Selasa, 16 Maret 2021

Kesalahan MPASI Berujung Drama

 

Salah dalam pemberian MPASI pada anak bisa berakibat fatal



Sebetulnya, ini salah satu sejarah paling memalukan bagi saya. Juga pengalaman yang merontokkan anggapan bahwa punya anak banyak berarti, paham segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Termasuk soal pemberian MPASI.

Senin, 15 Maret 2021

Menghadapi Anak Late Bloomer, Ini Pengalamanku

 




Pernah mendengar istilah Late Bloomer, Mom? Istilah ini diberikan pada anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam proses perkembangannya. Dan, bagi kami, salah satu di antaranya adalah Syahid.

3 Waktu Yang Tepat Mencabut Gigi Susu Anak

 


Beberapa pekan yang lalu saya mengajak anak-anak ke puskesmas untuk mencabut gigi-gigi susu mereka. Mom tentu sudah  mengetahui,  bahwa gigi susu merupakan gigi sementara yang akan mengalami pergantian dengan gigi permanen atau gigi dewasa.

Gigi susu ini tumbuh pada anak yang berusia antara 6 hingga 2 tahun. Dan ketika anak berusia antara 6-7 tahun gigi seri dewasanya akan tumbuh dan berakhir ketika gigi geraham dewasa tumbuh  di antara usia 12-13 tahun.

Peralihan antara gigi susu dan gigi dewasa yang bersifat permanen mau tidak mau harus melalui proses tanggalnya gigi susu untuk memberi ruang bagi perumbuhan gigi dewasa.Tidak semua anak senang menghadapi peristiwa ‘penting’ ini. Terutama bila harus melakukannya di ruang dokter g:igi dengan aneka peralatan yang tampak menakutkan.

Tetapi, mau tak mau, setiap anak akan mengalami peristiwa tak terelakkan ini : “cabut gigi”. Terasa horor pastinya ya? Begitu juga yang dialami Zidna,  Arsyad dan Rabbani. Mereka dengan wajah tegang memasuki ruang prakter gigi. Baca juga :Jangan Takut Cabut Gigi di Puskesmas

Ternyata tidak semua anak bisa dicabut gigi susunya, seperti yang dialami Arsyad dan Rabbani. Tetapi Zidna tidak. Ternyata ada waktu yang tepat untuk mencabut gigi. 

Jadi, kapankah saat yang tepat untuk mencabut gigi susu anak?

1. Gigi goyang

Apa bila anak mengalami gigi susu yang goyang, itu pertanda gigi tersebut harus segera dicabut. Ketika menghadapi situasi seperti ini, Mom tidak perlu panik dan terburu-buru membawa anak ke dokter gigi. Kita bisa meminta pendapat anak, apakah ingin segera dibawa ke dokter,  atau berilah waktu agar gigi tersebut copot secara alami dan tidak menimbulkan trauma pada anak.

Bila kondisi gigi dan mulut secara keseluruhan aman, dan tinggal sedikit yang menempel, kita bisa kok membantu mencopot gigi tersebut dengan menggunakan kapas dingin.
Akan tetapi bila hanya goyang sedikit, seperti yang dialami Arsyad kemarin, dan ia mengeluh  saat makan, maka saya memilih membawanya ke dokter gigi..

2. Gigi Kesundulan 

Berbeda dengan Arsyad, gigi  dewasa Rabbani sudah tumbuh, sementara gigi susunya masih menempel dengan kuat. Gigi kesundulan ini pun menjadi alasan yang tepat untuk mencabut gigi susu anak, agar gigi dewasa tumbuh dengan baik pada tempatnya.

3. Gigi Abses

Melihat gigi anak yang kehitaman, kita tentu gregetan dan ingin segera mencabutnya, akan tetapi dokter gigi di puskesmas kemarin, tidak mau mencabut gigi Zidna yang kehitaman. karena  tidak goyang dan tidak ada masalah saat mengunyah makanan..

Menurut dokter, gigi dewasa Zidna belum siap tumbuh, dan masih membutuhkan gigi susu sebagai pemandu keluarnya gigi dewasa. Agar kelak gigi dewasa tumbuh rapi dan teratur. Gigi susu anak baru bisa dicabut jika gigi berlubang, sering mengalami bengkak dan mengganggu kenyamanan saat mengunyah, maka menghilangkan gigi abses lebih diutamakan. 

Nah, jadi tidak semua gigi susu yang hitam bisa kita cabut, ya, Mom. Dan, jangan lupa menjaga kebersihan gigi saat selesai makan dan sebelum tidur. Semoga artikel ini bermanfaat yaa...

