Kamis, 25 Maret 2021

3 Fakta Menarik Pendidikan di Papua

 

Dok. Telkom Indonesia

Papua selalu mengingatkan kita akan kekayaan alam yang berlimpah, flora dan fauna yang eksotis, serta keindahan alam yang memukau. Hal ini membuat kita kerap melupakan sumber daya manusia yang semestinya menjadi perhatian banyak kalangan, terutama kalangan pendidik.

Berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama change.org terhadap 27.298 responden. Dalam survei tersebut, 44 persen menyatakan kualitas pendidikan rendah menjadi masalah utama di Papua.

Amat disayangkan  apabila keelokan alam Papua tidak diimbangi dengan tingginya pendidikan masyarakatnya. Alih-alih bisa menikmati kekayaan alam, mereka akan hanya akan jadi penonton jika tidak segera mendapatkan pendidikan sebagaimana daerah lain di Indonesia.

Akan tetapi di tengah maraknya pemberitaan tentang buruknya kualitas pendidikan di Papua, ada beberapa fakta menarik  yang harus kamu tahu.

1.     1.  Tingkat pendidikan warga pegunungan Papua lebih tinggi ketimbang mereka yang tinggal di pesisir.

 

Dok. Telkom Indonesia

Kondisi ini dikarenakan banyaknya kunjungan dan interaksi penduduk dengan pihak pendatang yang menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan mereka.  Kesadaran ini yang membuat mereka mau berjuang mengatasi hambatan-hambatan dalam belajar, seperti sulitnya akses jalan menuju sekolah.

2.     2. Jaringan internet di Timika dan Mimika mendapat akses internet dari perusahaan tambang besar yang beroperasi di sana.

 

Dok. Telkom Indonesia

Kondisi di masa pandemi seperti sekarang, di mana ketersediaan jaringan internet serta kemudahan mengakses internet bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah pendidikan di Papua.

Menyadari pentingnya akses internet, khususnya bagi masyarakat Papua, Telkom Indonesia (Persero) Tbk, sebagai salah satu BUMN   melalui IndiHome mengklaim akan mendirikan WiFi Corner di sana untuk keperluan warga Papua. Hal ini tentu saja menjadi harapan baru bagi para pelajar di Papua agar bisa mengikuti perkembangan pendidikan sebagaimana rekan-rekannya di wilayah lain.

Dengan kehadiran WiFi Corner di sejumlah titik di Papua, rencananya akan ada 50 titik WiCo yang menjangkau daerah-daerah pesisir, lembah atau pun pegunungan. Diharapkan dengan kemudahan akses internet ini, pelajar dan masyarakat Papua bisa meraih manfaat sebesar-besarnya untuk meningkatkan taraf pendidikan dan kehidupan masyarakat Papua. Sehingga mereka bisa menjadi generasi harapan bangsa di masa mendatang.

3.      3.Seni Membatik di Bumi Cenderawasih

 


Selama ini mungkin kita mengenal Papua dengan seni ukir dan seni pahatnya yang sudah mendunia. Ternyata, darah seni yang mengalir dalam putra-putra asli Bumi Cenderawasih ini membuat terobosan baru dengan memindahkan media ukir dan pahat ke dalam media kain.

Tanpa meninggalkan keunikan dan kekhasan seni ukir yang memiliki makna sakral dan filosofi masyarakat Papua, seni batik khas Papua mulai diminati berbagai kalangan. 

Burung Cenderawasih sebagai salah satu ikon Papua mendominasi motif batik khas Papua, selain itu motif batik ini dipengaruhi juga oleh budaya setempat. Misalnya motif batik suku Sentani kental dengan tumbuhan yang menggambarkan kesuburan tanah. Sementara motif batik dari suku yang tinggal di pesisir.

 

Yakoba Momsiwor, tokoh masyarakat yang gigih memperkenalkan batik Papua ke masyarakat luas

Perkembangan seni batik ini selain didukung oleh tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan masyarakat Papua, seperti Ibu Yakoba Momsiwor yang giat mengenalkan dan memasarkan batik khas Papua, juga ditunjang oleh ketersediaan jaringan internet. Dengan kemudahan akses internet, para pengrajin batik bisa menambah pengetahuan dan keterampilan dalam membuat batik. Selain itu juga memudahkan pemasaran batik ini secara lebih luas.

 

Referensi : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171214205030-20-262499/survei-lipi-kualitas-pendidikan-masalah-utama-papua

Selasa, 16 Maret 2021

Kesalahan MPASI Berujung Drama

 

Salah dalam pemberian MPASI pada anak bisa berakibat fatal



Sebetulnya, ini salah satu sejarah paling memalukan bagi saya. Juga pengalaman yang merontokkan anggapan bahwa punya anak banyak berarti, paham segala hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak. Termasuk soal pemberian MPASI.

Senin, 15 Maret 2021

Menghadapi Anak Late Bloomer, Ini Pengalamanku

 




Pernah mendengar istilah Late Bloomer, Mom? Istilah ini diberikan pada anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam proses perkembangannya. Dan, bagi kami, salah satu di antaranya adalah Syahid.

