Senin, 01 Agustus 2022

Waspadai 7 Penyakit Kucing Yang Bisa Menular Pada Manusia

 

Meski menggemaskan, waspadai 7 penyakit kucing yang bisa menular. (Foto : Fixabay)

Beberapa waktu lalu kami dikejutkan dengan peristiwa meninggalnya anak salah seorang tetangga. Usut punya usut, ternyata akibat terkena infeksi parasit yang berasal dari kucing. Kok bisa?

Jadi ceritanya, anak  tetangga ini masih kuliah dan kost di luar kota. Dari kecil hobinya memang suka merawat kucing. Bisa dimaklumi, karena anabul itu menggemaskan dan pintar  membawa diri. 

Selama masa kuliah ia memelihara 8 ekor anabul dari berbagai ras, termasuk kucing lokal. Bayangkan betapa sesaknya kamar kost dengan kucing-kucing yang berkeliaran sepanjang hari.

Akan tetapi, namanya juga sayang, ia merasa nyaman saja hidup bersama anabul. Dari memberi makan hingga merawat kucing-kucing yang sakit. Ditambah dengan kesibukkan sebagai mahasiswa, maka wajarlah jika kebersihan kamarnya kurang terjaga dengan baik, ditambah sirkulasi udara yang kurang mendukung.

Bertahun-tahun ia tinggal di kamar kost dengan kucing sebanyak itu, termasuk  kucing-kucing liar yang sering mampir sesukanya.  Sampai akhirnya ia jatuh sakit. Sakit yang tidak diketahui apa penyebabnya. Sembuh sebentar,  lalu sakit lagi. 

Bolak-balik masuk rumah sakit, cek darah berulang kali. Hasilnya nihil. Hanya diketahui ada bakteri, tapi tidak terdeteksi penyebabnya. Kondisi seperti ini berlangsung hampir setahun lamanya.

Hingga akhirnya ibunya tersadar dan bertanya pada dokter, "Mungkinkah bakteri itu disebabkan oleh kucing?" Berdasarkan informasi tersebut dokter segera menulis rujukan untuk melakukan cek darah khusus yang biayanya  pun lumayan besar, 4 juta. Dari hasil cek darah itu ternyata positif ada bakteri yang berasal dari kucing.

Bakteri itu masuk melalui :

1. Udara

2. Kotoran 

3. Air seni

4. Bulu

Bakteri itu berasal dari kucing-kucing yang ditampungnya di kamar kost. Entah dari kucing peliharaan atau kucing-kucing liar yang selalu betah bermain di sekitarnya.

Penasaran dengan peristiwa tersebut, saya pun mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit yang bisa ditularkan kucing kepada manusia. Karena banyak teman-teman dekat yang senang memelihara kucing. 

Ternyata banyak juga lho penyakit yang ditularkan kucing kepada manusia. Penyakit ini jika tidak segera ditangani dan dibiarkan berlarut-larut bisa menyebabkan kematian, seperti kasus di atas.

Penasaran ingin tahu apa saja penyakit-penyakit yang ditularkan kucing kepada manusia?

Obit (Foto : Dyah P)


Inilah 7 Penyakit Kucing Yang Bisa Menular Pada Manusia

1. Toksoplasmosis

Kita mungkin sering mendengar kasus keguguran, kematian janin atau toxoplasmosis genital yang merusak otak, yang disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma Gondii. Sehingga ibu hamil disarankan untuk tidak melakukan kontak untuk menghindari infeksi yang disebabkan oleh kucing.

toksoplasmosis akibat infeksi parasit toxoplasma gondii.

Pada manusia, penyakitnya menular dari parasit kotoran kucing atau air yang terkontaminasi kotoran. Infeksi ini berisiko demam, nyeri otot, radang, pembengkakan kelenjar getah bening.

Para ahli kesehatan menyarankan ibu hamil untuk tidak kontak dengan hewan karena rentan mengalami gangguan keguguran, kelahiran mati, hingga toksoplasmosis kongenital yang merusak otak.


Baca artikel CNN Indonesia "7 Penyakit yang Ditularkan Kucing ke Manusia" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220520130004-289-798963/7-penyakit-yang-ditularkan-kucing-ke-manusia.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/

Penyakit ini menular melalui kotoran atau air yang terkontaminasi kotoran. Gejalanya bisa berupa kram perut, demam, kejang dan muntah-muntah.

