuliner lho. Manfaatkan saja berbagai fasilitas yang ada. Termasuk internet
dan jaringan pertemanan di media sosial. Jangan hanya terjebak di mom war-mom war yang tak kunjung selesai. Hidup terlalu berharga untuk dihabiskan dalam perdebatan.
Lebih baik gunakan waktu untuk terus mencari strategi bisnis, syukur-syukur bisa merambah hingga ke mancanegara. Dream banget kan ini?
Saya tunggu "berbagi cerita" yang selanjutnya, Teh.... 😍
BalasHapusMasya Allah... Makasih sudah mampir dan supportnya ...
HapusKeren berbagi nya teh...
BalasHapusEh, jadi pengen ngisi blogku yang udah berdebu hehe
Ayo sekalian ikutan IndiHome Blog Competition 2022
HapusJadi terharu pas baca bagian "hak customer mendapatkan produk terbaik"
BalasHapusBarakallahu Kak. Laris manis teruus. Udah kangen gogarnya niih
Nunggu cabe dan bawang Murmer lagi yaaa
Hapuskereen lah pokoknya. huhu baru bisa mampir nih. maafken.
BalasHapusAlhamdulillah.... Nuhuuun udah berkenan mampir.
Hapus