3 Waktu Yang Tepat Mencabut Gigi Susu Anak

 


Beberapa pekan yang lalu saya mengajak anak-anak ke puskesmas untuk mencabut gigi-gigi susu mereka. Mom tentu sudah  mengetahui,  bahwa gigi susu merupakan gigi sementara yang akan mengalami pergantian dengan gigi permanen atau gigi dewasa.

Gigi susu ini tumbuh pada anak yang berusia antara 6 hingga 2 tahun. Dan ketika anak berusia antara 6-7 tahun gigi seri dewasanya akan tumbuh dan berakhir ketika gigi geraham dewasa tumbuh  di antara usia 12-13 tahun.

Peralihan antara gigi susu dan gigi dewasa yang bersifat permanen mau tidak mau harus melalui proses tanggalnya gigi susu untuk memberi ruang bagi perumbuhan gigi dewasa.Tidak semua anak senang menghadapi peristiwa ‘penting’ ini. Terutama bila harus melakukannya di ruang dokter g:igi dengan aneka peralatan yang tampak menakutkan.

Tetapi, mau tak mau, setiap anak akan mengalami peristiwa tak terelakkan ini : “cabut gigi”. Terasa horor pastinya ya? Begitu juga yang dialami Zidna,  Arsyad dan Rabbani. Mereka dengan wajah tegang memasuki ruang prakter gigi. Baca juga :Jangan Takut Cabut Gigi di Puskesmas

Ternyata tidak semua anak bisa dicabut gigi susunya, seperti yang dialami Arsyad dan Rabbani. Tetapi Zidna tidak. Ternyata ada waktu yang tepat untuk mencabut gigi. 

Jadi, kapankah saat yang tepat untuk mencabut gigi susu anak?

1. Gigi goyang

Apa bila anak mengalami gigi susu yang goyang, itu pertanda gigi tersebut harus segera dicabut. Ketika menghadapi situasi seperti ini, Mom tidak perlu panik dan terburu-buru membawa anak ke dokter gigi. Kita bisa meminta pendapat anak, apakah ingin segera dibawa ke dokter,  atau berilah waktu agar gigi tersebut copot secara alami dan tidak menimbulkan trauma pada anak.

Bila kondisi gigi dan mulut secara keseluruhan aman, dan tinggal sedikit yang menempel, kita bisa kok membantu mencopot gigi tersebut dengan menggunakan kapas dingin.
Akan tetapi bila hanya goyang sedikit, seperti yang dialami Arsyad kemarin, dan ia mengeluh  saat makan, maka saya memilih membawanya ke dokter gigi..

2. Gigi Kesundulan 

Berbeda dengan Arsyad, gigi  dewasa Rabbani sudah tumbuh, sementara gigi susunya masih menempel dengan kuat. Gigi kesundulan ini pun menjadi alasan yang tepat untuk mencabut gigi susu anak, agar gigi dewasa tumbuh dengan baik pada tempatnya.

3. Gigi Abses

Melihat gigi anak yang kehitaman, kita tentu gregetan dan ingin segera mencabutnya, akan tetapi dokter gigi di puskesmas kemarin, tidak mau mencabut gigi Zidna yang kehitaman. karena  tidak goyang dan tidak ada masalah saat mengunyah makanan..

Menurut dokter, gigi dewasa Zidna belum siap tumbuh, dan masih membutuhkan gigi susu sebagai pemandu keluarnya gigi dewasa. Agar kelak gigi dewasa tumbuh rapi dan teratur. Gigi susu anak baru bisa dicabut jika gigi berlubang, sering mengalami bengkak dan mengganggu kenyamanan saat mengunyah, maka menghilangkan gigi abses lebih diutamakan. 

Nah, jadi tidak semua gigi susu yang hitam bisa kita cabut, ya, Mom. Dan, jangan lupa menjaga kebersihan gigi saat selesai makan dan sebelum tidur. Semoga artikel ini bermanfaat yaa...

Minggu, 14 Maret 2021

Jangan Takut Cabut Gigi di Puskesmas

 

Peralatan di Poli Gigi cukup lengkap


 

Wacana cabut gigi ini sebetulnya sudah lama saya rencanakan, hanya saja terkendala waktu dan kesibukan, jadi tertunda terus. Pasca lebaran kemarin Arsyad mengeluhkan giginya yang goyang. Kebetulan! Ini kesempatan yang bagus. Mumpung masih libur panjang dan jarak ke Puskesmas tidak terlalu jauh dari rumah nenek.

Fase mencabut gigi ini merupakan tahapan - yang mau tak mau- harus dilewati setiap anak. Suka tidak suka, mereka harus mengalami proses penggantian gigi susu menjadi gigi dewasa. Sayangnya, proses ini sering menimbulkan ketakutan dalam diri anak. Bayangan dokter gigi yang galak dan peralatan gigi yang mengerikan kerap menyiutkan nyali anak.

Tidak terkecuali Arsyad. Ia membayangkan mencabut gigi akan menjadi proses yang mengerikan. Ditambah kakak-kakaknya yang usil menggoda, membuat Arsyad nyaris mempertahankan giginya yang goyang dan menunggu untuk lepas secara alami.