2. Kriptosporidiosis

Penyakit diare ini disebabkan oleh parasit Cryptosporidium. Penularan terjadi akibat adanya kontak langsung dengan kotoran kucing yang sudah terinfeksi.

Meskipun, konon, bisa sembuh dengan sendirinya, namun berhati-hati dengan tetap berobat ke dokter akan lebih baik untuk menghindari akibat fatal akibat melemahnya imun tubuh.

3. Bartonellosis

Bermain-main dengan kucing tak jarang kita akan terkena cakaran atau gigitannya. Bahayanya jika kucing mengalami infeksi Bartonella Henselae, maka gigitan dan cakarannya bisa menyebabkan kita terkena infeksi.

Gejalanya bisa dilihat dari pembengkakan kelenjar getah bening yang ada di kepala, leher, lengan yang disertai demam, lemas, sakit kepala, serta menurunnya berat badan.

4. Demam Q

Saya baru mengenal demam Q ini menjelang perayaan Hari Raya Qurban kemarin. Demam yang disebabkan oleh bakteri Coxiella Burnetii sempat diwaspadai karena, selain bisa menular dari kucing dan anjing, juga bisa  dari sapi, kambing, dan domba melalui udara dan air.

Gejalanya tampak seperti serangan flu pada umumnya. Hanya saja jika tidak diberi antibiotik, bisa berlanjut dengan serangan kronis pada otak, paru-paru dan jantung.

5. Infeksi Cacing Tambang

Cacing tambang hidup pada usus hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Biasanya keluar bersama kotoran. Infeksi cacing tambang ini bisa terjadi karena adanya kontak dengan tanah yang mengandung cacing dan telurnya yang masuk melalui kulit.

Gejala yang timbul biasanya berupa rasa gatal yang luar biasa, pendarahan, radang dan sakit perut. Bisa disembuhkan dengan menggunakan obat anti parasit.

6. Infeksi Jamur

Kucing yang terinfeksi jamur dapat dilihat dari kulit mati, kuku dan bulunya. Penularan infeksi jamur ini melalui kontak langsung antara manusia dan kucing yang terinfeksi.

7.  Campylobacteriosis

Penyakit ini berasal dari bakteri Campylobacter, yang terdapat pada kotoran kucing dan anjing. Kucing yang terinfeksi penyakit ini berasal makanan yang terkontaminasi, seperti memakan daging mentah atau setengah matang.

Akibatnya bisa menyebabkan diare berdarah, kram perut, mual dan muntah.


Anabul kesayangan (Foto : Dyah P)


Anabul memang menggemaskan dan sulit untuk tidak menyukainya. Namun tidak ada salahnya tetap berhati-hati dan waspada, jika kucing kesayangan menunjukkan gejala terinfeksi.

Menjaga kebersihan dan sirkulasi udara yang baik adalah koentji agar tetap sehat hidup berdampingan dengan para anabul kesayangan. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Sumber : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220520130004-289-798963/7-penyakit-yang-ditularkan-kucing-ke-manusia




Jumat, 29 Juli 2022

Metaverse Bagi Anak Usia Sekolah, Bagaimana Cara Orangtua Menyikapinya?

Anak usia sekolah ber-metaverse dengan virtual reality (Foto : Pixabay)


Sehebat apapun kita ingin menahan arus zaman,  perubahan menjadi keniscayaan yang tak bisa kita hindari. Termasuk kehadiran meteverse dalam kehidupan kita.

Metaverse bukanlah hal baru dalam perkembangan teknologi informasi. Meski kita baru familiar dengan istilah ini setelah Mark Zuckerberk  mengubah Facebook menjadi Meta. 

Metaverse sendiri, menurut wikipedia,  memiliki arti meta semesta, ruang virtual yang dapat diciptakan dan dijelajahi dengan pengguna lain tanpa bertemu di ruang yang sama.

Metaverse memungkinkan kita menjelajahi tempat-tempat menakjubkan dengan menggunakan VR (Virtual Reality). Bayangkan, betapa bahagianya anak-anak menyelam ke dalam lautan dan melihat aneka fauna dan biota laut yang tak pernah mereka lihat sebelumnya dengan menggunakan alat VR.

