Rabu, 06 Juli 2022

6 Hal Yang Harus Dilakukan Saat Merawat Anak DBD Di Rumah

 

 

Manfaat internet saat merawat anak DBD di rumah (Foto : Fixabay)

Bulan Maret lalu menjadi bulan yang tak terlupakan. Sampai saat ini, mengingatnya saja sudah membuat saya merinding dan bersyukur, bahwa masa-masa ‘mengerikan’ itu-- dengan pertolongan Allah-- akhirnya bisa kami lewati. Alhamdulillah...

Saat itu perumahan kami dan perumahan lain di sekitar, tengah  mengalami wabah demam berdarah. Hampir setiap rumah yang memiliki anak, terserang demam. Jika tidak typhus, hampir dipastikan hasil diagnosis berdasarkan cek darah, terkena wabah demam berdarah yang dibawa oleh nyamuk Aedes Agaepty Dengue.

Tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Tidak pernah juga terlintas dalam pikiran saya, bahwa anak-anak saya akan mengalami serangan nyamuk ini. Bukan hanya satu-dua orang saja, melainkan 5 anak sekaligus, kecuali si kecil yang lolos dari virus ini karena pertolongan Allah semata, meski tak urung suhu tubuhnya selalu di atas 38 derajat celcius selama 2 pekan.

Melihat kondisi Zidna, yang sudah berhari-hari demam, lemas dan bibir pecah-pecah saya ingin segera membawanya ke rumah sakit, sesuai dengan instruksi dokter saat mengetahui hasil cek darah. Dokter menekankan bahayanya jika membiarkan anak tetap di rumah dengan jumlah trombosit yang turun drastis. Hanya sekitar 100 rb saja hasil cek darah saat itu.

Namun, berbeda dengan keinginan saya, suami menolak keras membawa anak ke rumah sakit. Alasannya, yang sakit tidak hanya satu anak, melainkan semua anak. Bagaimana mungkin keenam anak yang sedang demam tinggi dibawa ke rumah sakit? Siapa yang menjaga mereka di rumah sakit, jika di rumah sakit mereka dapat ruangan yang terpisah? Bagaimana jika ada yang harus dirawat dan ada yang cukup dirawat di rumah?

Ini bukan hanya masalah biaya saja, melainkan juga masalah tenaga. Sesanggup apa kami menjalani aktivitas antara rumah dan rumah sakit. Antara memenuhi kebutuhan yang masih sehat dan mendampingi anak-anak di rumah sakit.

Kami berdebat sengit kala itu, meski akhirnya saya mengikuti keinginan suami untuk merawat semua anak di rumah saja. Tentu dengan pembagian kerja yang jelas, bahwa yang bertanggung jawab merawat semua anak yang sakit adalah suami. Sementara saya cukup membantu sebisanya dan memastikan persediaan logistik, dari makanan hingga obat-obatan terpenuhi.

Keputusan yang diambil suami saya tentu bukan keputusan yang main-main, terlalu berani. Taruhannya adalah nyawa. Kami sudah merasakan luka mendalam ditinggalkan seorang anak, dan itu meninggalkan trauma. Kali ini, sungguh tak ingin ada lagi yang pergi meninggalkan kami.

Keputusan itu bukan tidak berdasar, suami bersikeras memutuskan setelah membaca banyak informasi di internet tentang penangan DBD. Juga dengan memanfaatkan konsultasi medis secara online dengan aplikasi kesehatan via internet. Untuk kondisi tertentu, kita bisa meminta kunjungan dokter dengan bantuan aplikasi kesehatan. Jadi manfaat internet saat merawat anak DBD betul-betul membantu kami melewati masa-masa kritis.  Begitu juga informasi dari teman-teman yang berbagi tips merawat anak DBD di rumah.

Aplikasi kesehatan untuk pendampingan dan konsultasi online (Foto :Alodoc)

Alhamdulillah dengan berbagi peran yang jelas (suami saya terpaksa cuti 10 hari, dan 24 jam nonstop mendampingi anak-anak di rumah), saling dukung dengan pasangan, juga suport dari keluarga dan teman-teman baik berupa materi dan doa, masa-masa sulit itu akhirnya berhasil kami lewati. Tiga pekan yang mendebarkan.