Ohoho, tentu saja saya menolak keinginannya itu. Membiarkan Arsyad berlama-lama dengan gigi goyangnya, selain membuat ia kesulitan ketika makan, juga tidak akan memberinya pengalaman dan pemahaman baru. Selamanya ia akan ketakutan saat mengalami gigi goyang.

Bukan hanya Arsyad yang harus ke dokter gigi, Zidna sudah ribut sejak lama minta dicabut gigi-gigi susunya yang menghitam. Rabbani juga perlu dicabut gigi susunya karena terjadi penumpukan. Sementara Rofa meminta giginya ditambal.

Jadi, pagi itu kami pergi berbondong-bondong menuju Puskesmas. Cara paling praktis untuk menangani kasus cabut gigi anak-anak.


Mengapa Memilih Cabut Gigi di Puskesmas?


Sejarahnya cukup panjang, Mom. Bermula sejak puluhan tahun silam. Semasa saya masih menjadi kanak-kanak. Mencabut gigi di Puskesmas menjadi pilihan yang paling memungkinkan. Selain letaknya cukup dekat dari rumah ibu saya, juga karena pelayanannya cukup baik.

Pengalaman puluhan tahun silam itu ternyata membekas. Saya memilih puskesmas yang sama untuk mencabut gigi anak-anak. Yaitu di Puskesmas Cetarip Barat Bandung. Lama tak berkunjung ke sana, pelayanan puskesmas ternyata mengalami perkembangan luar biasa. Hal ini membuat saya "sedikit" takjub.

Jika  dulu pelayanan puskesmas  sederhana saja, kini puskesmas ini tak kalah dengan pelayanan di rumah sakit swasta kelas menengah. Tidak lagi menggunakan kartu antrian. Mendaftar sudah menggunakan layar sentuh,ya, Gaes. (Karena saya terlihat katrok, seorang petugas jaga membantu saya mengambil kartu antrian. hihihi)

Setelah mendapat kartu antrian, kami mengantri untuk mendaftar di poli gigi. Tak berapa saya pun dipanggil. Ah, ya ini pendaftaran perdana kami. Tentu banyak data yang harus diisi. Menariknya, pendataan pun sudah canggih, Mom. Sudah menggunakan komputer layar sentuh. Menarik, kan?

Pendataan pasien sudah menggunakan komputer layar sentuh loh



Ah, ya, berikut beberapa alasan memilih puskesmas untuk mencabut gigi anak :

1. Lokasi dekat rumah

Sebagai ibu rumah tangga yang selalu sibuk, saya tentu memilih lokasi terdekat ketika membawa anak berobat. Selain menghemat waktu, juga memudahkan perjalanan menuju lokasi "eksekusi". Nah, Puskesmas Cetarip ini jaraknya hanya 0,5 KM dari rumah di mana kami menghabiskan waktu libur. Asyik kan? Bisa sambil jalan santai.

2. Murah dan ekonomis

Dimana-mana puskesmas terjamin murahnya. Pusat layanan kesehatan masyarakat ini memang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dari berbagai kalangan. Meski tidak murahan. Hanya Rp 3.000,00 saja per pendaftar. Dan Rp 10.000,00 untuk setiap gigi susu mengalami tindakan. Obat-obatan gratis, Gaess...
Murah

3. Pelayanan Baik

Yup, sejak dari awal mendaftar, kami mendapat pelayanan yang baik. Petugas tidak membiarkan saya berdiri kebingungan, melainkan langsung menanyakan  layanan poli yang kami inginkan dan membantu kami hingga mendapatkan kartu antrian untuk poli yang dimaksud.

Pelayanan yang baik ini juga berlanjut saat pengisian data yang serba dimudahkan. Bayangkan, ketika mendaftar, saya sama sekali tidak membawa kartu identitas apa pun. Jangankan kartu peserta BPJS dan kartu keluarga, KTP pun saya lupa membawa! Tetapi saya tetap dilayani dengan ramah. Bagi saya ini ruaaarrr biasaaa....
Beberapa layar LCD dipasang untuk memudahkan pasien

Begitu pula dengan dokter gigi yang melayani anak-anak. Ada dua dokter dalam ruangan poli gigi. Meski yang satu sedikit jutek, yang satu lagi sangat ramah. Hal ini mampu meredam kecemasan anak-anak, apalagi ini kali pertama anak-anak masuk ruangan poli gigi.

Arsyad yang semula grogi dan tampak ingin melarikan diri, mulai terlihat mampu menguasai diri. Tak ada drama berlebihan saat dokter memintanya untuk duduk di kursi tindakan hingga proses pencabutan gigi selesai.  (Oya, karena sudah goyang dokter hanya menggunakan penyemprot untuk meradam rasa sakit, dan Arsyad tampak tabah saat giginya dicabut).

4. Peralatan Cukup Baik

Secara umum peralatan di poli gigi ini cukup lengkap. Bisalah untuk mencabut gigi dengan kasus sederhana. Seperti mencabut gigi susu atau pun gigi seri dengan kasus sederhana.