Atau, mengobati kerinduan akan suasana di Baitullah. Suatu hal yang rasanya begitu jauh, tiba-tiba bisa kita wujudkan hanya dengan menggunakan metaverse, virtual reality.Ya, memang tidak akan sama rasanya, namun cukup menghibur kan?

Jika orang dewasa saja bisa begitu menikmati kemudahan menjelajah dunia dengan menggunakan metaverse, apalagi anak-anak usia sekolah. Mereka terlahir dengan kemudahan teknologi dalam genggaman. Dunia virtual bisa begitu nyaman untuk mereka jalani.

Bagaimana perkembangan meteverse bagi anak usia sekolah menurut kacamata psikologi? Berikut wawancara penulis dengan seorang psikolog yang concern dalam dunia pendidikan, Lita Edia. Beliau mengatakan  perkembangan teknologi informasi itu Ok.

“Kita tidak bisa menahan teknologi dan itu akan mengubah kehidupan kita. Selama pandemi, keberadaan internet sangat membantu proses belajar siswa dengan adanya sistem daring. Bagaimana pun, kita tidak bisa membalikkan jaman, tetapi kita bisa menyesuaikan diri.”

Anak usia sekolah saat ini merupakan digital native yang perlu pendampingan ortu. (Foto : Pixabay)

Bagaimana sikap orang tua terhadap kebutuhan anak-anak terhadap dunia  virtual metaverse?

Psikolog cantik yang juga menjabat sebagai direktur di sebuah lembaga pendidikan bergengsi di Depok, Amal Mulia, ini juga menunjukkan dukungannya.

“Orang tua juga perlu men-suport ketika gaya hidup anak berubah, karena mereka digital native. Terkadang ada orang tua yang anti dan terlalu takut, terus melarang anak.  Sementara, dunia (anak) mereka memang seperti itu teknologinya.”

Apakah anak akan berubah menjadi ansos (anti sosial)?

“Tergantung. Apakah anak bermain sendiri atau chatt bersama teman-temannya, belajar kelompok dan kegiatan bersama lainnya.”

Menurutnya, ada beberapa indikator anak aman bermetaverse, yaitu :

1.       Merespon panggilan orang tua atau orang di rumah

2.       Tugas harian diri berjalan, seperti : mandi, makan, sholat, dsb

3.       Tugas harian di keluarga berjalan, contohnya : mencuci piring, menyapu lantai, dsb

4.       Menjalin komunikasi yang aktif dan baik dengan keluarga

Akan tetapi jika anak terlihat ogah-ogahan berkumpul bersama keluarga, sudah seperti orang asing dalam keluarga, tidak ada interaksi dan tidak peduli dengan urusan dalam rumah, itu pertanda bahaya. Jika sudah seperti ini, aturan pemberian gawai ke anak pun perlu diperhatikan. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Contoh untuk anak usia sekolah, kita bisa memberikan nomer hape dengan catatan, hape masih menjadi milik orang tua dan orang tua berada dalam kelas-kelas yang diikuti anaknya. Dengan demikian anak tidak tersisih dari perkembangan teknologi, tetap bisa berinteraksi,  namun juga tetap dalam pemantauan orang tua. 

Kuncinya adalah adanya aturan yang ditetapkan orang tua dan pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai. Jangan lupa, konsisten saat memberikan aturan pada anak. Tanpa adanya konsistensi, semuanya hanya akan menjadi ambyar. Sia-sia.

Mungkin sudah saatnya kita mengurangi kadar kekhawatiran, agar anak-anak bisa menikmati keseruan dunia virtual metaverse, tanpa menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan orang tua demi masa depannya. Sekali lagi, kita tidak bisa menahan kemajuan teknologi, namun kita bisa beradaptasi dengan kehadiran metaverse. 

Selamat mendampingi buah hati kesayangan menikmati keseruan bermetaverse.

Selasa, 26 Juli 2022

8 Fakta Menarik Papua Yang Bikin Tercengang

Keindahan Papua sangat memikat (Foto : Unsplash)


Saya sering menulis cerpen lokalitas dengan setting Papua. Alasannya karena Papua  itu eksotis. Juga amat cantik. Banyak hal yang membuat saya terkejut setelah mengetahui fakta menarik pulau yang berada di ujung timur wilayah Indonesia ini.