Minggu, 14 Maret 2021

Jangan Takut Cabut Gigi di Puskesmas

 

Peralatan di Poli Gigi cukup lengkap


 

Wacana cabut gigi ini sebetulnya sudah lama saya rencanakan, hanya saja terkendala waktu dan kesibukan, jadi tertunda terus. Pasca lebaran kemarin Arsyad mengeluhkan giginya yang goyang. Kebetulan! Ini kesempatan yang bagus. Mumpung masih libur panjang dan jarak ke Puskesmas tidak terlalu jauh dari rumah nenek.

Fase mencabut gigi ini merupakan tahapan - yang mau tak mau- harus dilewati setiap anak. Suka tidak suka, mereka harus mengalami proses penggantian gigi susu menjadi gigi dewasa. Sayangnya, proses ini sering menimbulkan ketakutan dalam diri anak. Bayangan dokter gigi yang galak dan peralatan gigi yang mengerikan kerap menyiutkan nyali anak.

Tidak terkecuali Arsyad. Ia membayangkan mencabut gigi akan menjadi proses yang mengerikan. Ditambah kakak-kakaknya yang usil menggoda, membuat Arsyad nyaris mempertahankan giginya yang goyang dan menunggu untuk lepas secara alami.

Ohoho, tentu saja saya menolak keinginannya itu. Membiarkan Arsyad berlama-lama dengan gigi goyangnya, selain membuat ia kesulitan ketika makan, juga tidak akan memberinya pengalaman dan pemahaman baru. Selamanya ia akan ketakutan saat mengalami gigi goyang.

Bukan hanya Arsyad yang harus ke dokter gigi, Zidna sudah ribut sejak lama minta dicabut gigi-gigi susunya yang menghitam. Rabbani juga perlu dicabut gigi susunya karena terjadi penumpukan. Sementara Rofa meminta giginya ditambal.

Jadi, pagi itu kami pergi berbondong-bondong menuju Puskesmas. Cara paling praktis untuk menangani kasus cabut gigi anak-anak.


Mengapa Memilih Cabut Gigi di Puskesmas?


Sejarahnya cukup panjang, Mom. Bermula sejak puluhan tahun silam. Semasa saya masih menjadi kanak-kanak. Mencabut gigi di Puskesmas menjadi pilihan yang paling memungkinkan. Selain letaknya cukup dekat dari rumah ibu saya, juga karena pelayanannya cukup baik.

Pengalaman puluhan tahun silam itu ternyata membekas. Saya memilih puskesmas yang sama untuk mencabut gigi anak-anak. Yaitu di Puskesmas Cetarip Barat Bandung. Lama tak berkunjung ke sana, pelayanan puskesmas ternyata mengalami perkembangan luar biasa. Hal ini membuat saya "sedikit" takjub.

Jika  dulu pelayanan puskesmas  sederhana saja, kini puskesmas ini tak kalah dengan pelayanan di rumah sakit swasta kelas menengah. Tidak lagi menggunakan kartu antrian. Mendaftar sudah menggunakan layar sentuh,ya, Gaes. (Karena saya terlihat katrok, seorang petugas jaga membantu saya mengambil kartu antrian. hihihi)

Setelah mendapat kartu antrian, kami mengantri untuk mendaftar di poli gigi. Tak berapa saya pun dipanggil. Ah, ya ini pendaftaran perdana kami. Tentu banyak data yang harus diisi. Menariknya, pendataan pun sudah canggih, Mom. Sudah menggunakan komputer layar sentuh. Menarik, kan?

Pendataan pasien sudah menggunakan komputer layar sentuh loh



Ah, ya, berikut beberapa alasan memilih puskesmas untuk mencabut gigi anak :

1. Lokasi dekat rumah

Sebagai ibu rumah tangga yang selalu sibuk, saya tentu memilih lokasi terdekat ketika membawa anak berobat. Selain menghemat waktu, juga memudahkan perjalanan menuju lokasi "eksekusi". Nah, Puskesmas Cetarip ini jaraknya hanya 0,5 KM dari rumah di mana kami menghabiskan waktu libur. Asyik kan? Bisa sambil jalan santai.

2. Murah dan ekonomis

Dimana-mana puskesmas terjamin murahnya. Pusat layanan kesehatan masyarakat ini memang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dari berbagai kalangan. Meski tidak murahan. Hanya Rp 3.000,00 saja per pendaftar. Dan Rp 10.000,00 untuk setiap gigi susu mengalami tindakan. Obat-obatan gratis, Gaess...
Murah

3. Pelayanan Baik

Yup, sejak dari awal mendaftar, kami mendapat pelayanan yang baik. Petugas tidak membiarkan saya berdiri kebingungan, melainkan langsung menanyakan  layanan poli yang kami inginkan dan membantu kami hingga mendapatkan kartu antrian untuk poli yang dimaksud.