( Akan tetapi, untuk menangani kasus-kasus tertentu seperti gigi geraham atau bedah gigi, saya tidak menyarankan. Ini tentu memerlukan penanganan dan peralatan dengan lebih serius. Mintalah rujukan dari puskesmas untuk mendapatkan pelayanan pengobatan di rumah sakit besar yang memiliki peralatan jauh lebih lengkap).
Peralatan di Poli Gigi cukup lengkap




Itu beberapa alasan saya memilih mencabut gigi anak-anak di puskesmas. Oya, untuk informasi tambahan puskesmas melayani berbagai macam bantuan kesehatan seperti umumnya di rumah sakit besar. Nah, bagaimana kondisi puskesmas di daerahmu?



Kejadian-kejadian Unik Bersama Si Kecil : Keracunan Es Krim!


Keracunan akibat Es Krim, mungkinkah?


Selalu saja ada hal-hal ajaib ketika membersamai buah hati. Berikut ini salah satu keunikan yang saya alami bersama Si Kecil, Zidna. Termasuk keracunan.
Nah, Bunda, selamat membaca...


Keracunan



Kisah Inspiratif : Waspadai Pasca Melahirkan - Ketika Peripartum Cardiomyopathy (PPCM) Menyapa

 


 
Waspadai serangan peripartum cardiomyophathy (PPCM) pasca melahirkan
 
Hidup ini sesungguhnya adalah kumparan rahasia yang tak berujung. Begitu banyak  rahasia yang tak kita sadari, hingga, ketika Sang Pencipta berkenan membuka  rahasia itu, kita menjadi gagap menyikapinya.   Seperti yang terjadi pada teman saya, Kartika Susilowati. Ia didiagnosa Peripartum Cardiomyopathy ( PPCM) pasca melahirkan putra ketiganya. 

Ketika Orang Terkasih Menjadi Penyitas Penyakit Autoimun Hipokalemia

Apa boleh buat, liburan kali ini ternyata harus kami lewati di rumah saja. Diawali dengan demam tinggi yang menyerang Arsyad, dan diakhiri dengan sakit dialami suami saya akibat kekurangan kalium yang menyebabkan tubuhnya mengalami kelumpuhan total yang bersifat sementara (periodical paralysis)


Antara sedih dan lucu melihatnya.
Bayangkan, untuk membalikkan telapak tangan saja ia memerlukan perjuangan besar. Apalagi menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal--itu pasti menjadi sebuah kemewahan baginya.
Lucu, karena biasanya upaya itu berujung pada kesia-siaan dan berakhir pada ucapan memelas : "tolong dong garukin kening sebelah kiri."

Kondisi ini tidak terlalu mengejutkan bagi saya sekarang, meski tetap khawatir. Namun setidaknya pengalaman mendampingi suami yang memiliki penyakit unik membuat saya lebih tangguh daripada 7 tahun silam.

Kisah Inspiratif, Titi Dwi Maesaroh : Menjemput Takdir di Tanah Papua

 


 

Dalam sebuah kesempatan, saya mendapat kehormatan untuk menuliskan kisah inspiratif mahasiswa berprestasi dari Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.  Saya masih mengingat dengan baik, betapa haru dan kagum menyelimuti diri, saat mencoba menuliskan jejak-jejak prestasi mereka. Prestasi yang mereka torehkan dengan kesungguhan dan menjadi persembahan terindah. Bukan hanya bagi diri dan keluarga, melainkan bagi bangsa dan negara.

Kisah Inspiratif, Storycake for Your Life - Berpikir Positif : Allah Maha Kaya

Menjalani hidup merupakan perjuangan tiada henti. Kita akan senantiasa berhadapan dengan gelombang dan badai masalah yang datang silih berganti. Ada kalanya kita bisa begitu tangguh, namun seringkali kita pun runtuh.

Hanya dengan menggenggam keyakinan, senantiasa berpikir positif, kita akan melewati rintangan demi rintangan. Kemustahilan demi kemustahilan. Tersebab, Allah Maha Kaya....








BUKANKAH ALLAH MAHA KAYA?
Oleh : Liza P Arjanto


            Siang itu begitu terik. Mamaku mengupaskan buah-buahan untuk cucunya. Seperti biasa, dalam setiap kunjungannya, kami kerap berbincang ringan. Membahas berbagai persoalan yang tak ada habisnya untuk diperbincangkan. Ada saja yang bisa kami bahas. Dari hal-hal penting sampai persoalan yang sama sekali tidak penting, namun tentu saja itu cukup menarik untuk dibicarakan. Aku selalu menyukai kegiatan itu, sepertinya, mamaku pun demikian.  
Tiba-tiba saja mama mengalihkan topik pembicaraan.
            “ Mama mau naik haji.” Ujarnya mengagetkanku. Aku tertegun. Kutatap wajah sederhana itu dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya, ini kali kesekian mama mengutarakan keinginannya. Tapi tak pernah seserius ini. 