Bahwa pulau ini merupakan salah satu pulau terbesar di dunia saja rasanya sudah bangga. Begitu juga dengan keberadaan gunung Jayawijaya yang selalu berselimut salju, khatulistiwa rasa Eropa. Ehehehe...

Semakin banyak informasi yang saya baca tentang Papua, rasanya semakin menarik saja.

Berikut beberapa hal menarik tentang Papua

1.       Memiliki keragaman penduduk

Sebagian kita mungkin tak percaya, namun ternyata penduduk asli Papua itu ramah lho. Keramahan itu justru menjadi ciri khas yang menyebabkan banyak pendatang, terutama dari Sulawesi, Maluku dan Jawa yang memutuskan untuk menetap dan berbaur dengan masyarakat setempat.  Data menyebutkan 48% penduduk Papua adalah para pendatang.

Keindahan biota laut di Kepulauan Raja Ampat (Foto : Unsplash)


Tak heran jika kepulauan cantik dengan biota lautnya yang memesona termasuk daerah yang kerap dikunjungi pendatang. Ini berlangsung sejak ratusan tahun silam.

Itu sebab penduduk Kepulauan Raja Ampat, terutama Pulau Salawati, tadinya, mayoritas muslim. Mereka berasal dari Kerajaan Ternate yang memutuskan menetap di Sorong, Papua Barat.

 2.       Keragaman Suku Papua

Papua juga memiliki suku yang beragam. Diperkirakan ada sekitar 255 suku dengan kebudayaan dan bahasa masing-masing. Bukan main. Ini wajar sih jika melihat kondisi geografis pulau Papua yang memiliki begitu banyak lembah serta pegunungan yang tinggi. Begitu juga hutan hujan tropis yang lebat, yang memagari satu suku dengan suku yang lainnya. Karenanya, penyebaran penduduk di Papua tidak merata.

Di antaranya, ada suku Asmat yang terkenal dunia internasional dengan seni ukirnya yang tinggi. Suku Dani yang berdiam di Lembah Baliem dan mendiami  pegunungan Jayawijaya serta hidup dari hasil pertanian.  Ada juga suku Korowai yang hidup dengan cara berburu dan berdiam di atas pohon. Serta suku Muyu, suku pedalaman yang sangat menghargai pendidikan.

 3.       Kaya akan ragam bahasa

Dengan kondisi alam yang penuh lembah dan pegunungan, ratusan suku dari penduduk asli Papua memiliki cara berkomunikasi yang khas. Masing-masing suku memiliki dan menggunakan bahasa sendiri.  Menurut para ahli bahasa, setidaknya ada 300 bahasa yang ada di Papua. Seperlima dari jumlah bahasa di dunia. Amazing nggak sih ?

Karena itulah untuk menumbuhkan rasa persatuan dan menghindari konflik, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Ini membantu menciptakan perdamaian antar suku di Papua.

 4 .       Memiliki Batik Khas Papua

Seni batik Papua mulai dikenal dunia dengan motifnya yang unik (Foto : Intisari.id)


Kita tahu, Papua terkenal dengan seni ukir  yang eksotis. Seni ukir ini  merupakan bentuk ungkapan sakral masyarakat asli Papua yang berkaitan dengan arwah leluhur. Dalam perkembangannya, seni ukir ini kini dapat kita nikmati dalam bentuk dua dimensi. Dengan menggunakan kain, masyarakat Papua mulai melukiskan keindahan Papua melalui seni membatik.

Maka tidak heran motif-motif  dalam batik khas Papua memiliki makna tersendiri yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.  Selain memuat makna sakral, motif batik ini juga dipengaruhi oleh kondisi alamnya dan, pastinya, burung Cendrawasih, sebagai ikon khas pulau yang kerap disebut Tanah Mutiara Hitam.

 5.       Ritual Bakar Batu

Keunikan lainnya, ternyata orang-orang Papua suka mengadakan pesta. Mereka memiliki tadisi bakar batu atau barapen.  Bakar batu ini  merupakan salah satu metode memasak yang masih dilestarikan orang Papua.  Biasanya untuk  mengungkapkan rasa syukur dan menjalin silaturahmi dengan sanak keluarga.

Caranya dengan membakar batu yang berasal dari sungai dan disusun, di atasnya diletakkan bahan makanan yang sudah dibungkus daun sebelum ditimpa batu lagi di atasnya. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk ritual bakar batu ini sekitar 4 jam. 

