Langsung ke konten utama

Bidan Hardinisa Syamitri, Hadirkan Senyum di Wajah Lansia

 

Bidan Hardinisa Syamitri, Hadirkan senyum di wajah lansia (Foto : IG Hardinisa S)

Kebayang nggak sih menjadi bidan di lokasi terpencil? Lokasi yang tak terjangkau listrik, apatah lagi sinyal telekomunikasi. Uwuw. Pastinya berasa di dunia lain kan ya... hehehe. Akan tetapi, itulah kenyataan  yang harus dihadapi oleh Bidan Hardinisa Syamitri.

Sebagai ASN, tentu saja ia tak bisa menolak saat di tempatkan di kampung kecil, hanya diisi sekitar 500 jiwa saja. Lokasi itu tepatnya bernama desa Jorong Luak Benga, Talang Anau, Kecamatan Gunung Omeh, Sumatra Barat  dan itu tentunya menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Bidan Icha, demikian nama panggilannya.

Wajar saja jika kehadirannya pertama kali, tahun 2006 silam, mengalami penolakan dari masyarakat setempat yang tidak mengenal tenaga medis. Mereka hanya percaya pada dukun. Serta mengandalkan dukun beranak untuk membantu proses melahirkan. Namun perempuan kelahiran 2 Mei 1984 itu tidak patah semangat. Ia memaklumi kondisi masyarakat yang kurang wawasan dan belum tersentuh dunia luar.

Untuk meraih hati dan agar bisa tetap melaksanakan bakti sebagai tenaga medis, Icha, demikian nama panggilannya, merangkul dukun-dukun beranak. Ia mulai menjalin kerja sama dan  mendampingi saat ada warga setempat yang hendak melahirkan.

Tindakannya ini tidak serta merta mengalihkan kepercayaan warga dari dukun ke bidan, namun Icha tetap semangat mendampingi pada dukun beranak, sambil terus memberikan informasi penting terkait  proses melahirkan, agar ibu dan anak selamat saat melahirkan.

Kepercayaan masyarakat mulai tumbuh ketika dalam satu proses kelahiran bayi yang diikutinya bayi yang lahir tidak menangis. Di tengah kebingungan yang melanda dukun beranak dan keluarga ibu yang melahirkan, Bidan Icha melakukan tindakan sesuai ilmu medis yang dipelajarinya, alhamdulillah, bayi itu bisa menangis.

Kepercayaan masyarakat pun tumbuh dan mulai mengikuti arahan Bidan Icha terkait masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Sebagai tenaga medis yang mengemban tugas dari dinas kesehatan setempat sangatlah wajar jika Icha tak jemu-jemu memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat.

Membentuk Seroja Untuk Lansia

Hardinisa Syamitri, membentuk Seroja untuk lansia (foto : IG Hardinisa S)

 

Semenjak mendapat kepercayaan masyarakat, Icha mulai memperhatikan kesehatan masyarakat secara lebih luas, tidak hanya yang berkaitan dengan ibu hamil dan melahirkan, dan pengobatan secara medis, Icha juga memperhatikan keberadaan para lansia yang keberadaannya cukup banyak di tengah masyarakat.

Ia menyadari eratnya para lansia dengan berbagai penyakit degeneratif seperti stroke, rematik, hipertensi dan lain sebagainya.  Icha  pun tergerak untuk mencegah sedini mungkin penyakit itu menyerang lansia yang berada di desanya.

Ia tak ingin para lansia yang ada di sekitarnya kehilangan semangat dan menjadi beban keluarga. Ia ingin melihat kebahagiaan di wajah para lansia, salah satunya dengan aktif memberikan motivasi dan memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi lansia.

Icha kemudian membentuk perkumpulan orang lanjut usia yang diberi nama Perkumpulan Seroja (Sehat Rohani Jasmani). Agar menarik dan tidak menyulitkan serta mudah dilaksanakan para lansia, ia mengemas kegiatan rutin lansia dengan kegiatan olahraga senam pagi untuk lansia. Kegiatan yang tidak membutuhkan biaya, dan termasuk olahraga ringan, namun bermanfaat besar bagi para lansia.

Menurut para peneliti dari British Journal of Sports Medicine pada tahun 2014, orang lanjut usia yang aktif berolahraga terbukti lebih sehat dan memiliki risiko yang lebih kecil terhadap penyakit kronis.

Dengan mengadakan senam lansia, Icha berharap, para lansia yang aktif dalam kegiatan ini menjadi lebih sehat, menghambat proses penuaan, mendapat kesegaran jasmani, terpeliharanya daya tahan dan kekuatan otot, melancarkan peredaran darah, serta menumbuhkan rasa bahagia dan pikiran yang sehat dan terjaga.