Ruwi Meita, Penulis Thriller Indonesia

 

Ruwi Meita, Penulis Thriller Indonesia yang mulai go international

Ruwi Meita, Penulis Thriller Indonesia yang mulai go international

Sahabat Moma, duluuu, pertama kali bergabung di kelas menulis asuhan Bun Nurhayati Pujiastuti, Penulis Tangguh, saya tak menyangka bakal bertemu –setidaknya di dunia maya—dengan sosok mengagumkan, bertalenta tapi rendah hati, Ruwi Meita. Seorang penulis thriller dan suspense yang selalu sukses membuat bulu kuduk merinding.

Yuk, Mengenal Penulis Muda Berbakat : Wiwik Waluyo


Pertemuan pertama saya dengan Wiwik terjadi di ruang kelas menulis. Bukan kelas sungguhan ya, Gaes. Tapi kelas menulis online, Penulis Tangguh, besutan Bun Nurhayati Pujiastuti. Dari pertemuan pertama itulah, saya tahu, Wiwik ini ternyata punya bakat lebay. Bayangkan saja, baru statusnya dikomen saja sudah salting macam perawan disuratin gebetan. Hiiy, enggak banget kaan?

Saya memang baru mengenalnya di kelas Penulis Tangguh, rupanya, ia sudah mudah menulis sejak lama dan meraih gelar juara nasional di usia belia. Di ajang lomba mengarang Hari Pangan Sedunia. Uwow.

Semalam Di Cinnamon Boutique Syariah Hotel Bandung

 

Cinnamon Boutique Syariah Hotel Bandung
 
Hari menjelang sore dan mendung saat saya dan anak-anak melangkah memasuki lobby Cinnamon Boutique Syariah Hotel menuju meja resepsionis. Sambutan yang hangat, ramah dan santun  menyapa kami. Tanpa ketegangan sedikit pun, meski mamak yang teledor ini gagal menunjukkan identitas diri (KTP ketinggalan di rumah, kebiasaan buruk yang tak boleh ditiru. Haaiiish...)

Profil Blogger : Yuk, Mengenal Blogger Jakarta, Sie-thi Nurjanah

 

Travelling menjadi salah satu kegemaran blogger ramah asal Jakarta ini.



Ketika saya baru melangkahkan kaki memasuki dunia blogger, nona manis kelahiran Jakarta ini telah lebih dulu berkecimpung di dalamnya. Penasaran kan ya jadinya? (Saya mah gitu orangnya, suka penasaran sama yang udah beken duluan).  Alhamdulillah, di arisan link blogger, saya berkesempatan mengenal lebih dekat dengan  Mbak Siti Nurjanah, Si The Light of Heaven ini.

Profil Blogger : Esti Sulistyawan - Mengenal Blogger Semarang

Esti Sulistyawan, Blogger Semarang yang ramah





  






Maraknya dunia blogger saat ini kerap membuat saya terpana. Semangat para emak dalam berbagi informasi yang bermanfaat dan lekat dalam keseharian sangat patut mendapat apresiasi. Di antara para emak blogger yang namanya sering kali melintas di wall saya adalah Mbak Esti Sulistyawan. Mak Blogger yang ramah ini memiliki situs lifestyle yang asyik lho.

Profil Blogger : Ruli Retno M, Mama Blogger dari Kalsel

 

Ruli Retno, Mama Blogger dari Kalsel
Sahabat Moma, kali ini saya ingin mengenalkan Mama Blogger kece dari Kalimantan Selatan, Ruli Retno Mawarni. Sejak awal saya punya ketertarikan sama blogger yang satu ini. Ada ikatan history yang membuat saya ingin mengenal Mbak Ruli lebih dalam.

Profil Blogger Meriska Putri, Cara Pintar Gunakan Internet

Sahabat Moma, kali ini saya ingin memperkenalkan blogger perempuan yang cerdas memanfaatkan fasilitas dunia maya, salah satunya yaitu Mbak Meriska Putri W.

Blogger perempuan yang cerdas memanfaatkan internet : Meriska Putri





Profil Blogger : Afifah Mazaya, Blogger Muda Asal Bogor

 

 

Afifah Mazaya, blogger muda asal Bogor

Akhir-akhir ini saya agak gemas - juga cemas- melihat sejumlah tayangan di televisi tentang ulah kaum muda yang mengkhawatirkan. Ya, memang, usia muda dan rasa ingin tahu yang besar ditambah kurangnya kemampuan berpikir luas, kerap membuat generasi muda ini terjebak melakukan tindakan-tindakan yang tak patut.

Profil Blogger : Liza Fathia, Dokter Juga Blogger

Senang sekali rasanya bisa kembali menulis tentang blogger-blogger perempuan yang kece-kece. Perempuan-perempuan hebat yang bisa menyeimbangkan peran di dunia maya dan dunia real dengan sangat baik. Salah satunya, kembaran saya ini, dr. Liza Fathia, pemilik blog keren Seuramoe Liza .

Profil Blogger : Diah Kusumastuti, Salurkan Hobi Lewat Blog

Sahabat Moma, kali ini saya akan mengenalkan salah satu rekan seprofesi yang keren, Diah Kusumastuti. Yap, kami sama-sama berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang hobi menulis. Dan kini, bersama-sama  pula menyalurkan hobi menulis melalui blog. Bedanya, Mbak Diah serius dan konsisten sejak awal, dan saya melanglang buana ke dunia lain, hehehe.