 6.       Tradisi MOP

Tradisi bertutur di kalangan masyarakat Papua ini  merupakan warisan Belanda yang diadopsi dari perayaan tahunan orang-orang Eropa, yaitu April  MOP.   MOP kemudian menjadi salah satu ajang komunikasi yang efektif bagi  masyarakat Papua. Ketika MOP berlangsung masing-masing orang secara bergiliran menceritakan lelucon-lelucon yang menyegarkan suasana.

 7.       Tradisi memumikan jenazah

Mumi Papua (Foto : Hari Suroto/
Balai Arkeologi Papua)

Salah satu keunikan masyarakat Papua adalah budaya memumikan jenazah yang dilakukan secara turun temurun. Yup, tidak hanya ada di Mesir, tetapi di Papua juga ada tradisi memumikan jenazah.

Setidaknya ada lima suku di Papua yang memiliki tradisi ini. Yaitu, suku Mek, suku Dani, suku Moni, Suku Mee dan suku Yali.

Tentu saja tidak semua jenazah dijadikan mumi, hanya orang-orang terpilih yang dianggap berjasa bagi sukunya yang akan dijadikan mumi. Seperti misalnya kepala suku, panglima perang atau tokoh yang dihormati suku tersebut.

Proses pengawetan jenazah atau mumi ini merupakan proses yang panjang dan hanya dilakukan oleh orang-orang  yang khusus menangani mumi. Proses pemumian  ini diawali dengan menyiapkan tempat khusus hingga menyiapkan bahan bakar. Pada prosesnya mayat diasapkan dengan menggunakan kayu.

Proses pengasapan ini berlangsung lama, ditandai dengan menggunakan babi yang baru lahir sebagai  tanda waktu, dan berakhir ketika babi tersebut sudah memiliki taring. Lalu setelahnya dilakukan upacara untuk memandikan petugas. Proses selanjutnya adalah pelepasan mumi ditandai dengan mengalungkan ekor babi ke leher mumi. Lalu diakhiri dengan pesta bakar batu atau barapen.

Berbeda dengan proses pemumian suku lainnya, suku Mek  melakukan pemumian secara alami dengan meletakkan jenazah dengan posisi duduk  di atas pohon  selama satu tahun. Cuaca yang dingin di atas pohon akan membuat jenazah awet secara natural.  Setelah setahun, mumi akan diletakkan di dalam gua.

 8.      Papua kini bukan lagi suku tertinggal di Indonesia

Panjangnya sejarah yang dimiliki Papua dengan berbagai interaksi dengan para pendatang juga didukung dengan kemajuan teknologi informasi  membuat Papua tidak lagi menjadi masyarakat yang tertinggal. Kemudahan mengakses jaringan internet, membawa angin segar bagi masyarakat Papua.

Banyak talenta yang muncul dan menjadi bagian penting, khususnya bagi dunia hiburan tanah air, yang lahir dari bumi Cendrawasih ini. Sebut saja Ari Silasahe, pemilik rumah produksi Alenia Pictrure yang merupakan putra daerah. Begitu juga Edo Kondolangit, putra Sorong yang memiliki suara yang menggetarkan. Masih banyak deretan selebriti tanah air yang memiliki talenta luar biasa yang berasal dari tanah Papua.

Nah,  itu baru sebagian dari fakta-fakta menarik masyarakat Papua. Selain hal di atas tentu masih banyak lagi yang bisa kita temukan.  Jika kitorang tak kenal, maka tak sayang. Semoga informasi ini bermanfaat.

 

 


 

Sabtu, 16 Juli 2022

Senyum Yang Terbit di Pulau Salawati

 

Cerpen lokalitas (Foto : Unsplash)

Jika saja Anggita tahu, ujung dari sebuah pelarian hanya akan menimbulkan luka yang baru, mungkin ia akan bertahan di kota kelahirannya. Mencoba bersabar setiap kali rintik hujan menoreh hatinya. Bukankah apa yang tidak bisa membunuhmu hanya akan menjadikanmu lebih kuat? Ia pernah membacanya, namun abai untuk mempercayainya.