Oya, berikut ini tips yang kami lakukan saat merawat anak DBD di rumah.

Tips Merawat Anak DBD di rumah :

1.      Jangan panik

Jika kondisi tidak memungkinkan merawat anak di rumah sakit, hal pertama yang harus kita lakukan adalah tetap tenang dan tidak panik. Serangan panik akan membuat kita tidak bisa fokus mencari informasi dan membantu anak melewati masa kritisnya dengan baik.

2.      Sediakan turun panas dan cek suhu tubuh secara berkala

 

Pengecekan suhu secara berkala untuk mengetahui kondisi anak (Foto: Fixabay)

Serangan DBD akan membuat anak mengalami demam tinggi, tak jarang akan membuat anak meracau. Ceklah suhu tubuh anak secara berkala, untuk mengetahui kondisi anak setiap saat (suami saya mencek dan mencatat perjam seluruh suhu tubuh anak).

Sediakan paracetamol  yang cukup di rumah untuk menurunkan suhu tubuh anak. Berikan 3-4 kali sehari untuk membantu anak mengurangi efek demam. Kompres dengan air hangat bisa membantu mengurangi demam pada anak.

Hindari pemberian Ibuprofen yang bisa menimbulkan efek samping pada kesehatan lambung anak. Waspadai juga masa-masa kritis anak (biasanya hari ke-5 sampai hari ke-7) saat suhu tubuh mendadak turun. Inilah yang disebut pelana kuda. Biasanya suhu tubuh akan kembali naik tinggi lalu perlahan turun menuju suhu normal.

3.      Pastikan asupan cairan dan makanan yang cukup

Anak yang terserang DBD umumnya malas makan dan minum, maka kita wajib memastikan ada makanan dan cairan yang cukup. Jika perlu dengan memaksa anak untuk tetap makan dan minum, meski sedikit namun sering itu lebih baik daripada tidak sama sekali.

Berilah makanan yang lembut, seperti bubur, bubur susu atau biskuit. Pastikan anak untuk menghabiskan setidaknya 2 liter cairan per hari.

Kita juga bisa memberikan jus jambu merah, larutan penyegar atau cairan pengganti ion tubuh untuk menghindari dehidrasi pada anak.

Madu, salah satu herbal yang sangat dianjurkan untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak(Foto : Fixabay)

4.      Sediakan herbal yang cukup

Banyak cara meningkatkan daya tahan tubuh dan jumlah trombosit. Selain jus jambu merah, rebusan daun jambu, rebusan daun ubi, kita juga bisa memberikan anak madu murni, madu angkak, sarikurma, vermin (obat cacing) dan propolis. 

Pilihlah yang paling disukai anak, dan berikan sesering mungkin.

5.      Jangan biarkan anak melakukan aktivitas berlebihan

Anak DBD akan merasakan tubuh yang lemas, sehingga rentan sekali terjatuh. Bila anak jatuh, maka kondisinya akan membahayakan karena memicu pecahnya saluran darah, terutama di bagian vital. Untuk menghindari hal itu, maka anak wajib menjalani bedrest.

Untuk menghindari kebosanan dan jenuh, kami membebaskan anak-anak untuk melakukan kegiatan yang mereka sukai, asal tetap berada di tempat tidur. Selain mewarnai, biasanya  anak-anak memilih menonton film.

IndiHome Interaktif TV bisa jadi pilihan untuk menghindari rasa bosan anak (Foto : IndiHome, Telkom Indonesia)

Memiliki TV Interaktif (UseeTV) sebagai salah satu produk IndiHome, sangat membantu menghilangkan kejenuhan anak-anak. Menonton tayangan menarik membuat anak lupa akan rasa sakit dan rasa bosan karena berada di tempat tidur saja. Maka jangan heran jika IndiHome, sebagai Internetnya Indonesia, menjadi pilihan para orangtua untuk menemani berbagai aktivitas  di rumah. 