Profil Blogger : Zata Ligouw - Professional Blogger Yang Cantik Nan Energik

Menjadi ibu sekaligus seorang profesional memang tak mudah. Banyak sekali kendala yang harus kita lalui. Selalu saja ada yang harus dikorbankan. Namun, bagaimana bila menjadi professional blogger?

Profil Blogger : Ophi Ziadah, Mama Blogger Yang Bekerja Kantoran

 

 

 






Ophi Ziadah, mama blogger yang berkarier di Gedung DPR


 

Membagi waktu antara karier di luar rumah dan menjadi ibu bagi 3 orang anak, jelas bukan perkara mudah. Apalagi bila ditambah dengan aktivitas tambahan sebagai blogger. Wah, tak terbayangkan repotnya. Hebatnya, mama blogger yang satu ini bisa! Siapa blogger keren itu? Ya. Dia adalah Ophi Ziadah.

GADO-GADO FEMINA, N0.49. 13-19 DES 2014 : Jangan Mau Kalah

Interaksi dengan anak-anak kerap menimbulkan sensasi sejuta rasa. Seperti permen nano-nano. Semua rasa berkumpul menjadi satu dalam sebentuk hati yang tak pernah bisa membenci. Tersebab, mereka-lah buah hati bagi kedua orangtuanya.










Jangan Mau Kalah

Oleh Liza P Arjanto

“Jangan mau kalah sama anak-anak.”  Demikian pesan ibuku dulu. Jangan mau kalah ini dalam prakteknya adalah jangan pernah takluk pada kebandelan anak. Jangan pernah menyerah pada tangisan anak. Dan seringkali diakhiri dengan ultimatum sebagai wujud hukuman.
Di antara semua anakku yang berjumlah enam orang, anak keduaku-lah yang paling sering menuai hukuman. Sayangnya, hukuman demi hukuman yang dijalaninya dengan konsekuen seringkali tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan.

GADO-GADO Femina Ed. November 2015 : DRAMA

 Tidak semua hal buruk betul-betul buruk adanya. Ada kalanya, dari hal-hal buruk yang kita temui dalam kehidupan, berbuah manis.
Seperti cerita berikut...





Mendadak Drama

Oleh : Liza P Arjanto

            “Pertempuran dimulai...” Kalimatku langsung disambut pekik semangat  anak-anakku. Sebentar saja rumah sudah berubah menjadi ajang pertempuran yang penuh derai tawa. “Kekacauan” ini akan berlangsung beberapa menit saja     
Tak selalu aku mensetting ruang tamuku sebagai ajang pertempuran. Kadang kala aku akan membiarkan mereka memukul sembarang benda sebagai alat musik. Kadang-kadang juga aku menyuruh anak-anak lomba nyanyi. Atau paling tidak, aku akan menyetel suara TV dan musik keras-keras.
            Alasannya sederhana, agar anak-anakku tidak mendengar suara-suara mengganggu yang berasal dari sebelah rumahku.

GADO-GADO Femina Ed. April 2015 : Hidungku Mampet, Bu

Anak-anak selalu penuh kejutan. Kadang kita bisa menebak laku  mereka, namun, tak jarang kita terperangah dibuatnya.
Seperti pengalaman saya berikut...




Hidungku Mampet, Bu

Oleh : Liza P Arjanto

            Keluhan anak kerap menjadi hal yang paling menyebalkan. Terutama di saat kita tengah tanggung  mengerjakan suatu pekerjaan. Dan itulah yang dilakukan  Arsyad, anakku yang baru berusia 3 tahun.
            Aku tengah berjuang menyelesaikan tumpukan setrikaan yang menggunung--ah, menyetrika pakaian merupakan salah satu pekerjaan yang sebisa mungkin kuhindari. Namun karena aku tidak memiliki asisten rumah tangga, sejauh apapun aku menghindar, aku tetap harus berurusan dengan tumpukan baju-baju itu. Menyebalkan sekali.

Sabtu, 13 Maret 2021

KOMPAS ANAK : Rahasia Untuk Sisi

 




Rahasia Untuk Sisi

Oleh : Liza P Arjanto

Mata Sisi membulat. Ditatapnya wajah Rio yang tersenyum penuh rahasia. Ah, abangnya ini memang selalu menimbulkan rasa penasaran Sisi.
"Jadi, Kak Rio... kita mau kemana nih?" tanya Sisi tak sabar.
"Sisi sudah bawa barang-barang yang kakak minta?" Rio balik bertanya.
Sisi mengangguk seraya mengacungkan keranjang kecil yang sejak tadi dibawanya.
"Sisi sudah minta izin sama Bunda?" tanya Rio lagi.
Sisi kembali menganggukkan kepalanya. Tadi sebelum menyuruhnya mengambil keranjang, abangnya itu mengatakan, bahwa kali ini mereka akan berpetualang. Melakukan sesuatu yang istimewa untuk orang yang istimewa, begitu ujar abangnya.