Hari-hari setelah kedatangan Sadine di tanah persembunyiannya ini membuat Kepulauan Raja Ampat kehilangan pesona. Tak ada lagi langit biru terang, yang menenangkan hati. Tak ada debur ombak yang meluruhkan keluhnya. Kedatangan perempuan itu membawa gemuruh luka yang membuat jiwanya luluh lantak.

Ia hampir melupakan Dion yang meninggalkannya demi perempuan pemilik lesung pipi yang indah itu. Ia baru saja ingin melupakan masa lalunya, ketika hujan mengirim mimpi buruk itu ke tempat ini. Mengapa?

Pertanyaan itu membelenggunya. Menimbulkan nyeri yang menyesakkan. Ia menghirup udara dalam-dalam. Berharap aroma laut yang lamat-lamat tercium mampu meredakan prahara di hatinya. Pelahan tangannya membuka jendela kamar, membiarkan angin malam menguapkan keresahannya yang terasa begitu pekat akhir-akhir ini. Sepertinya ia memang harus segera pergi dari rumah ini.

Pamit meninggalkan rumah panggung Mama Latifah Salawati sudah dipikirkannya masak-masak. Selain hujan yang mulai jarang, ia merasa tak nyaman serumah dengan Yose. Terlebih setelah kedatangan Sadine. Ia lelah menghindari Yose, terutama Sadine.

Kedatangan Sadine membuat rumah kediaman Mama Latifah terasa lebih hidup dan penuh gelak canda. Ia sering mendengar suara tawa mereka, karena Sadine begitu pandai memancing tawa. Anggita tak ingin tampak aneh di mata semua orang. Ia tak ingin Mama Latifah atau  Yose tahu tentang masa lalunya. Tentang lukanya. Tentang Sadine yang telah membawa Dion pergi. Juga rasa yang baru saja tumbuh di dadanya. Itu adalah rahasianya.

 Awalnya Mama Latifah tampak keberatan, ia mulai merasa sayang pada gadis pulau Jawa  yang lembut dan pandai membawa diri itu. Namun ia cukup bijaksana untuk diam-diam memahami konflik yang terbangun antara anaknya dan Anggita sejak kedatangan Sadine.

Mama Latifah pun mengizinkan Anggita kembali ke pondok di pinggir laut dengan satu syarat, yaitu harus ada gadis setempat yang menemaninya. Beliau memilih Fatimah, sepupu Yose, untuk menemaninya.

Anggita menarik napas lega. Berbulan-bulan di Pulau Salawati membuatnya cukup akrab dengan gadis remaja yang lincah dan periang itu. Ia yakin, mereka akan baik-baik saja. Lagi pula, siapa yang berani mengganggu mereka berdua? Mama Latifah sudah mewanti-wanti penduduk setempat untuk menjaga dan menghormatinya. Selama ini, sebagai tetua kampung, suara Mama Latifah selalu didengarkan.

Yose sudah sepekan pergi mengantar Sadine ke daerah-daerah wisata di Raja Ampat. Entah apa yang dilakukan perempuan itu di sini. Ia tak ingin tahu. Apalagi pekerjaannya sebagai peneliti hutan  mangrove cukup menyita waktunya. 

Biasanya ia dan Yose bersama-sama memberikan penyuluhan ke masyarakat setempat tentang pentingnya menjaga kearifan lokal. Bersampan menyusuri Sungai Doktor yang panjang dan menyapa hangat penduduk yang tengah berendam di sungai. Mereka percaya sungai itu mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Lalu mengagumi ikan-ikan pelangi yang berlenggang-lenggok manja memantulkan keindahan warna sisiknya.

Tak jarang ia ikut menanam pohon sagu muda setelah kaum lelaki menebang 2-3 batang pohon untuk membuat sagu yang menjadi makanan pokok penduduk setempat. Warisan leluhur yang dijaga baik-baik oleh penduduk setempat dengan keterlibatan aktif Yose sebagai penerus kepemimpinan adat di Pulau Salawati.

Itu juga yang menjadi salah satu sebab pemuda itu mendukung kegiatannya untuk melakukan penelitian hutan mangrove di tanah yang begitu dicintainya. Semakin mengenal Yose, rasa kagum pada sosok tegap berkulit tegap itu semakin besar. Terlebih, pemuda itu pun mampu menghadirkan rasa nyaman saat bersama. 