Banyak film menarik untuk anak di UseeTV (Foto : IndiHome, Telkom Indonesia)

6.      Dampingi anak selama menjalani masa kritis hingga pemulihan

Mendampingi anak 24 jam selama sakit akan membuat anak merasa disayangi dan diperhatikan, hal ini sangat membantu menaikkan imunitas  anak hingga bisa melewati masa kritis dan masa pemulihan.

Namun hal ini hanya bisa dilakukan dengan adanya kerja sama yang baik antara ayah dan ibu, juga seluruh anggota keluarga. Juga doa yang tak henti dipanjatkan pada Sang Khaliq, Allah Ta’ala.

Demikian pengalaman kami merawat anak-anak saat DBD di rumah. Semoga tulisan ini bermanfaat. Tetap semangat melakukan aktivitas tanpa batas bersama Telkom Indonesia.

 

Minggu, 19 Juni 2022

Fiksimini Anak : Arumi Tak Suka Membaca

 

Kegiatan mewarnai sangat disukai anak disleksia (Foto : Fixabay)

Arumi Tak Suka Membaca

Oleh : Liza P Arjanto

Pagi itu Arsyad jengkel bukan main. Arumi, adiknya membongkar mobil-mobilannya. Bodi mobil dan mesinnya terpisah, baut berserakan di lantai. Memang sih, mobil-mobilan itu sudah lama tak pernah ia mainkan, ia lebih suka main game di laptop. Tapi,kan, merusak barang tanpa izin itu ...

“Nanti aku benerin lagi. Mas Arsyad tenang aja.”

Arumi selalu begitu. Setelah puas membongkar, Arumi akan memasang kembali mainan yang dibongkarnya seperti semula. Kadang Arsyad berpikir adiknya itu aneh. Hobinya membereskan lemari dan seprai kasur. Ia juga senang mewarnai buku gambar yang rumit. Melihat gambarnya saja Arsyad sudah merasa pusing, tapi Arumi tahan berjam-jam mewarnai buku itu.

Ada satu hal yang Arumi tak suka. Arumi tak suka membaca! Ia suka meledek Arumi karena belum bisa membaca.

*

“Ayo, Arumi waktunya belajar baca.” Ibu memanggil dari ruang tengah.

Arsyad mendengar suara adiknya mengerang. Mereka sedang asyik bermain lego. Tetapi ibu akan marah jika Arumi tidak menurut.

“Udah sana. Nanti Ibu marah loh.” Arsyad menyenggol adiknya.

Wajah Arumi cemberut.

“Jangan diberesin dulu. Aku masih mau main.” Arumi berdiri dengan malas dan melangkah ke luar kamar, menghampiri ibu yang sudah menunggu.

Arsyad bermain sendiri, rasanya tidak asyik. Telinganya mendengar ibu mengajari adiknya belajar baca. Kadang suara ibunya terdengar jengkel. Biasanya jika Arumi mengulangi kesalahan yang sama berulang kali.

Arsyad sering merasa heran, mengapa adiknya itu tidak bisa membaca. Padahal ia sudah duduk di kelas 2 SD. Seingatnya ia tidak pernah diajari ibu membaca seperti ibu mengajari Arumi. Ia bisa membaca dengan lancar setelah lulus dari TK. Ibu guru di sekolah yang mengajarinya.

Mengapa Arumi begitu sulit membaca?

Lamat-lamat ia mendengar ibu bertanya pada adiknya.

“Kenapa Arumi tidak mau membaca?” Ibu bertanya pelan.

“Pusing, Bu.”

“Apanya yang bikin pusing?” Ibu bertanya lagi.

“Hurufnya, Bu. Aku bingung. Suka ketuker-tuker.”

Arsyad tahu ibu sedang menghela napas. Diam-diam ia pun merasa sedih.

*

Disleksia.

Arsyad mendengarnya saat ibu berbicara dengan bapak. Sejak saat itu Arumi belajar baca dengan huruf-huruf yang ada gambarnya. Ibu sering meminta Arsyad untuk bermain susun kartu huruf dengan adiknya. Awalnya menyenangkan, tapi lama-lama membosankan. Sedangkan Arumi belum juga bisa membaca.