SUARA MERDEKA, JUNIOR, MINGGU 13 APRIL 2014 : Pohon Belimbing Wuluh Rofa

 

Pohon Belimbing Wuluh Rofa
Oleh : Liza P Arjanto

           
             Sreek.... Sreeek... Sreeek. 
            Wajah Rofa bersungut-sungut. Ia sebal sekali. Tiap hari ia harus menyapu daun belimbing  yang rontok di halaman depan. Ia tak habis pikir, mengapa ibu menanam pohon belimbing. Bukankah ibu bisa menanam pohon palem atau tanaman hias lainnya yang tidak banyak merontokkan daun. Atau paling tidak ibu bisa menanam pohon mangga yang berbuah lebat seperti milik Angga. Bukankah rasanya akan lebih sedap bila memetik buah dari kebun sendiri?
            “ Wah, Rofa rajin sekali ya... Pagi-pagi sudah menyapu halaman.” Sebuah suara mengagetkan Rofa. “Eh, Rena... Ada apa?” Tanya Rofa sambil tersipu menerima pujian yang dilontarkan temannya itu. Rena adalah teman sekelasnya. Rumahnya tak jauh dari rumah Rofa. 

Percikan Majalah Gadis : Sepasang Mata Cokelat

 Ide ini mengendap selama 2 tahun. Selama itukah? Ya. Karena ide ini menarik, ide ini selalu menggeliat mencari bentuk. Hingga akhirnya muncullah sebagai sebuah Percikan yang dimuat di Majalah Gadis Edisi.13.

Selamat membaca....




Sepasang Mata Coklat

Oleh : Liza P Arjanto

            Sudah beberapa hari ini  sepasang mata coklat itu mengikuti Wina. Wina tahu betul, warna bola mata lelaki itu, karena ia pernah berpapasan dengannya tepat di depan gerbang. Sepasang mata yang bersinar ramah dan sebuah senyum yang mengembang sempurna ke arahnya. Meski merasa heran, Wina membalasnya dengan anggukan kepala kecil.
            Biasanya pemilik mata itu hanya mengikutinya dengan tatapan hangat. Namun kali ini,  pemilik mata itu  mengikuti langkahnya. Sungguh tak nyaman rasanya. Wina mempercepat ayunan langkah kakinya.

Cerpen Majalah Gadis : KARIN

 

 Inspirasi cerpen ini berasal dari cerita putri sulung saya, Karimna, tentang salah seorang temannya yang senang sekali berada di perpustakaan. Bukan untuk membaca. Tapi untuk menarik perhatian karyawan perpustakaan.
Lalu,
Sebuah kenangan. Tentang sepasang mata yang berbinar. Bukankah kenangan tak pernah mati?



KARIN

Oleh : Liza P Arjanto

            Karin menatap sahabatnya, Rara, dengan pandangan heran. Tidak biasanya Rara bersikap seaneh ini. Bayangkan saja, hampir setiap usai jam sekolah ia menolak langsung pulang sebagaimana biasanya. Ia malah memilih menghabiskan waktu berlama-lama di perpustakaan.
            Ini sungguh tak biasa. Sejak kapan anak itu tiba-tiba doyan membaca. Setahu Karin, Rara tidak suka membaca. Perpustakaan selalu menjadi tempat terakhir yang dikunjunginya. Itu pun  hanya bila ada tugas yang mengharuskannya mencari informasi di perpustakaan.
            “Rin, kamu pernah melihat karyawan perpustakaan yang baru?” tanya Rara.
            “Mas Didit?” Karin menjawab acuh.
            “Iiih, bukan ... Mas Didit  sih cuma bantu-bantu. “ Rara membisiki telinga Karin. Dan menyebutkan sebuah nama. “ Pernah liat orangnya?” tanya Rara kemudian. Melihat Karin menggeleng, Rara tersenyum puas. “Makanya, nanti pulang sekolah temenin aku ke perpustakaan.”

Cerpen Majalah Gadis : Miss Cenayang

 Beberapa teman mungkin mengenal hobi saya yang suka menebak-nebak karakter orang.  Hobi ini menyenangkan. Seru dan bisa membuat beberapa teman bertanya-tanya, benarkah saya seorang cenayang? Hahaha...

Hobi ini baru saya hentikan, ketika saya bergabung di grup Penulis Tangguh. Sebabnya tak lain dan tiada bukan, karena gurunya, Mbak Nurhayati ternyata "cenayang" yang sesungguhnya. Nah, untuk mengingat, bahwa saya pernah menjadi cenayang--- meski gadungan, cerpen ini pun saya buat.

Selamat menikmati....



Majalah Gadis, No. 31. 18-27 November 2014



MISS CENAYANG
Oleh Liza P Arjanto

Miss Cenayang. Julukan itu melekat pada Niar, persis seperti rambut ekor kuda yang selalu menempel di belakang kepalanya. Membuatnya tampak beda dengan kebanyakan teman-teman sekelasnya. Jujur saja, Niar tampak lebih manis dengan ekor kudanya, namun juga tampak berbeda.
Julukan itu bermula ketika ia secara iseng membaca tulisan milik Caca. Caca adalah  teman sekelasnya.  Selama ini Caca dikenal ramah di mata teman-temannya. Tak ada yang menduga bahwa ia mempunyai kepribadian yang tertutup dan sulit mempercayai orang lain. Dengan wajah terheran-heran, Caca membenarkan tebakan Niar.  