Pelayanan yang baik ini juga berlanjut saat pengisian data yang serba dimudahkan. Bayangkan, ketika mendaftar, saya sama sekali tidak membawa kartu identitas apa pun. Jangankan kartu peserta BPJS dan kartu keluarga, KTP pun saya lupa membawa! Tetapi saya tetap dilayani dengan ramah. Bagi saya ini ruaaarrr biasaaa....
Beberapa layar LCD dipasang untuk memudahkan pasien

Begitu pula dengan dokter gigi yang melayani anak-anak. Ada dua dokter dalam ruangan poli gigi. Meski yang satu sedikit jutek, yang satu lagi sangat ramah. Hal ini mampu meredam kecemasan anak-anak, apalagi ini kali pertama anak-anak masuk ruangan poli gigi.

Arsyad yang semula grogi dan tampak ingin melarikan diri, mulai terlihat mampu menguasai diri. Tak ada drama berlebihan saat dokter memintanya untuk duduk di kursi tindakan hingga proses pencabutan gigi selesai.  (Oya, karena sudah goyang dokter hanya menggunakan penyemprot untuk meradam rasa sakit, dan Arsyad tampak tabah saat giginya dicabut).

4. Peralatan Cukup Baik

Secara umum peralatan di poli gigi ini cukup lengkap. Bisalah untuk mencabut gigi dengan kasus sederhana. Seperti mencabut gigi susu atau pun gigi seri dengan kasus sederhana.

( Akan tetapi, untuk menangani kasus-kasus tertentu seperti gigi geraham atau bedah gigi, saya tidak menyarankan. Ini tentu memerlukan penanganan dan peralatan dengan lebih serius. Mintalah rujukan dari puskesmas untuk mendapatkan pelayanan pengobatan di rumah sakit besar yang memiliki peralatan jauh lebih lengkap).
Peralatan di Poli Gigi cukup lengkap




Itu beberapa alasan saya memilih mencabut gigi anak-anak di puskesmas. Oya, untuk informasi tambahan puskesmas melayani berbagai macam bantuan kesehatan seperti umumnya di rumah sakit besar. Nah, bagaimana kondisi puskesmas di daerahmu?



Kejadian-kejadian Unik Bersama Si Kecil : Keracunan Es Krim!


Keracunan akibat Es Krim, mungkinkah?


Selalu saja ada hal-hal ajaib ketika membersamai buah hati. Berikut ini salah satu keunikan yang saya alami bersama Si Kecil, Zidna. Termasuk keracunan.
Nah, Bunda, selamat membaca...


Keracunan



Kisah Inspiratif : Waspadai Pasca Melahirkan - Ketika Peripartum Cardiomyopathy (PPCM) Menyapa

 


 
Waspadai serangan peripartum cardiomyophathy (PPCM) pasca melahirkan
 
Hidup ini sesungguhnya adalah kumparan rahasia yang tak berujung. Begitu banyak  rahasia yang tak kita sadari, hingga, ketika Sang Pencipta berkenan membuka  rahasia itu, kita menjadi gagap menyikapinya.   Seperti yang terjadi pada teman saya, Kartika Susilowati. Ia didiagnosa Peripartum Cardiomyopathy ( PPCM) pasca melahirkan putra ketiganya. 

Ketika Orang Terkasih Menjadi Penyitas Penyakit Autoimun Hipokalemia

Apa boleh buat, liburan kali ini ternyata harus kami lewati di rumah saja. Diawali dengan demam tinggi yang menyerang Arsyad, dan diakhiri dengan sakit dialami suami saya akibat kekurangan kalium yang menyebabkan tubuhnya mengalami kelumpuhan total yang bersifat sementara (periodical paralysis)


Antara sedih dan lucu melihatnya.
Bayangkan, untuk membalikkan telapak tangan saja ia memerlukan perjuangan besar. Apalagi menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal--itu pasti menjadi sebuah kemewahan baginya.
Lucu, karena biasanya upaya itu berujung pada kesia-siaan dan berakhir pada ucapan memelas : "tolong dong garukin kening sebelah kiri."

Kondisi ini tidak terlalu mengejutkan bagi saya sekarang, meski tetap khawatir. Namun setidaknya pengalaman mendampingi suami yang memiliki penyakit unik membuat saya lebih tangguh daripada 7 tahun silam.

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...