Menerbitkan senyum di wajah lansia

 

Bidan Hardinisa Syamitri bersama Titik Puspa (Foto IG Hardinisa S)

Sejak berdirinya Seroja, dari 200 lansia yang ada di desa, sebanyak 120 lansia sudah mengikuti program yang diadakan Bidan Icha. Kegiatan itu terus berlangsung, bahkan ketika pindah tugas ke desa tetangga, Jorong Talang Anau, Icha juga membentuk perkumpulan Seroja untuk para lansia.

Semangat Icha yang ingin menghadirkan senyum di wajah para lansia di desa terpencil ini mendapatkan perhatian dari PT ASTRA Internasional, hingga memberikan apresiasi SATU Indonesia Awards di tahun 2013 silam untuk kategori kesehatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akademia LEAD by IndiHome, Solusi Untuk Anak Yang Hobi Game Online

Pentingnya pengasuhan anak agar cerdas bergame online (Foto : Pixabay) Dear Mom, pusing nggak sih melihat anak-anak nge-game online melulu? Sepertinya ini problem yang dimiliki hampir semua orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Persoalan ini makin rumit karena pada akhir-akhir ini sistem pembelajaran jarak jauh kembali diberlakukan di beberapa wilayah. Berdalih untuk memudahkan proses belajar, anak-anak memiliki keleluasaan untuk berlama-lama menggunakan gawai. Terlebih jika tersedia jaringan internet cepat di rumah, oh, tentu membuat anak-anak senang menghabiskan waktu untuk bergame ria. Dengan catatan, hal itu terjadi jika orang tua tidak peduli dengan kegiatan anaknya selama di rumah. Beberapa waktu yang lalu, saya sempat berbincang dengan seorang teman, seorang ibu yang berprofesi sebagai   praktisi pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan, bahwa kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi yang mengubah kehidupan kita. Kita tidak bisa membalikkan zaman, tetapi kita bisa m

Cerahkan Desember Dengan Satu Klik, Bikin Semua Lebih Asyik

  Aplikasi terbaru myIndiHome, memudahkan pengguna internet (Foto : Fixabay) Desember tahun ini diawali dengan banyak peristiwa heboh yang menguras emosi dan menimbulkan kesedihan mendalam. Dari kasus bunuh diri seorang mahasiswi di samping kuburan ayahnya yang melibatkan seorang oknum polisi. Kasus yang akhirnya terungkap akibat kegaduhan netizen di media sosial. Sayangnya, keadilan tidak bisa menyelamatkan korban yang telanjur putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya. Kesedihan di dunia maya belum sepenuhnya hilang, disusul peristiwa meletusnya gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru. Terlalu mengejutkan rasanya. Tidak ada yang bisa mencegah peristiwa alam sehebat gunung meletus, hanya saja kita masih bisa berdoa, semoga erupsi gunung ini tidak terlalu banyak memakan korban jiwa, dan masyarakat bisa segera pulih dan beraktivitas seperti biasa. Tentunya ini memerlukan bantuan dan dukungan semua pihak. Selain peristiwa di atas, ada satu peristiwa yang cukup mempengaruhi

Faiz, Anak Down Syndrome yang Berbakat Jadi Model Cilik.

  Menjadi model dalam balutan beskap produk khas Lelaki Kecil Saya tidak pernah menyangka, Faiz, putra ke-3 Mbak Sri Rahayu akan tumbuh sehat, ceria, penuh percaya diri dan menggemaskan, seperti yang tampak dalam foto-foto yang kerap diunggah ibunya ke media sosial. Saya bahkan hampir tak percaya, ia bisa bertahan sampai sebesar ini, dan baik-baik saja. Mengingat awal kelahirannya yang penuh drama dan air mata. Riwayat kelahiran dengan jantungnya yang bocor saja sudah cukup memukul perasaan, ditambah dengan kenyataan pahit, Faiz didiagnosa Down Syndrome. Entah berapa banyak teman-teman kecil seperjuangannya yang telah berpulang. Namun, Faiz tetap bertahan. Untuk lebih lengkapnya, yuk, mengenal Faiz, model cilik lewat penuturan Sri Rahayu, Sang Bunda. Wanita berhijab ini adalah seorang penulis, blogger dan vlogger yang cukup lama berkecimpung di dunia maya.   Sosok Faiz yang rapuh di awal kelahiran (doc Bunda Faiz) Awal Kelahiran Yang Penuh Ujian Hari itu, 11 Januari 2018, hari yang tak