Kini Arsyad mulai tak suka tiap kali ibu memintanya menemani Arumi menyusun kartu. Sungguh membosankan.

“Arsyad, coba duduk di sebelah Ibu.”

Ibu tengah duduk di kursi panjang. Di depannya laptop menyala. Arsyad perlahan menghampiri ibu dan duduk di sebelahnya. Lalu ibu membuka Youtube.

“Ibu mau menunjukkan sesuatu. Alhamdulillah, kita punya Internet Keluarga. Internetnya Indonesia loh, milik Telkom Grup. Jadi kita bisa tahu banyak informasi yang kita butuhkan, termasuk tentang kesulitan Arumi membaca.”

Arsyad diam saja selama ibu bicara dan memilih-milih tayangan di Youtube. Matanya membaca semua tentang disleksia. Hingga akhirnya ibu mengklik satu video yang paling menarik.

Menonton dan mendengar penjelasan sederhana tentang disleksia membuat Arsyad mengerti kesulitan yang dirasakan adiknya. Ternyata selama ini ia salah duga. Ia mengira Arumi malas belajar dan...

“Arumi tidak bodoh loh." Ibu seakan membaca apa yang ia pikirkan. "Adikmu itu hanya kesulitan belajar. Nah, sekarang coba baca ini.”

Kali ini ibu mengklik artikel dan menyuruhnya membaca tokoh-tokoh dunia yang mengalami disleksia. Mulut Arsyad ternganga.

“Albert Einstein juga?”

Ibu mengangguk sambil tersenyum.

Arsyad meneruskan membaca nama-nama tokoh terkenal di dunia yang mengalami disleksia. Wow. Selain Albert Einstein, ada Leonardo Da Vinci, ada Mohammad Ali, ada Henry Ford, dan banyak lagi.

Mata Arsyad berbinar. Ia memandang ibu. Ibu mengelus kepalanya.

“Bantu Ibu mengajari adikmu ya. Ia perlu dibantu. Bukan diledek melulu.”

Arsyad mengangguk mantap. Ia berjanji akan berhenti mengolok-olok adiknya. Ia ingin adiknya bisa membaca. Agar mereka nanti bisa sama-sama menulis Cerita Tanpa Batas. Seperti cerita-cerita menarik yang ada di Cerpen IndiHome. Pasti seru rasanya.

Tamat.

Rabu, 25 Mei 2022

Lapak Puri Cendana, Membangkitkan Perekonomian Warga Perumahan

 

 

Lapak Puri Cendana, Membangkitkan perekonomian warga perumahan


Apa yang tidak membunuhmu, pasti akan menguatkanmu. Quote ini pernah saya baca, dan saya lupa, siapa yang pertama mencetuskannya. Tetapi, maknanya dapat saya rasakan dan pahami. Terutama pada saat menghadapi pandemi yang baru berlalu.

Tidak ada seorangpun yang tidak merasakan dampak yang ditimbulkan pandemi yang berkepanjangan. Hampir semua sektor kehidupan terkena imbasnya. Apalagi yang berkaitan dengan urusan dapur. Ya, kan?

Harga-harga yang melonjak tajam, sementara penghasilan terkoreksi besar-besaran. Klop! Kita semua paham, jika kondisi ini jika dibiarkan berlarut-larut, tentu akan menimbulkan dampak yang sangat besar. Tindak kejahatan akan menjadi-jadi. Dan, akan semakin banyak pula keluarga yang kehilangan rasa bahagia, karena emak-emak yang kebagian peran mengatur keuangan keluarga mengalami stres.

Pada titik inilah Lapak Puri Cendana, yang dimotori oleh Bapak Agis Sugiana, hadir. Seperti angin segar yang menawarkan solusi bagi warga perumahan yang ingin mendapatkan penghasilan. Melalui mekanisme jual-beli antara sesama warga. Dengan visi : Nambah saudara, Nambah rezeki.

Ini kabar baik! Kehadiran Lapak Puri  ini pun disambut hangat warga perumahan. Dalam waktu singkat ratusan pedagang juga pembeli terhimpun dalam grup whatsapp dan telegram. Yup. Berbasis bisnis online warga perumahan memanfaatkan internet keluarga untuk  bangkit dan menstabilkan perekonomian rumah tangga.Bisa dibilang internet menyatukan keluarga, khususnya keluarga besar Puri Cendana.