*

Melindungi hutan mangrove, melindungi ekosistem (Foto : Pixabay)


Menjaga kelestarian hutan bakau artinya melindungi kelangsungan hidup masyarakat. Selain untuk melindungi ekosistem laut, terutama terumbu karang, yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Pulau Salawati, juga bisa dimanfaatkan untuk beternak udang, ikan. Pohon bakau bahkan berguna untuk pengobatan seperti diare, sakit gigi, diabetes dan lain-lain. Anggita mempelajarinya dari internet.

 Ia tak akan bisa memberikan informasi semacam itu jika ia tak melakukan riset terlebih dahulu. Manfaat internet memang sangat terasa, bahkan saat berada jauh dari keramaian.

Ia merasa bersyukur, meski jauh dari ibukota, jaringan Telkom Indonesia sangat membantu ketika ia harus mengirim laporan-laporan ke kantor pusat di Bogor. Keberadaan IndiHome, sebagai Internetnya Indonesia, dengan jaringan kabelnya yang menjangkau hingga tanah Papua menghilangkan kendala-kendala komunikasi. Apalagi IndiHome selalu mengadakan perbaikan ratio dengan meningkatkan kecepatan transfer data efektif dan menurunkan ratio penundaan data yang terkirim, sehingga berselancar di internet menjadi lebih cepat dan stabil. Kesibukannya itu membuatnya sedikit melupakan masalah yang akhir-akhir ini membuatnya merasa tak nyaman. 

Proses pengolahan batang sagu menjadi tepung siap olah (Foto : Youtube)

 

Seharian ini ia habiskan untuk mengikuti acara pesta sagu. Jika ada Yose, tentu pemuda itu dengan senang hati turun tangan membantu. Dari proses menebang pohon sagu, lalu memarut dan memeras serbuk sagu hingga airnya mengendap dan menjadi adonan tepung sagu. Hati Anggita menghangat mengingat Yose. Seperti biasa ia bertugas membantu di dapur bersama para ibu dan gadis.

Mereka  mengolah sagu menjadi semacam bubur, lalu dihidangkan dengan kuah kuning yang dimasak bersama  udang dan ikan hasil tangkapan kaum laki-laki. Mereka menyebutnya Papeda. Hidangan yang sungguh lezat. Saat ditawari cemilan favorit berupa ulat sagu, Anggita dengan sopan menolak cemilan yang konon rasanya lezat, seperti susu.

Langit tengah berpesta cahaya saat tubuh letihnya akhirnya berhasil menaiki anak tangga terakhir. Ia mengira akan menjumpai Fatimah lengkap dengan pisang rebus atau sagu bakar dengan lauk ikan yang sedap.  Namun kali ini ia salah.

“Sampai kapan kamu ingin menghindariku?”

Yose. Lelaki itu tidak  menatapnya, melainkan menatap jauh ke tengah lautan. Bayang-bayang hutan mangrove mulai tampak gelap. Sementara laut dengan suka cita bermandikan cahaya. Pelan dan syahdu, bola raksasa berwarna jingga itu pun menghilang.

“Kamu... bertanya sama siapa?” Anggita tergagap. Menyesal mengeluarkan pertanyaan sebodoh itu.

“Kamu pikir aku bertanya pada siapa lagi?” Suara Yose terdengar jengkel. Tak pernah Anggita mendengar Yose sejengkel ini. Ia pun mencoba membela diri.

“Aku nggak menghindari kamu. Kamu tahu kan, aku sibuk. Lagi pula, kamu juga sibuk dengan temanmu itu. Aku tak ingin mengganggu kalian.” Terdengar suara dengusan Yose. Anggita pura-pura tak mendengarnya.

“Ok. Sudah malam. Aku mau istirahat dulu.”

“Dengar, Anggita, tak ada hubungan apa-apa antara aku dengan Sadine, atau dengan perempuan mana pun. Kuharap kamu tahu itu.” Suara Yose terdengar dalam. Anggita terpaku. Sejenak ada perasaan lembut yang merayapi hatinya. Namun, ia segera menepisnya. Ia sudah pernah terluka sekali. Ia tak ingin terluka untuk keduakalinya. Sungguh tak ingin.

Matahari telah betul-betul sempurna terbenam. Bintang gemintang bertaburan di atas langit Pulau Cenderawasih. Anggita menghembuskan napas panjang.