Cerpen Majalah Gadis : Sebiru Langit di Atas Tureloto

 Kisah ini terinspirasi oleh sosok pejuang Hipertensi Paru yang telah gugur di usia muda. Namun keceriaan dan semangat hidupnya tetap menyala di bilik-bilik kenangan para sahabat, sesama pejuang Hipertensi Paru.

Bahwa hidup tak layak untuk ditakuti, melainkan untuk diisi dengan memberi sebanyak-banyaknya  kebahagiaan bagi mereka, yang tercinta.





Sebiru Langit di Atas Tureloto
Oleh Liza P Arjanto

            Alisa memayungkan telapak tangannya tepat di garis alis matanya yang tebal. Ia menyesali keteledorannya tidak membawa topi. Rasa sesal yang segera saja sirna melihat nuansa biru yang berkilau-kilau di atas pantai Tureloto. Ia ingin sekali larut dalam kebiruan itu. Dan melupakan kesedihan yang dibawanya ke Tano Niha.
 

Cerpen Tabloid Nova : Turelo dan Sebuah Kisah

 

Cerpen di Tabloid Nova

Cerpen ini membawa saya ke Pulau Nias. Menikmati kebiruan langit di atas Pantai Turelo.
Bahwa Indonesia, sungguh teramat eksotis dan aku jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya. Pada negeri ini.



Turelo Dan Sebuah Kisah

Oleh Liza P Arjanto

            Hamparan batu karang terjal yang tersebar di sepanjang bibir pantai seolah benteng magis yang melindungi Turelo dari hempasan gelombang laut. Menciptakan kedamaian dalam birunya langit Tano Niha yang mencumbu laut tepat di garis horison. Kebiruan yang memesona. Runi larut di dalamnya.

Cerpen Majalah Femina Edisi 20 : Senja Di Kwatisore

 

Majalah Femina Edisi 20

Cerpen Pertamaku di Majalah Femina


Aku ingat, menuliskannya dengan hati  berdegup. Berulang kali kulirik selembar koran yang memuat informasi tentang Gurano Babintang. Membayangkan sebuah rumah yang didirikan di atas air laut. Untuk sebuah cinta. Dan senja pun turun berkilau. Aku terpaku.
 Selamat menikmati.




Senja Di Kwatisore

Oleh : Liza P Arjanto



            Reina memaku pandangannya ke arah punggung lelaki muda berkulit gelap nan tegap di hadapannya. Lelaki itu, Kai, seolah tenggelam dalam dunianya. Kedua tangannya bergerak cekatan memaku bilah-bilah papan pada tiang kayu besi yang menjadi rangka rumah.
            “Reina, rumah ini akan menjadi rumah yang luar biasa. “ Tiba-tiba Kai berkata. Mata hitamnya yang tajam menatap wajah Reina. Reina mengalihkan pandangannya. Tak mampu menatap mata Kai. Ia tak ingin melukai Kai. Tapi Kai tak mungkin didustai. Kai tahu segala hal  tentang Reina. Seperti ia mengetahui garis-garis yang menggurat telapak tangannya sendiri. Hanya satu hal yang Kai tidak tahu. Dan Reina ingin menyembunyikannya dari Kai.

Cerpen Majalah Femina Edisi 47 : Di Ujung Kemarau

 

Cerpen Majalah Femina Edisi 47 (21 Nov - 2 Des 2016)  




Ada kata-kata yang sedemikian tajam menghunjam. Hingga bilangan tahun tak juga mampu menguburnya. Kata-kata yang begitu gelisah dan penuh amarah. Maka, biarlah dendam itu mewujud dalam sebuah fiksi. Sahabat, selamat menikmati ....


Kisah Inspiratif Majalah Ummi : Anak Itu Hak Allah

 

Kisah Inspiratif - Nuansa Wanita Majalah Ummi Ed, November 2016

Tak ada rezeki yang salah mengetuk pintu. Tak juga salah arah menuju. Hanya kebodohan kita semata yang menutupi keindahan takdir yang telah tersurat untuk kita. Dan ketidaktahuan, membuat kita gagap dalam menjalani rencana-Nya.

Kisah Inspiratif Wendra Basarah : Dari Ojek Payung Menjadi Manajer Artis Papan Atas

 



Gigil ini semakin rapat membungkusku. Aku tak ingin mengutuk hujan. Bagiku hujan merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk menyentuhku. Tak mungkin aku membenci hujan. Sebab melalui rintiknya yang tak henti aku bisa menyematkan harapanku akan masa depan.

Masa depan? Ah, alangkah naifnya. Adakah masa depan bagi seorang tukang ojek payung seperti diriku? 

Museum Geologi Bandung, Wisata Edukasi Murah Meriah

Museum Geologi Bandung, wisata edukasi murah meriah (dok.pri) Liburan  paling asyik jika diisi dengan acara jalan-jalan bareng keluarga. Ngg...