Dengan kehadiran lapak online ini banyak warga yang terinspirasi untuk mulai mencoba berjualan, terutama emak-emak. Dapur-dapur online pun mulai bermunculan. Menawarkan beragam produk   kepada warga yang tinggal di perumahan. Dari gorengan hingga masakan rumahan. Juga aneka barang yang mungkin dibutuhkan warga.

Saya salah satu yang mencoba berjualan makanan di Lapak Puri Cendana ini. Dengan mengusung nama Dapur MomaLiza, saya mulai merintis bisnis  dengan aneka menu rumahan. Pada masa yang sulit, hal ini sangat membantu  meningkatkan stabilitas keuangan keluarga. Alhamdulillah...

Dapur MomaLiza, bisnis kuliner rumahan yang tumbuh di masa pandemi

 

Selain membantu para pedagang, Lapak Puri Cendana juga memudahkan pembeli untuk memesan produk makanan dan barang lainnya dengan sistem antar. Sehingga pembeli tidak perlu repot-repot keluar rumah. Cukup pesan, dan pesanan akan diantar sesuai kesepakatan.

Banyak juga kejadian lucu sekaligus mengharukan bagi saya pribadi.

Ceritanya dalam satu kesempatan saya kebingungan mencari materai yang mendadak hilang dari peredaran. Entah karena ada issue kenaikan harga atau entah karena pada waktu yang bersamaan banyak orang tua yang membutuhkan materai untuk keperluan sekolah anaknya. Yang pasti, materai mendadak hilang dari peredaran.

Cukup jauh saya berputar-putar mencari materai di tempat-tempat fotocopy dan ATK hingga jauh dari perumahan, namun nihil. Di tengah rasa putus asa, saya bertanya di lapak online, ternyata responnya sangat cepat. Saya mendapat informasi, bahwa materai itu bisa dipesan melalui tetangganya. Bahkan ada di warung dekat rumahnya.

Cerita lainnya, ada warga yang kehabisan bensin, padahal harus segera mengantar anaknya ke sekolah. Seorang pedagang bensin dengan suka rela mengantarkan bensin ke alamat yang membutuhkan.

Banyak cerita lainnya yang membuat Lapak Puri Cendana tidak hanya sekadar menjadi sarana jual-beli, melainkan menjadi sarana untuk berbagi informasi dan tolong-menolong antar warga perumahan. Kehadirannya juga membuat tali silaturahmi terjalin dengan baik. Warga dari blok yang berlainan bisa saling kenal dan melakukan transaksi dengan aman.

Hal ini tentunya tak lepas dari ketersediaan internet keluarga, seperti IndiHome misalnya. Yang menjadi salah satu kunci dalam melakukan Aktivitas Tanpa Batas. Karena tanpa ketersediaan kuota internet, mustahil melakukan  transaksi jual beli yang berlangsung secara online melalui grup whatsapp dan telegram. 

Tak bisa dipungkiri, kehadiran internet keluarga memang menjadi solusi dalam banyak aktivitas keseharian kita. Memilih internet stabil dan WIFI cepat seperti yang dikeluarkan TelkomGroup, bisa membuat  hari-hari kita menjadi lebih cerah, apalagi jika  kita memiliki aktivitas bisnis online.

Dari sekian banyak hal positif yang dibangun Lapak Puri Cendana, alangkah baiknya bila aturan tata-tertib yang sudah dibuat ditegakkan dengan sungguh-sungguh. Misalnya dengan memberi sanksi skors yang cukup keras bagi penjual yang nakal. Karena jika tidak ditegakkan, akan banyak penjual dan pembeli yang merasa kecewa dan memilih untuk keluar dari lapak.

Semoga kedepannya Lapak Puri Cendana makin OK. Kesejahteraan merata. Semakin banyak pula warga yang terbantu, baik secara materi maupun moril. Selamat Hari Kebangkitan Nasional!

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...