“Aku sudah lelah, Yos. Aku ingin istirahat.” Ia mengusir Yose secara halus. Pertemuan kali ini di luar rencananya. Untunglah Fatimah segera datang, dan menyelamatkannya dari situasi yang serba tak nyaman.

*

Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari yang padat. Tak seperti biasa, setelah Yose kembali, ia memilih untuk  sibuk berkutat dengan berbagai laporan kegiatan dan konfrensi jarak jauh. Atau pun, sekadar menyapa dan becanda dengan rekan-rekan kantornya, seolah jarak terlipat ribuan kilo dengan adanya fasilitas internet cepat dari  IndiHome. Ia melakukan apa saja agar tidak bertemu dengan lelaki itu.

Hari sudah beranjak petang. Matanya sudah amat lelah menatap layar laptop. Ia memalingkan wajah ke arah jendela yang  terbuka lebar. Sejak tinggal di pondok di tepi laut ini, ia selalu melakukan itu. Selain bebas memandang laut yang dipagari pohon-pohon mangrove, juga agar angin laut yang membawa aroma mangrove bisa bebas masuk. Ia menyukai perpaduan aroma asin air laut dan pohon mangrove yang banyak tumbuh di Pulau Salawati ini.

Perlahan ia bangkit dan melangkah keluar dari pondok. Suasana begitu sepi, agaknya Fatimah belum kembali dari menengok ibunya. Tiba-tiba matanya terpaku menatap lelaki yang tengah duduk diam di bibir teras. Lelaki berkulit gelap itu bergeming saat Anggita memutuskan untuk mendekati dan duduk di sebelahnya.

“Aku sudah tahu semuanya.” Lelaki itu tiba-tiba berpaling dan menatap Anggita dalam-dalam. Anggita tersentak. “Apa yang kamu tahu?” Ia berusaha membuang rasa jengah yang menyeruak tiba-tiba.

“Aku tahu tentang pelarianmu ke tanah ini. Aku tahu apa yang terjadi antara kamu, Sadine, ... Dan Dion.”

Wajah Anggita memerah. Ia tak menyangka Yose akan  menyelidiki kehidupan masa lalunya.

“Aku memaksa Sadine bercerita pada saat mengantarnya pulang.”

“Kamu...?” Suara Anggita bergetar menahan kecamuk rasa yang membuncah di dadanya.

“Sadine mengatakan bahwa ia tak pernah berniat menghancurkan rumah tangga kalian. Dion memang memang terobsesi padanya. Tapi ia tak pernah mencintai Dion. Ia tak ingin ...”

“Sudah, Yose! Cukup. Aku tak ingin lagi mendengar penjelasanmu tentang perasaan Sadine pada Dion. Atau perasaan Dion pada Sadine. Aku sudah cukup terluka, tidakkah kamu tahu itu?” Anggita memalingkan wajahnya. Menahan air mata agar tak tumpah di hadapan Yose. Ia tak ingin terlihat lemah dan bodoh.

“Anggita... Maaf.” Yose menghela napas. Matanya kembali menatap laut, mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. “Aku tak bermaksud membuatmu kembali terluka. Aku tak ingin kamu terluka. Jika mungkin,... selamanya.”

Anggita terdiam. Menekan dalam-dalam desir lembut yang membuat wajahnya merona.

“Aku mencintaimu, Anggita.”

“Tapi... kondisiku tak sesederhana yang kamu pikirkan. Aku...”

“Mama sudah tahu, jika itu yang kamu pikirkan.”potong Yose cepat. “Dan aku menunggumu, kapan pun kamu siap meninggalkan masa lalumu.”

Anggita menatap lelaki di sampingnya. Bola mata indahnya menakar kesungguhan di raut kukuh lelaki yang diam-diam mencuri hatinya itu. Yose membalas tatapannya dengan tatapan yang membuat Anggita ingin membenamkan diri di kedalamannya.

Debur ombak  yang pecah di batu-batu karang memantulkan deburan indah di dadanya. Anggita tahu, sudah saatnya ia melangkah keluar dari bayangan masa lalu. Seulas senyum indah terbit di wajahnya, berlatar lautan yang disepuh cahaya jingga keemasan. 

Tamat.

 

(Baca juga : Di Ujung Kemarau ya, saya menulis alasan Anggita pergi ke Pulau Salawati di sana. Cerpen itu pernah dimuat di Majalah Femina)

 

 

 

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...